"Memangnya siapa yang akan ikut kami bulan madu?"
"Mario, sepupumu, dia baru pulang dari luar negeri. Kemarin sempat ketemu sama dia waktu Mama dan Melly di cafe."
"Oh, Mario udah pulang?"
"Udah, Mama paham hubungan kalian tidak begitu akrab. Tapi, untuk kali ini Mama percaya hanya pada Mario, dia anak yang baik, Lo."
"Bentar, tadi Mama bilang keluar sama Melly? Emang bahasa apa? Tumben mau ketemu sama Melly?"
Mama Siska baru sadar jiga tadi mengucapkan nama mantan kekasih anaknya itu. Seharusnya dia bisa lebih rapat untuk menjaga rahasia pertemuan mereka berdua. Bukankah pertemuan mereka malah membuat Mama Siska overthinking dengan sifat Melly yang ternyata tidak begitu baik.
"Ya ketemuan biasa, cuma bahas beberapa hal yang basa-basi." Mama Siska usah ngeles agar Andre tidak terus memburunya.
"Aku nggak percaya, Mama bukan tipe orang yang gampang bisa ngobrol asik dengan orang lain. Kok, malah pergi sama Melly?"
Di sini Mama Siska bingung ingin menjelaskan dari mana. Sebenarnya ingin hati menyampaikan jika posisi Sarah dalam situasi yang menghadirkan. Namun, dia tidak ingin membuat Andre merasa khawatir berlebih, takut saja nanti penyakit jantungnya akan kambuh.
"Sebenarnya kita nggak sengaja ketemu, terus Melly menawarkan diri untuk ngajak Mama ngeteh di cafe."
"Yang bener, Ma?" Tanya Andre sedikit janggal dengan pengakuan mamanya.
"Iya, jadi Mama terima, nggak sengaja juga Mario lihat Mama lagi di cafe, terus dia nyamperin Mama."
Mama Siska menceritakan sedetail mungkin perjalanan pertemuannya dengan Melly agar Andre bisa percaya. Sekalipun itu semua hanya tipuan belaka, sebenarnya mereka memang sengaja bertemu di cafe itu, ingin untuk melepas rindu, bukan membicarakan untuk menyingkirkan Sarah.
"Oke, gini kan aku nggak jadi penasaran, bisa Mama dan Melly ketemu di cafe."
"Ya, Ndre, jadi mau ya, kamu nanti ditemenin Mario selama perjalanan honeymoon?"
"Aku nggak bisa ngasih keputusan sekarang, Ma. Aku harus tanya dulu sama Sarah, apakah mau ada pihak ketiga yang ikutin kami ketika honeymoon."
"Semoga aja Sarah mau, bagian tujuan Mario ikutin kalian ya untuk menjaga kalian. Mama beneran nggak tega kalau lepasin kamu sendiri hidup sama Sarah."
"Yang bener aja, Ma, Sarah itu istriku, pasti dia akan selalu menjagaku dan gak mau terjadi sesuatu yang buruk kepadaku."
"Mama nggak percaya, pokoknya Mario harus ikut!"
Tit .... Tit.... Tit ....
Nyatanya panggilan itu terakhir ini dengan sangat cepat, tanpa adanya negosiasi yang lebih lanjut, Mama Siska mematikan panggilan itu. Dalam hal ini Andre dibuat bingung oleh keinginan mamahnya. Satu masalah teratasi, muncul masalah baru yang pasti lebih besar dan mungkin akan membatalkan honeymoon mereka.
Beberapa kali Andre melihat layar ponselnya sambil menggerutu, "Ini Mama maksudnya gimana, sih? Tahu-tahu matiin panggilan aja."
"Ada apa, Ndre?" tanya Sarah yang mendengar suaminya menggerutu begitu keras.
"Nggak, lagi agak sebel aja sih."
"Kenapa? Kita nggak jadi honeymoon?"
"Ya jadi dong, kita memang harus cepat-cepat honeymoon," jawab Andre penuh semangat mendengar namanya dipanggil oleh sang istri.
"Kalau hari ini juga kita bisa berangkat bulan madu, kan, enak. Tapi, apa yang kamu pikirkan sampai wajahmu setegang itu?"
"Iya kita bisa berangkat hari ini juga, tapi mama nyuruh aku ngajak sepupu yang baru pulang dari luar negeri."
Terdengar nada tidak bersemangat dari Andre, lantaran mereka akan terusik oleh orang lain. Andre pun tidak berani membicarakannya secara gamblang, takut saja Sarah murka dan malah melabrak mertuanya yang memiliki ide untuk mereka berbulan madu.
"Emangnya salah kalau sepupumu itu ikut kita bulan madu?"
"Nggak gitu, Sar, aku malah takut kamu akan terganggu akan kehadiran dia. Tahu sendiri kan, gimana ngadepin lelaki yang nyebelin."
"Lelaki itu nggak ada yang nyebelin, cuma kadang cewek itu terlalu berlebihan meminta sesuatu padanya. Alhasil Pasti si cowok akan merasa terganggu, otomatis sifat nyebelin itu akan muncul."
Panjang lebar Sarah menjelaskan tentang prinsip lelaki nyebelin. Dia sekarang lebih terlihat ramah dan bisa menerima situasi. Andre pun mulai bisa memahami apa yang diinginkan oleh sang istri. Mungkin saat ini Sarah sedang baik, sehingga dia terlihat bersemangat dan mendukung sekitar.
"Kalau kamu yang ngomong, pasti aku percaya," ucapkan Andre mencoba berpihak kepada sang istri dengan mendukung semua pernyataan Sarah.
"Terus sekarang kita maunya gimana? Aku mau bulan madu kita hanya kita yang tahu tanpa melibatkan pihak lain."
"Kalau kamu punya referensinya bilang aja, kita bisa datang ke sana."
"Tempat nyaman itu letaknya di daerah gunung Bromo, kalau kita bulan madu di sana pasti enak banget, walaupun harus tidur di tenda."
"Yang bener aja, kamu bisa hidup kayak gitu?" Andre sedikit merasa bingung dengan pernyataan istrinya, dia merasa Sarah terlalu hiperbola.
"Waktu kuliah aku ikut mapala terus, naik gunung ke mana-mana. Karena terbentur biaya aku nggak nyelesain kuliah dan harus kerja."
"Sepertinya asik kalau kita bisa pergi ke sana. Seumur hidup aku nggak pernah naik gunung, aku pengen banget ngerasain capeknya naik gunung."
"Hai, Andre! Kamu itu nggak usah mimpi terlalu tinggi. Penyakit jantung itu yang membuatmu tidak aman di area gunung, ya, kali kita bulan madu Di Bromo."
"Emangnya kenapa, Sarah?
"Pulang-pulang kamu bisa masuk ICU lagi. Bukan malah bahagia, malah aku bisa-bisa dipecat jadi menantu oleh Ibu Siska."
Andre merasa iba dengan pengakuan Sarah. Apa yang salah ucapkan benar adanya, jika bulan madu mereka hanya untuk mereka, bukan orang lain. Kalaupun nanti mama Siska ngotot untuk nyuruh Mario ikut, dapat dipastikan Andre akan pergi sendiri dengan Sarah.
"Ya udah, kita pergi aja sendiri. Aku punya referensi untuk kita bulan madu yang nyaman tanpa gangguan orang lain."
"Hello, dari tadi kamu ke mana saja sih Andre? kalau kamu punya referensi kita bulan madu, ngapain harus telepon mamamu dan tanya panjang lebar sampai akhirnya dia nyuruh sepupumu untuk mengawasi kita."
"Wajar dong, Sayang, aku kebanyakan pikiran. Jadi yang ada di otakku hanya mama yang kemarin benar-benar menawari kita untuk bulan madu."
"Ya, kalau kita bulan madunya ke Bali atau ke luar negeri pasti membutuhkan banyak persiapan yang matang. Kalau kita misalnya ke Malang, Surabaya, atau Bogor, hari ini juga bisa berangkat," ucap Andre penuh dengan rasa percaya diri tinggi.
"Oke, fiks, kita bisa untuk bulan madunya ke Malang aja. Pemandangannya masih bagus dan segar, aku pikir cocok dengan jantungmu."
"Terima kasih ya, Sarah Sayang, makin ke sini kamu makin selalu perhatian sama aku," puji Andre yang merasa istrinya semakin mencintainya apa adanya.
"Jangan senang dulu Ferguso, di dunia ini enggak ada yang gratis," sahut Sarah dengan cepat sambil tersenyum sinis.
"Emangnya aku harus bayar pakai apa, kalau emang di dunia ini enggak ada yang gratis?" Tanya Andre dengan tendensi sedikit menantang istrinya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma Manis Cinta Satu Malam ✓ (TAMAT)
RomanceKehidupan wanita ini berubah seratus delapan puluh derajat sejak kali pertama kembali bertemu lelaki asing itu. Namun, semua tidak berjalan seimbang lantaran ego mereka sama-sama tinggi. Nyatanya mereka saling menyimpan rasa hingga hal tidak terduga...