Pintu kamar rawat Andre terbuka. seorang gadis dengan berpakaian serba putih masuk tanpa permisi. Senyum terlihat di wajahnya, tidak ada kesedihan yang terlintas. Dia menyapa Andre dengan penuh kebahagiaan.
"Halo, katanya hari ini kamu udah boleh pulang, ya?"
Cukup kaget Andre mendengar pertanyaan itu karena dia sedang berkemas. "Astaga! Bisa nggak sih, kalau masuk itu salam dulu? Kamu kebiasaan banget deh, dari dulu nggak berubah," gerutu Andre pada mantan kekasihnya itu.
"Sengaja, biar kamu itu ingat aku terus."
Melly masuk langsung duduk di samping ranjang Andre. Dia seakan masih seperti Melly yang dulu. Sekalipun hubungan mereka bukan lagi sepasang kekasih, tetapi sepertinya Melly masih menganggap Andre sebagai kekasihnya.
"Tahu dari mana kalau aku hari ini pulang?"
"Gampang, informasi tentangmu tersebar dimana-mana aku bisa mendapatkannya dengan sangat mudah," jawab Melly dengan mudah sambil tersenyum manis ada Andre.
"Terus kalau aku hari ini pulang emangnya kamu mau ngapain?"
"Iya, pasti mau ngantar kamu pulang dong."
"Jangan gila, aku udah punya istri. Kamu itu nggak usah macam-macam!"
"Ih, jangan GR dulu dong, emang tujuan aku antar kamu pulang tuh biar bisa ketemu sama istrimu."
Andre merasa ada hal yang tidak beres pada Melly. Dia takut saja nanti malah membuat masalah yang lebih runyam ketika berhadapan dengan istrinya yang terlihat selalu tempramen. Andre berusaha menciptakan jarak di antara mereka karena memang hubungan mereka hanya mantan kekasih.
"Nggak perlu, nanti Sarah juga akan menjemputku."
"Ya, nggak apa-apa, aku tetap akan ke rumahmu."
Melly bersikeras untuk mengikuti kemana mantan kekasihnya pergi. Di sini Andre sudah mulai tidak nyaman dengan apa yang Melly lakukan padanya. Memang jika Melly memiliki keinginan dia akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya, termasuk keinginan untuk mengikuti Andre sampai ke rumah.
"Sekarang udah nggak tinggal di rumah lagi, kami tinggal di apartemen."
"Bagus dong, kalau habis nikah itu harus punya hunian sendiri. Biar gak melulu tinggal di pondok indah," ucap Melly seakan mendukung langkah Andre untuk tinggal di apartemen bersama istrinya.
"Maksudmu pondok indah itu apa?"
"Ah, masak lelucon gitu aja nggak tahu? Pondok indah itu artinya pondok mertua indah, alias numpang hidup pada mertua atau orang tua."
"Nggak lucu banget, nggak nyambung!"
"Siapa sih yang mau ngelucu? Aku cuma ngomong aja, sekarang kamu jadi baperan, bikin aku lebih tertarik dan tertantang untuk terus menjahilimu."
"Nggak usah, nanti malah dia salah paham sama istriku."
"Beneran, aku tuh dari kemarin penasaran banget dengan Sarah. Kok bisa ya, kamu takut dengan istrimu itu?"
"Ya, karena kita sudah memiliki hubungan yang kuat yaitu pernikahan, jadi kita harus kompak dan saling memahami."
"Sok banget sih, yang udah nikah. Padahal waktu kita pacaran sepertinya kamu yang lebih mendominasi hubungan kita."
Melly terus mengingatkan Andre tentang masa lalu mereka. Tidak begitu mempedulikan Melly, Andre lebih fokus merapikan pakaian-pakaiannya untuk dimasukkan ke dalam tas, agar ketika Sarah datang, mereka bisa langsung bergegas pulang.
"Lupakan masa lalu, kita sekarang udah memiliki masa depan masing-masing."
"Aku paham, jangan dilupakan gitu aja. Masa lalu buat pelajaran dan masa depan yang nantinya akan menjadi pembelajaran hidup selamanya."
Melly memberikan petuah-petuah yang seakan begitu nyata konkret adanya. Namun, tidak ada yang tahu bagaimana isi hati Melly sebenarnya. Apakah dia tulus ingin bertemu dengan Sarah untuk mengucapkan salam perkenalan atau memang pertemuan itu untuk mengatur strategi mengalahkan Sarah.
"Terima kasih ya petuahnya, aku akan selalu mengingatnya."
Melly hanya membalasnya dengan senyum. Dia tidak ingin memberikan banyak omelan pada mantan kekasihnya itu. Sesekali Melly melihat ponsel yang ada dalam genggamannya, seakan duduknya pun tidak tenang.
"Emang hari ini kamu nggak ada kegiatan, apa?"
"Ada, nanti, ini masih pagi, jadi aku ke sini dulu buat lihat kondisimu dan mau kenalan dengan Sarah."
"Ya udah, yang sabar ya, nunggu Sarah datang. Emang dia itu agak lelet, tapi aku tetap mencintai dan menyayanginya karena dia adalah pilihanku sekali untuk selamanya."
Kali ini Andre memanas-manasi Melly dengan mengucapkan hal-hal yang membuat Melly mungkin akan merasa terusik. Nyatanya tidak seperti itu, Melly tetap santai sambil memainkan gawai pintarnya. Bahkan dia terlihat tenang dengan sindiran yang Andre ucapkan.
"Yang harusnya gitu, setiap manusia itu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Terima salah padanya dan hidupmu akan bahagia."
"Aamiin ... terima kasih doa baiknya. Aku harap kamu juga akan segera menemukan pendamping hidup yang sesuai dengan kriteriamu," sahut Andre dengan cepat sambil memasukkan pakaian terakhirnya dalam tas.
"Kriteria itu ada di depanku saat ini," timpal Melly percaya diri sambil bangkit dari tempatnya terduduk dan berjalan lebih dekat ke arah Andre.
Seketika lelaki itu mati gaya. Dia tidak pernah menyangka Melly begitu agresif kepadanya. Hubungan masa lalu mereka masih terus terngiang dalam memori Melly, namun tidak dalam ingatan Andre yang telah melupakan mantan kekasihnya itu untuk selamanya.
"Kenapa sih, Mel, kamu kok aneh dan sepertinya tidak terima dengan pernikahanku dengan Sarah?"
"Kenapa, emang ada yang salah? Kamu masih inget nggak waktu itu?"
"Apa? Aku nggak paham dengan yang kamu maksud?"
Sejenak Melly mengambil napas panjang lalu mengeluarkannya perlahan. Dia tidak ingin terlihat arogan di depan orang yang dulu sangat dia cintai. Melly berusaha mengembalikan mood agar mampu menyampaikan apa yang seharusnya tersampaikan tiga tahun yang lalu.
"Kamu sadar nggak, sih, kalau sebenarnya hubungan kita masih baik-baik saja saat itu," kata Melly mulai membuka percakapan membahas tentang masa lalu.
"Tentang putusnya hubungan kita?"
"Siapa yang meminta kita putus, Ndre?"
"Kesepakatan kita bersama. Memangnya ada yang salah dalam hal itu?"
"Kamu selalu terlihat naif, asal kamu paham, dulu niatku hanya break, bukan putus untuk selamanya."
"Apa bedanya putus dan break?"
"Tentu beda, aku hanya mau ada sedikit jeda untuk kita sama-sama intropeksi, bukan berarti tiba-tiba kamu pergi begitu aja dan lost contact untuk beberapa saat," cecar Melly mulai menyentuh bahu kanan mantan kekasihnya itu.
"Aku pikir sama, itu sudah terjadi beberapa tahun yang lalu. Sungguh aku benar-benar sudah melupakan hal itu."
"Tapi, aku nggak bisa begitu aja melupakan hal itu. Jujur, sebenarnya aku masih," jeda Melly kalut tidak bisa melanjutkan kalimatnya.
"Kamu nggak perlu melanjutkan kalimat itu, aku udah tahu maksudmu apa," sahut Andre usaha tidak mau mengetahui perihal apa yang hati Melly inginkan.
"Kita sama-sama dewasa, jangan egois tentang rasa." Terdengar nada putus asa dari Melly.
Di sini Andre merasa sangat tidak nyaman dengan apa yang diperlakukan Melly padanya. Perlahan Andre mulai melepaskan sentuhan tangan Melly dari bahu kanannya.
"Aku tidak egois, hanya mau bahagia dengan pilihanku."
"Tapi, aku nggak rela kamu bahagia dengan yang lain," papar Melly kekeh pada pendiriannya.
Tanpa mereka duga dan tanpa mereka sangka. Sarah masuk ruang rawat Andre yang memang pintunya terbuka. Betapa kagetnya Sarah melihat mantan kekasih itu saling berhadapan dengan jarak sangat dekat.
"Kalian lagi ngapain?" tanya Sarah yang melihat Andre dan Melly dengan jarak yang sangat dekat, seakan mereka ingin melempar kecupan di pagi hari.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma Manis Cinta Satu Malam ✓ (TAMAT)
RomanceKehidupan wanita ini berubah seratus delapan puluh derajat sejak kali pertama kembali bertemu lelaki asing itu. Namun, semua tidak berjalan seimbang lantaran ego mereka sama-sama tinggi. Nyatanya mereka saling menyimpan rasa hingga hal tidak terduga...