10 | keanehan yang meluap

13 6 0
                                    

︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶꒷꒦꒷︶❛❜𝕊𝕚𝕟𝕥𝕙𝕚𝕟𝕜❛❜︶꒷꒦︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶

Sunghoon mengendap-endap masuk ke dalam sekolah, bukan sebab terlambat, tapi ia takut bertemu dengan Vinia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sunghoon mengendap-endap masuk ke dalam sekolah, bukan sebab terlambat, tapi ia takut bertemu dengan Vinia. Dengan hati-hati, langkah cepat yang pasti ia sebentar lagi akan mencapai kelas.

Sore setelah memanen sayur bersama Sunghoon sempat mengantar Vinia, tapi pemudi itu tak mengatakan bila ada pengawal istana di depan gapura yang berjaga. Sunghoon langsung kabur---lari terbirit-birit dari sana tanpa pamit, niat awalnya yang ingin singgah ke rumah Vinia jadi gagal.


Perempuan itu pasti bertanya-tanya kenapa Sunghoon kabur. Vinia pasti heran kenapa dirinya menghilang secepat itu dari sisinya, matilah Sunghoon bila memang Vinia menanyakan hal tersebut. Balasan apa yang cocok untuk menjawab pertanyaan si gadis cerewet itu?


Tulang-tulang Sunghoon mendadak berbunyi kala ia merenganggkan badan, ah untung kelasnya masih sepi. Bisa malu setengah hidup jika ada anak-anak kelasnya, mau di taruh dimana muka Sunghoon yang katanya paling tampan satu angkatan?


Keanehan Sunghoon makin menjadi, entah apa yang menimpa dirinya. Namun, kali ini Sunghoon merasa telinganya berdenging sakit ketika mendengarkan orang-orang berbicara. Badannya pun pegal-pegal, padahal ia tak melakukan kegiatan berat apapun. Usai ia memakan jangkrik yang sempat menggigit pergelangan tangannya, ia merotasi jadi aneh begini. Sunghoon harus berdiam diri di kelas sampai pulang.

Sementara di sisi lain, Vinia tengah berbunga-bunga. Ia dibilang rakyat jelita oleh Pangeran Jake. Terasa bagai mimpi, tapi itu kenyataan. Berkali-kali ia menampar diri, pipinya bisa merasakan sakit sungguhan. Tapi apa benar Pangeran Jake mengatakan hal tersebut?


"Sinting," Gumam Hyera masih bosan dengan sikap abnormal teman satu mejanya ini. Kalau boleh, Hyera mau pindah duduk saja dibelakang, dari pada di sini, ia bisa terjangkit penyakit saraf otak yang menimpa Vinia.


"Udah lu ga ngarepin pangeran Jay lagi?" Tanya Hyera bersandar pada tembok.


"Masih kok masih. Tapi gue mikir Pangeran Jay aja sulit buat gue gapai, padahal kita satu negeri. Apalagi Pangeran Jake ya? Beda negeri, beda ideologi juga." Vinia memangku dagunya lagi. Ratusan kali ia berpikir hal yang senada dengan gagasan barusan.


"Ya ampun, masih ga sadar juga nih anak. Udahan deh ngarepin mereka, lu liat Sunghoon tuh cakep juga. Ga kalah sama pangeran-pangeran yang lu haluin itu," Ungkap Hyera mengetuk-ngetuk dahi Vinia pelan. Ini mungkin akan sia-sia jua, harusnya memang si pangeran yang menyadarkan Vinia secara gamblang.


"Lah iya dia kemana ya? Nggak keliatan, jam segini biasanya baru lewat." Melongok ke luar jendela, Vinia sama sekali belum menangkap tanda-tanda pemuda jangkung dengan titik cokelat tua di hidungnya. Wangi khas dari pakaiannya pun tak merasuk dalam indra penciuman Vinia. Apa Sunghoon sakit?

"Jiakhh nyariin kan. Lu, cerita dong kenapa bisa deket sama Sunghoon?" Hyera langsung mendekat ke tubuh Vinia, siap mendengar cerita dari sahabatnya.


Vinia skeptis menceritakan bagaimana ia dan Sunghoon bisa dekat. Masa ia bilang mereka dekat karena tak sengaja bertemu di tengah hutan malam-malam kala ia mencari kayu bakar untuk kegiatan. Vinia meremas baju ruffle yang ia kenakan, mungkin tidak sekarang. Ceritanya akan terasa aneh bahkan tak logis.


"Apaan dah, ga penting tau. Sana lu jauh-jauh, giliran ada perlunya aja deket-deket," Balas Vinia mendorong bahu Hyera supaya menjauh.

Hyera mendecih, ia menjauh dan menyibukkan dirinya. Jendela yang disarati siswa di luar sana menjadi objek utama, Hyera tak sengaja membayangkan pangeran Sunoo. Ah gila, kenapa Hyera bisa memikirkan putra bungsu raja. Tidak mungkin ia jatuh hati pada pangeran Sunoo, yang ada ia akan mengalami hal yang Vinia alami. Tidak, itu tidak boleh terjadi.


"Akhh sakit perut gue." Vinia mengadu, perempuan itu sudah menelungkup diri di atas meja kayu sederhana. Hyera langsung panik, kenapa lagi sih Vinia ini?

"Pulang aja gih, kenapa lu berangkat segala." Hyera mengusir Vinia.


"Dih sinting, kalau gue nggak berangkat nanti ibu gue ngomel-ngomel terus." Vinia menghela napas. Ia harus bertahan sampai pulang sekolah nanti, Omelan ibu bagi Vinia merupakan bara api, panas, perih menusuk sampai kulit menembus jantung.


"Yaudah tahan, atau mau gue panggilin Sunghoon?" Tanya Hyera. Kontan tendangan kuat melipir tepat ke betisnya yang ada dibawah meja.

"Akhh kok di tendang?!!"

"Lu kenapa Sunghoon, Sunghoon mulu. Ini mah nggak ada hubungannya sama dia." Masa bodoh dengan keluhan sakit Hyera yang ditimbulkan dari sepatu yang disandang Vinia sekarang. Ia sedang kesal dengan Sunghoon sejak kemarin, sekarang berani sekali Hyera mengungkit nama pemuda itu.

"Yaudah iya maap. Ga lagi."


︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶꒷꒦꒷︶❛❜𝕊𝕚𝕟𝕥𝕙𝕚𝕟𝕜❛❜︶꒷꒦︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶꒷꒦꒷︶❛❜𝕊𝕚𝕟𝕥𝕙𝕚𝕟𝕜❛❜︶꒷꒦︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶


Boleh tinggalin vote dan komen? Thank youuu <3

ᵒⁿ ʰᵒˡᵈ Sinthink ; SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang