Sarah buru-buru keluar dari kamar Andre sebelum semuanya menjadi runyam. Dia masih belum bisa menerima Andre sepenuhnya. Hatinya mulai bergejolak, ingin berlari atau tetap bersama sang suami.
Ponsel Sarah berdering, Dia segera mencari sumber bunyi itu yang ternyata ada di atas meja dapur. Sarah segera berlari untuk mengambilnya berharap panggilan itu dari client.
"Halo, maaf ya, belum bisa datang soalnya masih ada yang harus aku selesaikan di rumah," ucap Sarah kali pertama membuka percakapan di telepon.
"Hai, kamu ngomong apa?" tanya si penelepon bingung dengan apa yang diucapkan oleh Sarah.
Tidak butuh waktu lama, perempuan itu segera melihat nama orang yang meneleponnya pada layar ponsel. Betapa kagetnya dia ketika mengetahui itu bukan dari kliennya, melainkan dari sang kekasih yang sekarang sedang berada di luar negeri. Untung saja Sarah belum bercakap yang macam-macam, jika semuanya ketahuan, hidupnya akan berakhir hari ini juga.
"Hai, Sayang," sapa Sarah lembut, sambil berjalan ke arah luar apartemen karena dia tidak mau Andre mendengar percakapan itu.
"Kamu tadi lagi ngapain sih? Emangnya ada masalah apa yang harus kamu selesaikan?"
Sarah menutup pintu apartemen dengan sangat pelan, takut saja nanti Andre akan mengetahuinya. "Nggak gitu Sayang, bukan sesuatu yang penting, sebenarnya itu hanya alibi ku karena tadi aku ada janji sama klien, tapi aku bangkong." Sarah mengarang cerita yang mampu diterima oleh sang kekasih.
"Aku pikir masalah apaan. Oh, ya, aku punya kabar bahagia nih, buat kamu."
"Memangnya kabar bahagia apa, Sayangku?" tanya Sarah dengan manja.
"Kira-kira kamu bisa nebak nggak, ya?"
"Sepertinya nggak bisa, soalnya pasti kejutannya luar biasa banget. Karena kamu nggak biasa telepon aku pagi-pagi gini, hanya untuk menyampaikan sesuatu."
"Kamu selalu paham tentang apa yang aku pikirkan. Mungkin nanti kamu bisa pingsan kalau tahu kabar ini."
"Ih, bikin aku makin penasaran, deh!"
"Ya, udah daripada nanti kamu pingsan, aku bagi sekarang aja, ya."
"Iya, aku udah nggak sabar nunggu kabar bahagia itu!" seru Sarah dengan penuh kebahagiaan, berharap agar kabar itu membuat mood-nya hari ini semakin meningkat.
"Sekarang udah ada di Jakarta. Boleh hari ini ke rumahmu?"
Bagai petir yang menyambar di pagi buta, Sarah tidak dapat berucap sepatah kata pun. Tangannya mendadak terasa ngilu. Ponsel yang ada dalam genggamannya hampir saja terjatuh karena mendengar kabar yang luar biasa itu.
Dia pikir kabar bahagia itu hanya sekadar mungkin Mario naik jabatan, nyatanya tanpa pemberitahuan lebih lanjut, sang kekasih telah ada di Jakarta. Ini bukan surprise untuk Sarah, ini musibah untuknya.
Benar, panggilan itu dari kekasihnya, Mario Hermawan. Seperti hari-hari yang lalu, mereka hanya berkomunikasi melalui telepon dan video call. Jika sekarang Mario sudah di Jakarta, itu seperti sebuah kejutan dan juga petaka, hadir dalam satu paket.
"Halo, Sayang, kamu masih ada di situ?" Tanya Mario sedikit panik lantaran beberapa saat panggilannya terdiam tidak mendapatkan respon.
"Iya, Sayang, aku masih di sini. Ini yang kamu maksud surprise? Benar-benar membuat aku kaget hampir mati."
"Kamu itu terlalu hiperbola, ya, kali, pacarnya pulang dari luar negeri kamu mau mati?"
"Lah kamu itu nggak ngomong sebelumnya, tanpa persiapan tiba-tiba kamu udah ada di Jakarta aja. Gimana aku nggak kaget setengah mati?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma Manis Cinta Satu Malam ✓ (TAMAT)
RomanceKehidupan wanita ini berubah seratus delapan puluh derajat sejak kali pertama kembali bertemu lelaki asing itu. Namun, semua tidak berjalan seimbang lantaran ego mereka sama-sama tinggi. Nyatanya mereka saling menyimpan rasa hingga hal tidak terduga...