Sarah menggandeng tangan kanan suaminya untuk dia bawa masuk ke kamar. Pegangannya begitu kuat, seakan tidak ingin terlepas walau hanya sedetik. Andre yang tidak memiliki daya hanya mengikuti apa yang diinginkan Sarah, dia sangat paham, jika istrinya mungkin menginginkan malam pertama.
Tanpa banyak bertanya, mereka masuk ke dalam kamar yang tidak begitu luas, namun terasa nyaman dan hangat. Sarah mulai melepas sehelai demi helai pakaian yang melilit tubuhnya. Tanpa risih, dia menunjukkan tubuh seksinya pada sang suami.
Jantung Andre berdegup sangat kencang melihat apa yang sedang Sarah lakukan padanya. Dia akan mulai kehilangan akal, napasnya pemula yg tersengal-sengal. Namun, tidak ada keinginan sedetikpun tidak menikmati tubuh indah sang istri.
"Kenapa? Kamu begitu aku akan melakukan ini padamu?" Tanya Sarah menatap tajam ke arah Andre.
"Aku tidak menyangka kamu melakukan semua ini dengan sangat cepat."
"Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Sampai kapan aku harus kamu anggurin? Hanya karena alasan jantungmu bermasalah, aku tidak mendapatkan jatah?"
"Ini terlalu cepat, Sayang, bahkan suara detak jantungku terdengar sangat kencang. Aku takut malam ini adalah terakhir ku bisa melihatmu."
Sarah benar-benar dalam posisi hanya memakai pakaian dalam yang dia miliki. Menyentuh lembut pundak sang suami, Andre bisa merasakan cinta Sarah padanya. Kali ini Sarah terus mengecup kening Andre dengan lembut, berharap suaminya itu bisa merasakan apa yang Sarah inginkan.
"Aku cuma mau malam ini milik kita berdua. Jika selama ini aku cukup keras padamu, mungkin karena aku berusaha memahami keadaannya."
"Sarah, aku masih belum bisa memberikannya untukmu. Tidak siap dengan segala risiko yang harus kita tanggung bersama."
"Memangnya risiko apa? Kita bisa melaluinya dengan baik. Tolong malam ini berikan apa yang seharusnya menjadi milikku."
Sarah terus mendesak agar Andre memberikan haknya sebagai seorang istri. Sarah mulai bisa memahami hatinya yang membutuhkan belaian dari lelaki, tapi bukan berarti mencintai dengan tulus. Nyatanya semua itu Sarah lakukan untuk memuaskan hasratnya yang tidak bisa tersampaikan pada Mario.
"Mungkin saja ketika kita melakukan kegiatan memuaskan hasrat satu sama lain, jantungku berhenti berdetak karena aktivitas fisik yang terlalu berlebihan. Di situ mungkin aku akan mati."
Sarah tidak peduli dengan alasan yang diberikan oleh Andre. Dia menarik dengan kasar tangan kanan Andre sehingga tubuh ringkih suaminya menghantam kasur lalu Sarah mulai melepaskan pakaian yang Andre kenakan.
"Sarah, janganngan sekarang! Aku masih belum bisa memberikan apa yang kamu inginkan."
"Sampai kapan aku harus menunggu mu? sampai aku akan mati karena merindukan belaian dari tangan lembut mu?"
Andre menggeleng, "Nanti jika waktunya sudah tiba, aku akan memberikan seluruh jiwa dan ragaku untukmu, tapi tidak untuk sekarang."
Sarah hanya tersenyum sinis. Dia turun dari kasur dan berjalan ke arah tempat tas mereka diletakkan. Sarah mencari pil milik Andre, ngambilnya beberapa yang diberikan pada sang suami. Dalam situasi ini Andre sempat menolak, karena memang beberapa menit yang lalu dia juga mengkonsumsi obat itu.
"Aku sudah meminumnya, kenapa kamu mengambilnya lagi dan memberikannya padaku?"
"Aku hanya ingin kamu meminumnya, biar jantungku semakin kuat untuk memberikan service terbaik untukku di atas kasur empuk ini," ucap Sarah sambil berusaha memasukkan pil-pil itu pada mulut Andre.
"Sarah, kamu lagi kehilangan akal dan gila!" Teriakan Andre berusaha terhindar dari sang istri agar pil-pil itu tidak masuk ke dalam mulutnya.
"Aku normal dan waras, jangan sampai tanganku ini berbuat kasar padamu!" ancam Sarah langsung memasukkan pil-pil itu tanpa bantuan air.
Andre yang terlihat kewalahan karena pil-pil itu masuk mulutnya. Dia hanya bisa pasrah dan menelannya perlahan. Jujur tenggorokannya terasa sangat sakit karena pil-pil itu masuk tenggorokan hingga kerongkongan tanpa bantuan air.
Sarah terlihat puas menyaksikan suaminya kesakitan karena pil itu. Dia kembali melancarkan siasatnya untuk melepaskan semua pakaian milik Andre. Sambil terus tersenyum dan sesekali mengecup manis bibir tipis Andre, Sarah melancarkan niatnya malam itu.
"Kamu tidak perlu merasa terpaksa, karena kita sudah suami istri. Berikan aku service terbaik malam ini, mungkin saja akan menjadi malam pertama dan terakhir yang kita miliki."
"Sar, kamu ngomong apa sih? Jangan bikin aku takut dengan ancaman-ancaman darimu," ucap Andre dengan tangan gemetar antara dosis obat yang terlalu tinggi dia konsumsi.
Melihat tangan Andre yang bergetar hebat, Sarah segera meraih dan meremasnya dengan kuat. Terlihat sangat jelas Andre sakitan dengan apa yang Sarah lakukan. Nyatanya, wanita itu terus meremasnya hingga benar-benar berwarna merah padam tangan lemah milik Andre itu.
"Kenapa? Tanganmu sakit karena remasan dariku? Itu yang selama ini aku alami, sakit tapi harus aku pendam."
"Memangnya kamu sakit apa, Sar? Pernahkah aku menyakitimu?" Tanya Andre merasa bersalah dengan pengakuan yang Sarah ucapkan.
"Tidak, tapi hatiku yang sakit karena perjodohan konyol ini aku harus kehilangan masa depanku."
"Padahal kalau kamu ingin meraih mimpimu, aku akan selalu mendukungmu. Percaya padaku, Sarah, aku tidak ingin melihatmu arogan seperti malam ini."
"Sudah sangat terlambat Andre. Semuanya hanya tinggal kenangan, tidak perlu dibahas lagi."
"Tapi, Sar," kalimat itu terjeda sangat cepat karena Sarah terus nerocos.
"Intinya malam ini aku tidak ingin membahas tentang mimpiku yang sudah hilang, tapi aku ingin menikmati tubuhmu. Aroma wangi mentol yang selalu kamu gunakan membuatku ingin memiliki dirimu seutuhnya, walau tanpa cinta."
Andre mulai kehilangan kendali atas istrinya, "Aku minta maaf kalau memang mungkin keluargaku ada salah padamu. Memaksamu menikah denganku hanya karena urusan balas budi dan hutang."
"Bullshit! Semuanya sudah terlambat dan tidak bisa untuk kembali diputar ulang."
"Sekarang kamu mau minta apa Sarah? Jika dengan menikmati tubuh lemahku membuatmu merasa puas, aku akan memberikannya."
Andre menutup kedua matanya. Pasrah memberikan segala apa yang dia miliki pada sang istri. Rasanya Sarah seperti orang asing baginya, sejatinya memang Sarah orang asing, setidaknya masih memiliki ikatan hitam di atas putih secara negara sebagai istri sah Andre.
Sarah mematikan lampu kamar lalu menyentuh tiap jengkal tubuh milik Andre yang sekarang tanpa balutan kain sehelaipun. Wanita itu merasa puas dapat menjelajahi tubuh sang suami. Terdengar jelas tiap embusan napas Sarah yang begitu berat, lantaran dia ingin merekam aroma tubuh sang suami untuk jangka lama.
"Sar! Cukup!" Teriak Andre seakan suaranya tercekik.
Sarah menggoyang-goyangkan tubuh sang suami dengan cukup kasar. Andre segera membuka mata, tidak lari dari kenyataan seperti saat ini. Beberapa saat kemudian Andre mulai membuka mata, terlihat sangat jelas Sarah memasang wajah judesnya.
"Woe ... bangun!"
Seketika Andre membuka kedua matanya dengan cepat mendengar teriakan dari sang istri. "Sarah?"
"Kenapa? Kok kamu jadi kaget gitu? Kayak melihat hantu deh," gerutu Sarah pada sang suami ketika kali pertama melihat Andre ketakutan kala membuka mata setelah perjalanan panjang yang mereka lalui.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma Manis Cinta Satu Malam ✓ (TAMAT)
RomanceKehidupan wanita ini berubah seratus delapan puluh derajat sejak kali pertama kembali bertemu lelaki asing itu. Namun, semua tidak berjalan seimbang lantaran ego mereka sama-sama tinggi. Nyatanya mereka saling menyimpan rasa hingga hal tidak terduga...