Part 11

6.2K 145 3
                                    

Malam harinya dax datang ke club jazen untuk meredamkan emosinya, mungkin bermain dengan para jalang cukup membantu pikirnya.

"Kenapa dengan mukamu dude?."  Tanya jazen ketika dax masuk kedalam ruangan VVIP, dengan raut muka menyeramkan.

Dax mengabikan pertanyaan dari jazen. Dirinya langsung menyambar sebuah botol alkohol dan menengaknya langsung.

"Carikan aku jalang malam ini." Perintah dax tanpa basa-basi.

"Kukira kau sudah tobat." Kekeh jazen, rupanya keberengsekan dax belum ilang. pikir jazen dengan menyukai daisy, lelaki dingin ini berhenti bermain dengan jalang.

Dax masih menampilkan raut muka seramnya, dirinya masih memikirkan daisy. Baru kali ini dax dibuat mengila oleh perempuan.

"Sebentar lagi jalangmu akan kemari." Info jazen setelah mengotak-atik ponselnya, mencarikan jalang untuk dax malam ini.

Pintu ruangan VVIP terbuka menampilkan sosok axel yang masuk keruangan, jazen yang melihat keberadaan axel langsung bangkit dari duduknya dan menyambut sahabatnya itu.

"Hay kawan, sudah lama tidak kesini." Sapa jazen sambil bertos ala pria.

Dax yang menyadari ada keberadaan axel, langsung menyorotkan matanya tajam.

"Aku sibuk." Jawab axel sambil melangkahkan kaki untuk duduk disamping dax.

"Kau disini juga rupanya." Tanya axel sambil mengambil segelas alkohol.

"Hmm." Jawab dax dengan deheman saja, dirinya sangat malas mengeluarkan suaranya.

"Kau disini hanya minum atau ingin bermain dengan jalang juga." Tanya jazen sambil menatap axel, yang tengah menuangkan segelas alkohol keduanya.

"Minum, apa pernah aku bermain jalang setelah berpacaran dengan daisy.

"Apakah goyangan daisy sungguh nikmat."ujar jazen vulgar, dan menatap dax dengan tatapan mengoda.

"Kau diam berarti iya." Lanjut jazen lagi dan matanya kini melirik dax yang tengah mengeraskan rahangnya.

"Pantas saja, kau jarang kesini rupanya ada yang memuaskanmu dengan hebat." Ucap jazen dengan gencarnya mengoda dax, melihat lelaki itu hanya diam saja, sudah dipastikan dax sedang menahan emosinya.

"Apakah sebelum kesini, kau bermain dulu." tanya jazen sambil terseyum mengejek kearah dax.

Axel tidak menanggapi semua pertanyaan yang dilontarkan jazen, karna menurutnya itu tidak penting, karna semakin meladeni jazen akan merambat kemana-kemana.

Dax yang hanya diam dan mendengarkan semua pertanyaan jazen saja sudah panas sekali dirinya, terlebih axel tidak menjawab bertambah asumsinya bahwa semua pertanyaan jazen benar adanya.

Sialan!

Dax mengepalkan kedua tanganya dengan erat, rahangnya semakin terlihat mengeras, otot-otot disekitar lehernya sudah menonjol. Emosi yang semula sudah agak mereda, sekarang bergejolak kembali. Dax menatap bengis kearah axel ingin rasanya dirinya melenyapkan lelaki disampingnya ini.

Jazen yang melihat perubahan raut muka dax, mati-matian untuk tidak meledakan tawanya.

"Kau mau kemana." Tanya axel ketika dax melewati dirinya tanpa sepatah kata pun.

"Hey jalangmu bagimana jika kau pergi."

Dax tidak meghiraukan seruan dari kedua sahabatnya itu, lelaki itu fokus berjalan kearah pintu untuk segera pergi.

BRAKKKK

Dax membanting pintu dengan keras, sampai axel berjenggit karna kaget.

"Kenapa dia." Tanya axel kepada jazen, yang merasa heran dengan tingkah dax.

OPIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang