Part 27

3.2K 60 3
                                    

Dax membawa tubuh Daisy yang tak sadarkan diri karna pengaruh obat bius, ke masionnya. Sedangkan untuk urusan Axel Dax tak ambil pusing, toh tadi orang suruhanya menembak lengan Axel bukan kepala ataupun dada. Sebenernya ingin sekali Dax menghabisi nya langsung, tapi tunggu waktu yang tepat dulu.

Dax mendekap erat tubuh Daisy didalam gendonganya, sesekali mencium bagian atas dada Daisy yang sedikit terbuka.
Dibawanya Daisy ke kamar tidurnya yang berada dilantai 2.

"Mencium harum tubuhmu saja, sudah membuatku nafsu baby." Guman Dax gejolak nafsunya sudah keluar. Terbukti dari balik celana dalamnya sudah mulai mengeras.

Tak dipungkurinya Dax bukan lah lelaki baik-baik, ia juga merupakan lelaki brengsek. Ia sering kali berganti pasangan setiap harinya hanya untuk memenuhi nafsu liarnya yang tergolong hyper. Namun ketika dirinya menetapkan Daisy sebagai gadisnya ia berhenti. Ia sekuat tenaga menekan nafsunya untuk tidak meniduri wanita diluar sana. Dan setiap berdeketan dengan Daisy ia belajar untuk menahanya.

Diletakan tubuh Daisy diatas ranjangnya secara hati-hati. Obat bius yang ia suntikan tadi memikiki dosis tinggi. Kemungkinan nanti malam Daisy sudah terbangun.

Dielusnya pipi daisy dengan lembut, dan menyingkirkan helaian rambut yang sedikit menutupi wajah cantik nya.

"Eughh baby, kau menyiksaku." Erang Dax menahan gejolak birahinya, hanya menatap wajah damai milik Daisy saja seluruh tubuhnya menjadi panas.

"Fuck." Umpat Dax kesal ia harus menuntusakan ini semua. Lagi dan lagi ia harus bermain solo. Padahal jika ia mau ia bisa menerkam Daisy saat ini juga, namun ia tidak mau membuat gadisnya bertambah membencinya.

****

Dilain tempat Axel tengah berbaring diruangan serba putih. Setelah insiden penembakan tadi, ia langsung dibawa kerumah sakit terdekat. Untuk saja peluru tadi hanya mengenai lengan kirinya jika tidak mungkin nyawanya sudah melayang.

"Bagiamana keadaanmu tuan?". Tanya jack dengan nada khawatir melihat didepan matanya sendiri tuanya bercucuran darah karna ditembak oleh orang tak dikenal.

"Sudah hubungi kekasihku?". Bukanya menjawab pertanyaan dari Jack, Axel justru bertanya balik mengenai Daisy sudah diberitahu belum soal dirinya disini.

"Ponselnya tidak aktif tuan."

Axel menghela nafasnya secara kasar, disaat dirinya seperti ini kenapa Daisy susah sekali untuk dihubungi. Ia hanya butuh Daisy didekatnya, itu saja.

"Coba kau telpon Aira." Suruh Axel, siapa tau ia sedang bersama kekasihnya. Pasalnya ini masih jam kerja.

"Baik tuan."

Jack langsung mencari daftar nama sahabat dari kekasih atasanya dikontak telepon milik Axel.

"Bagiamana."

"Masih bel-, Hallo." Sapa Jack ketika sambungan teleponya susah tersambung.

"Bawa sini aku saja yang berbicara."

"Ada apa Axel, kenapa kau menghubungiku?". Tanya aira bingung.

"Kau bersama Daisy?".

Aira langsung terdiam ia tak langsung menjawab, karna merasa bingung harus menjawab apa pasalnya saat ini Daisy tidak masuk kerja karna harus menemui Dax. Apa yang harus ia katakan ini.

"Aira? Kau dengar suaraku kan?".

"Iya Axel, itu Daisy sedang rapat." Kata Aira berbohong akhirnya.

"Kalau sudah selesai tolong sampaikan padanya aku sedang dirawat dirumah sakit, aku sedari tadi menghubunginya nomernya tidak aktif."

"Ah-iya nanti aku sampaikan."

OPIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang