Bab 12 Drama RS

40 3 0
                                    

Setelah drama di rumah sakit selesai, mereka melanjutkan perjalanan untuk kembali ke apartemen. Sepanjang perjalanan pun tidak ada percakapan di antara keduanya. Mereka sama-sama membeku dengan sejuta pertanyaan, tetapi tidak mampu untuk disampaikan.

Setibanya di apartemen keduanya terlihat tidak begitu saling berkomunikasi satu sama lain. Andre bergegas menuju kamar untuk beristirahat lantaran tenaganya belum sepenuhnya pulih. Begitu pula dengan Sarah yang juga langsung masuk kamar tamu tanpa basa-basi pada suaminya.

Ponsel Sarah berbunyi, dia segera mencari sumber suara itu. Dilihatnya di layar ponsel nama Maya yang tidak lain adalah kawan lamanya. Secepat kilat Sarah mengangkat panggilan itu Berharap ada sesuatu yang membahagiakan.

"Halo, May, apa kabar?"

"Hai, Sar, kabar aku baik kok. Eh, katanya kamu udah nikah, ya?"

"Dapat kabar dari mana?"

"Biasa ibu-ibu rumpi di grup kampus. Kok nggak undang aku, sih?"

"Gak gitu, Maya, ini nikahnya buru-buru banget, jadi nggak sempat ngundang temen-temen. Acaranya aja cuma keluarga dekat. Nanti ya, kalau ada resepsi nikah pasti aku undang semuanya kok."

"Jangan-jangan kamu MBA, ya?"

Sarah tertawa lepas mendengar prediksi dari kawan lamanya itu. "Gila, nggak mungkin aku married by accident. Emang dipikir aku anak SMA, apa?"

"Mungkin aja, kok, aneh banget nikah tanpa undang-undang?" tanya Maya terus menyudutkan Sarah akan pernikahannya yang terkesan sangat sederhana tanpa mengundang teman-temannya.

"Ceritanya panjang banget, nanti deh kalau ketemu pasti aku kasih tahu. Ngomong-ngomong sekarang kamu ada di mana?"

"Baru balik dari Malaka, sekarang lagi di Jakarta. Kalau ada waktu, boleh deh kita ketemu?"

Tanpa berpikir panjang Sarah mengiyakan ajakan dari kawan lamanya itu. Dia terlalu bosan untuk setiap hari terkungkung di apartemen bersama suami yang belum bisa diterima dengan baik.

"Boleh banget dong, kapan kamu ngajak aku keluarnya?"

"Kalau nanti malam gimana? Aku jemput di rumahmu?"

"Boleh nanti malam kita keluar, tapi aku udah nggak tinggal di rumahku yang lama."

"Terus sekarang kamu tinggal di mana, dong?"

"Ya, tinggal sama suamiku dong di apartemen. Tapi, kamu nggak usah datang ke sini, kita janjian aja ketemu di mana, lebih enak itu, kan?"

"Eh, Sar, sebenarnya aku kan juga pengen kenalan sama suamimu."

"Jangan sekarang, situasinya lagi tidak memungkinkan dia untuk bertemu banyak orang," cegah Sarah berharap Maya dapat memahami situasi yang saat ini sedang dijalani.

"Dih, emangnya kenapa? Aku cuma mau kenalan aja, nggak bermaksud untuk ngerebut suamimu," gurau Maya berharap mendapatkan izin untuk datang ke apartemen kawan lamanya itu.

Sarah sedikit kesal jika apa-apa disangkutpautkan dengan Andre. "Ambil aja kalau mau, gratis!" nada suara Sarah naik beberapa oktaf menandakan dia risih dengan situasi yang membahas perihal Andre.

"Nggak usah emosi pengantin baru, tadi aku juga cuma bercanda. Ngapain juga jadi pelakor kalau bisa jadi istri sah," sahut Maya dengan enteng seakan tidak terjadi sesuatu yang menyinggung perasaanmu Sarah.

"Udah nggak usah bahas masalah suamiku lagi. Intinya nanti kita jadi ketemu enggak? Kalau emang kita jadi ketemu, mau ketemu di mana?"

"Di tempat biasanya aja ya, sekitar jam delapan malam. Aku tunggu di sana, ya, Sar."

"Deal!"

Sesuai kesepakatan, Sarah dan Maya akan bertemu di satu cafe langganan mereka ketika sama-sama kuliah. Panggilan itu pun terakhir yg dengan cukup cepat. Sarah meletakkan ponselnya di meja lalu dia menjatuhkan dirinya di atas ranjang tanpa ingin ada yang memeluknya.

***

Di tempat lain, Melly memutuskan untuk bertemu tante Siska guna mengobrol tentang banyak hal yang terlewati saat itu. Melly ingin mengadu dan bercerita mengenai kesalahpahaman yang akhirnya membuat Andre pergi darinya. ini adalah kesempatan baik untuk meli bisa mengambil hati tante Siska yang sedari awal kurang menyetujui perihal pernikahan putranya itu.

Melly melambaikan tangan ketika wanita paruh baya itu mulai memasuki cafe kopi. Secepat kilat tante Siska berjalan ke arah mantan kekasih anaknya itu. senyum terpancar jelas ketika melihat Melly yang terlihat sangat anggun dengan dress hitamnya.

"Halo, Tante, apa kabar?" sapa Melly hangat sambil berdiri menghormati tamunya.

Mereka pun ber-cipika-cipiki layaknya anak tujuh belas tahun. Keduanya terlihat sangat kompak dan elegan. Dandanan mereka satu frekuensi, mungkin karena sama-sama memiliki materi yang berlebih.

"Kabar Tante baik banget. Kamu kapan pulang ke Indonesia?" tanya Tante Siska sambil duduk di tempat yang sudah tersedia.

"Beberapa waktu yang lalu Tante, sebenarnya aku ke Indonesia juga mau datang ke acara nikahannya Andre, tapi sayangnya dilangsungkan secara sederhana dan nggak ngundang teman-teman."

"Tante salut sama kamu, walaupun sudah putus, tapi masih tetap perhatian pada Andre."

"Ah, Tante ini bisa aja. Oh ya, aku udah pesankan kopi hitam sumatera kesukaan Tante, minum aja dulu, Tan, keburu dingin."

Melly mempersilahkan tante Siska untuk menikmati hidangan yang telah dia pesan. Perlahan namun pasti, Melly ingin mendapatkan simpati dari wanita paruh baya itu. Ini salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk kembali mendapatkan hati Andre.

"Terima kasih, itu Tante minum dulu ya kopi pesananmu." Sesaat Tante Siska menunjukkan kelezatan akan kopi hitam Sumatera yang sengaja Melly pesan untuknya.

"Gimana Tante? Kopinya enak nggak?"

Setelah beberapa kali menyeruput kopi hitam sumatera, Tante Siska mulai memberikan argumennya tentang cita rasa kopi tersebut. "Wah, kamu memang nggak salah pilih. Kopinya enak banget, mantap, aromanya wangi khas kopi, yang bikinkan Tante ketagihan untuk terus meminumnya."

"Syukurlah, kalau Tante suka dengan pesananku."

"Pasti dong, punya selera kita hampir sama tentang pilihan untuk menikmati kopi. Kamu emang gak salah pilih memberikan yang terbaik untuk Tante."

"Tante bisa aja, jangan bikin aku GR dong."

"Serius, dari dulu sampai sekarang kamu nggak pernah beda. Udah paham apa yang tante inginkan," puji Siska pada mantan kekasih Andre dengan penuh senyuman.

"Sekali lagi makasih ya, Tante, maaf siang-siang gini harus mengajak Tante bertemu di cafe."

"Nggak masalah, lagi Tante masih bisa menjangkau tempat itu, pasti datang dong. Apalagi yang ngajak Melly, nggak akan bisa nolak."

Sekarang Melly berada di atas awan karena pujian pujian yang terus terlontar dari mulut manis tante Siska. Melly percaya jalannya untuk mendapatkan Andre kembali terlihat mulus. Bahkan lampu hijau sengaja Siska nyalakan untuk mantan kekasih Andre.

"Sekali lagi terima kasih ya, Tante. Sebenarnya aku mau ngajak Tante untuk kerjasama."

"Emang mau kerja sama apa?"

"Kayak Tante nggak tahu aja," jawab Melly dengan santai.

"Mel, wajar kalau Tante nggak tahu, kan, kamu belum cerita."

"Sorry, sampai lupa karena saking asyiknya ngobrol sama Tante."

"Bisa aja kamu ngelesnya, eh, emang kita mau kerja sama apa? Jangan bikin tante penasaran."

Melly tersenyum tipis belum ingin membocorkan kerjasama apa yang akan segera mereka jalani. Gadis berambut hitam sebahu itu mengambil secangkir kopi hitam papua untuk dinikmati sebelum membahas lebih jauh lagi.

***

Bikin penasaran aja, apa sih kerja sama yang mau Melly bahas dengan mantan calon mertuanya itu?

Karma Manis Cinta Satu Malam ✓ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang