Ini pusing bukan sembarang pusing.
Sudah terpaksa menghentikan mimpi indah gue yang sedang bermesraan bersama Jimin BTS karena mama gue yang memerciki muka gue dengan air es (gue sedang tidur di rumah karena lelah hati kosan gue dipakai untuk basecamp pejuang skripsi saat skripsi gue sendiri masih mentok sana sini), ditambah gue baru sadar gue masih memakai sendal jepit saat gue sudah duduk manis di dalam gerbong KRL, dan lagi pemandangan pertama yang gue dapati saat sampai di kelas pagi adalah Rangga dan Airin, si duo ambisius yang pastinya sedang getol mengetik naskah skripsi, serta Alzha yang sibuk menghadap layar laptopnya dengan mata berbinar (untuk yang ini gue yakin dia lagi menonton ulang video bang Saga presentasi minggu lalu). Gue melenguh, berada di antara mereka bertiga membuat gue merasa bak Minyak Angin Cap Kapak di rak parfum The Body Shop.
"Pagi Ta."
Sapaan Airin membuat gue memaksakan senyum, apalagi ketika Rangga dengan santainya langsung saja mengembalikan fokus pada layar laptopnya setelah melirik gue sekilas. Astaga, sombong banget! Ingin sekali gue menoyor kepalanya.
Tarik...
Hembuskan....
Tarik...
Hembuskan....
Sial betul, pikir gue. Walau menyebalkan setengah mati, Rangga ganteng banget. Gue sebagai kaum pecinta oppa, suka lemah melihat mukanya itu.
"Et dah! Abis dah muka Rangga lu pelototin."
Seruan Alzha membuat gue tersentak, bertatapan langsung dengan rangga yang kini melihat gue dengan kening berkerut. Aduh, dasar Aca sialan, gue membatin. " Haha, bisa aja lu Ca." Gue menggaruk tengkuk yang sama sekali nggak gatal, melempar cengiran pada Rangga yang justru membalas gue dengan rotasi mata. Monyet! Bisa nggak sih sekali aja nggak jutek sama gue!? Kesal aja gue jadinya.
Gue menghela nafas. Dengan langkah gontai melangkah ke deret bangku di belakang Alzha, duduk tenang dan menopang dagu setelah meletakan tas ransel berisi laptop dan tetek bengek amunisi perang gue dengan semester tujuh. Gue jadi berpikir, sepertinya di kehidupan sebelumnya gue ini adalah tirani yang membantai keluarga Rangga. Dilihat dari ekspresinya tiap kali melihat gue, rasanya dia nggak sudi melihat gue kelamaan. "Ca."
"Apaan?" Alzha menghentikan kegiatannya menontoni bang Saga (Persis seperti apa yang gue perkirakan) dan menoleh ke belakang. "Pasti lu mau nanya napa Rangga makin jutek banget sama lu, kan?"
"Kok lu tau?" Gue mengwow dalam hati. Alzha ini memang peka sekali, indranya tajam. Hanya satu yang dia nggak peka padahal orang lain peka, yaitu bang Saga nggak suka sama dia. Yang satu itu gue diam aja deh, nggak tega ngasih taunya. "Lu mamah Alzha, ya? atau Ki Joko Alzha?"
"Yeu, kambing." Alzha mendelik, berbalik untuk merogoh ranselnya yang tergeletak di meja dan mengeluarkan satu bungkus Tango rasa cokelat yang dibukanya dan ditawarkannya pada gue. Mantap, Alzha memang ringan tangan dan suka memberi. Langsung saja, gue ambil dua potong dan memasukan wafer manis itu dalam mulut gue. "Dia gedek kali sama lu, Ta. Soalnya tiap lu revisi, dia jadi ikut repot bantuin lu."
Nah, sudah ringan tangan, ringan pula mulutnya. Sungguh, kenyataan yang baru saja Alzha ucapkan membuat gue semakin sadar diri dan tak enak hati pada Rangga. Gue saja sudah lelah hati dengan kinerja diri gue sendiri, bagimana orang lain? Bagaimana Rangga? Pastilah dia harus menambah jatah sabar harian. Uh, kalau begini gue harus menteraktir Rangga makan enak selepas skripsi gue selesai nanti. "Ya mau gimana, Ca? Gue kan nggak maksud nyusahin dia."
Mendengar ucapan gue, Alzha hanya terkekeh dan kembali fokus pada tontonannya, membuat fokus gue mau tak mau kembali lagi pada Rangga yang duduk serong kanan depan dari gue. Dipikir-pikir lagi, sejak maju dari bab 2 Rangga banyak sekali membantu gue dua bulan belakangan ini. Walau tanpa ucapan verbal, dia tetap menjejali gue dengan buku-buku referensi, dan chat singkat berisi link-link Google tentang preseden. Walau bahkan ucapan terima kasih gue tak pernah digubris, gue tau dia menaruh sedikit perhatian pada gue, atau setidaknya menaruh iba pada gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Traffic Jam
FanfictionSemester tua = Kemacetan lalu lintas kehidupan. BTS - RED VELVET/ FANFICTION / Storyline and Art by Purpleperiwinkle / 2021