Bab 24 Tercengang

28 3 0
                                    

Andre terbangun dari tidur, begitu kagetnya dia ketika mengetahui Sarah ada di sampingnya. Namun, tidak dalam pose yang ada dalam bayangan beberapa waktu lalu. Mata lelaki itu terbelalak melihat istrinya yang tidak terlihat seksi seperti mimpinya.

"Kamu kenapa sih? Aneh banget lihat aku kayak lihat hantu gitu?" Terdengar jelas Sarah sebel dengan perlakuan suaminya.

"Nggak, nggak apa-apa kok," ucap Andre datar sambil mengucek matanya.

"Kalau nggak terjadi apa-apa kamu nggak mungkin dong lihat aku kayak gitu."

"Ya, sebenarnya tadi aku mimpi."

Sarah terlihat sangat tertarik sambil membelalakkan kedua mata mendengar kata mimpi terucap dari mulut sang suami. "Emangnya kamu mimpi apa sih?"

"Janji ya, kamu nggak boleh marah."

"Ya, kamu mimpi apa dulu?"

"Kalau kamu marah aku nggak jadi cerita," ucapan Andre mengancam istrinya.

"Ya udah, aku nggak akan marah tapi kamu cepet cerita. Jangan bikin aku penasaran!"

Andre tersenyum tipis mendengar ucapan dari sang istri dia tidak pernah menyangka jika ternyata Sarah itu sosok istri yang pengertian. Jadi aku mimpi, kamu ngajak aku ke kamar lalu kamu melepas pakaianku. Kita sedikit terlihat mengerikan dengan tubuh masing-masing.

"Maksudmu apa terlihat mengerikan dengan tubuh masing-masing? Jadi selama ini kamu jijik melihat tubuhku?"

"Bukan begitu sayang, maksudku takut ketika kita sama-sama tidak mengenakan sehelai kain karena itu terlalu cepat untuk hubungan kita yang baru seusia jagung."

"Andre, cepat atau lambat kita juga akan mengetahui satu sama lain. Bukannya kita sudah menikah? Kenapa kamu merasa risih dengan diriku?"

"Loh, lah kok kamu ngamuk? Aku tuh ngomong yang sebenarnya. Jadi, sebenarnya kamu juga mau kan kalau kita bisa cepat-cepat menikmati satu sama lain?"

Sarah segera menggeleng, dia kali ini tidak setuju dengan apa yang dipikirkan oleh Andre. "Gila, nggak secepat itu juga, aku masih butuh beberapa waktu untuk memikirkan hal ini," elak Sarah terjebak dengan ucapannya sendiri.

"Terserah, tapi aku pikir malam ini kita bisa menikmatinya."

"Bukan begitu, dan aku juga nggak mau secepat itu."

"Terus sekarang kamu maunya apa? Kita sebagai suami istri seharusnya semuanya bisa berjalan selayaknya hubungan rumah tangga yang lain."

Sarah tidak ingin menanggapi suaminya. Dia segera keluar dari kamar itu. Andre mengekor dari belakang lalu memeluk istrinya penuh cinta. Tidak ada niatan untuk menolak ataupun terlihat sangat jelas menikmati pelukan itu.

"Sayang, seandainya saja kamu selalu menurut seperti ini aku semakin mencintaimu."

"Terus aku harus jawab apa?"

"Kamu harus jawab dong, aku juga mencintaimu suamiku, Andre!"

"Ogah, aku nggak mau dipaksa!"

"Tapi, kalau aku peluk gini kamu mau tuh," ejek Andre kali ini mendaratkan kecupan pada punggung istrinya.

***

Titania berencana untuk menemui Andre. Dia tahu adiknya sekarang sedang di Malang untuk menikmati bulan madu. Namun kondisi Kenang yang masih memburuk tidak membuat Titania tega meninggalkannya begitu saja. Dia masih ingin bersama dengan orang yang dia cintai itu untuk beberapa waktu lagi.

"Kenang, nanti aku berencana mau ketemu sama adikku."

"Ya kamu pergi aja, aku nggak apa-apa kok."

"Tapi aku nggak tega ninggalin kamu sendirian di rumah sakit."

"Ada banyak suster dan dokter yang bisa membantuku kapan aja."

"Sekalipun mereka bisa membantumu, tapi hatiku tidak tenang meninggalkan begitu saja."

"Kamu tidak meninggalkanku begitu saja, kan pengen ketemu sama Andre."

"Iya sih, ya udah deh nanti sore aja aku ketemuan sama Andre. Lagian aku belum ngabarin dia lagi."

"Salam ya buat Andre, dia ke sini buat bulan madu, kan?"

"Iya, dia ke sini buat bulan madu, tapi mama sama papa nggak tahu karena kan dia ingin memiliki privasi sendiri."

"Itu tandanya orang tua yang sangat menyayangi anak."

"Tapi nggak harus semuanya diturutin, kasihan Andre juga nggak punya privasi lagi sampai jodoh aja dipilihkan."

Kali ini kan yang tidak bisa menjawab pernyataan dari Titania karena hal itu juga terjadi pada Titania saat ini. "Kamu sudah makan apa belum?" Tanya Kenang mengalihkan percakapan.

"Udah, tadi sarapan di kantin."

"Kamu harus istirahat, pulang, jangan di sini terus, takut nanti malah sakit."

"Nggak masalah, aku tuh nggak akan sakit kan aku Iron Girl."

"Gokil, emang ada Iron Girl modelan kayak kamu gitu?"

"Terserah, yang terpenting saat ini aku mau menjagamu, Kenang. Aku mau perjanjian itu segera kita akhiri biar tidak ada kesalahpahaman lagi diantara kita."

"Iya, ya, aku juga mau jujur pada hati ku sendiri kalau ternyata ada namamu di sana."

Titania merasa di atas angin ketika orang yang dia cintai ternyata juga memberikan sinyal yang sama. dia tidak pernah menyangka bisa bertemu Kenang dalam situasi terhimpit nyatanya malah membuat dirinya nyaman dan semakin cinta.

Titania mendaratkan pelukan pada Kenang untuk memberikan rasa tenang karena semua berangsur membaik. "Aku mau rasa nyaman ini selamanya bersama denganmu tidak peduli dalam situasi apa pun."

"Aku pikir kalau ada hal yang lebih baik, kamu bisa melakukannya."

"Maksudmu apa?"

"Kamu tahu sendiri kan, masa depanku seperti apa, masih abu-abu, kalau ada orang yang lebih baik dari aku, bertanggung jawab dan memiliki segalanya, aku rela jika harus ditinggalkan."

"Tidak akan pernah dan tidak akan mungkin, kamu tuh jangan ngomong yang enggak-enggak."

"Ini realita Titania. Aku tidak mau ternyata cinta kita saat ini hanya sesaat, tapi ketika penderitaan datang semuanya akan menjadi hancur."

"Aku pastikan tidak akan pernah ada penderitaan di antara kita."

"Aku tidak yakin, seharusnya kamu bisa melihat bagaimana kehidupan Andre dan istrinya saat ini."

"Melihatnya dalam segi apa?"

"Mereka dijodohkan, tapi ternyata hidupnya baik-baik saja dan Andre terlihat sangat bahagia dengan kehidupannya saat ini."

"Karena Andre cupu, aku nggak mau hidup dikekang seperti itu. Aku punya kebebasan masa depanku, ya aku sendiri yang menentukan."

"Ada ya cewek setegar dan sekuat kamu?"

"Kamu bisa melihatnya sekarang di depanmu, mencintaimu tanpa syarat!"

Semua yang terucap dari bibir manis Titania membuat Kenang tidak bisa berkata apa pun. Dia tahu jika kehidupannya dengan Titania memang berbeda derajat. Antara langit dan bumi, di mana Titania memiliki segalanya sedangkan kienang hanya penjual payung pinggir jalan.

Kenyataannya mereka dulu sempat dekat, namun itu dulu, ketika kehidupan masih sama-sama baik dan masih sama-sama muda. Tidak seperti saat ini, dia harus memikirkan masa depan untuk kelangsungan hidup yang lebih baik.

"Udah dong, sekarang kamu hubungin Andre, nggak usah gombalin aku terus. Takut aja nanti Andre ternyata ada acara dengan istrinya."

"Iya Sayang, aku bentar lagi akan hubungin adikku itu. Kamu ada yang mau aku sediakan sebelum aku ngobrol sama Andre di luar ruangan mu?"

Kenang menggeleng, dia sudah terlalu sering membuat repot Titania. "Aku mau istirahat, mungkin karena efek obat jadi ngantuk terus."

Titania segera menyelimuti Kenang. Mengecup dahinya lalu berjalan menjauh dari ranjang Kenang. "Selamat istirahat, Sayang."

***

Karma Manis Cinta Satu Malam ✓ (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang