11 | teror yang menyebar

12 7 0
                                    

︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶꒷꒦꒷︶❛❜𝕊𝕚𝕟𝕥𝕙𝕚𝕟𝕜❛❜︶꒷꒦︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶

︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶꒷꒦꒷︶❛❜𝕊𝕚𝕟𝕥𝕙𝕚𝕟𝕜❛❜︶꒷꒦︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Pagi yang cerah, pasar rakyat heboh tentang bocornya kabar dari istana mengenai teror-teror seminggu kebelakang. Siapa yang berani meneror penghuni kerajaan Borealis? Berani sekali dia, kalau ketahuan tentu akan dieksekusi.

Terhenyak, Vinia mengambil uang kembalian dari pedagang yang menjual keripik singkong. Gara-gara Sunghoon ia jadi tergila-gila pada keripik singkong rasa balado, pun kadang bila mengunyah kepingan keripik singkong balado, pikirannya akan terputar otomatis pada kejadian yang telah lewat kala bersama Sunghoon.

Selesai membeli bahan makanan serta bibit tanaman yang ia butuhkan, Vinia lekas melenggang dari pasar rakyat yang terus-menerus ramai. Serebrumnya mengasumsikan bahwa Sunghoon yang melakukan ini, pasti Sunghoon. Memang siapa lagi pemuda yang berani menentang kuat junta kerajaan Borealis?

Nyaris dua Minggu mereka berdua belum bertegur sapa, eksistensi Sunghoon di sekolah pun jarang masuk ke pemandangan kedua bola mata Vinia. Sebenarnya Sunghoon kemana dan apa yang terjadi padanya? Apa mungkin pemuda itu telah tertangkap dan akan segera di eksekusi?

Vinia melangkah resah, ia harus menemui Sunghoon. Namun di mana? Ibunya pasti melarang Vinia pergi lagi. Dengan jantung yang berdebar layaknya menaiki wahana adrenalin, Vinia berlari ke tempat yang mungkin Sunghoon kunjungi.

Mana mungkin pemuda itu terus berdiam diri di rumah, tapi rumah yang mana? Vinia selalu menemukan pemuda itu di tengah hutan, apa rumahnya berada di sebelah hutan? Sedikit rumah yang berdekatan dengan hutan, sisanya mungkin bangunan untuk menyimpan makanan ternak, hasil panen petani dan senjata-senjata cadangan.

"Zeta, benar-benar deh ..." Vinia memijit kepalanya, berusaha menghilangkan pusing. Sama sekali tidak berpengaruh apa-apa, sampai kini ia belum bisa menebak dimana Sunghoon berada.

Napas Vinia tersengal, ia membuka pintu rumahnya lebar-lebar. Menaruh keranjang kayu di atas meja asal, ibunya di buat heran dengan kelakuan Vinia. Ia tengah menenggak air putih dari gelas keramik, duduknya sembarangan di atas kursi kayu. Kenapa anaknya ini?

"Ibu, boleh nggak Vinia pergi lagi?" Izin Vinia harap-harap cemas. Ia merapalkan doa supaya hati ibunya lunak hingga mau mengizinkan.

"Kemana lagi? Koleksi keripik kamu udah banyak, mau beli berapa kilo gram lagi? Jangan buang-buang uang untuk sesuatu yang ga penting."

Di saat keadaan krusial ini ibunya terus bertanya dan mengomel, kepala Vinia semakin pusing. Ayolah, ia hanya ingin bertemu dengan Sunghoon sebentar. Memastikan pemuda itu baik-baik saja, menanyakan apa memang benar ia yang meneror keluarga istana?

"Bu, ku mohon...."

"Tidak. Masuk kamar! Makan semua keripik yang kamu beli." Lirikan ganas itu membunuh nyali Vinia. Ia cemberut, lalu mengambil lima bungkus plastik bening berisi singkong balado yang enak. Baiklah, mungkin ia akan gila malam ini karena terus memikirkan dimana, bagaimana kondisi Sunghoon.

Ia bisa pergi ke hutan malam-malam, tapi menghadapi ayahnya ... Ah lebih berbahaya. Bisa-bisa Vinia di lempari tombak, di lempari busur panah. Ya walau itu semua tidak akan terjadi, Vinia tetap takut kena amuk ayahnya.

Kira-kira bagaimana cara Sunghoon melancarkan teror-teror ke istana, apa pemuda itu benar-benar tahu jalan rahasia memasuki istana? Rasa penasaran Vinia tumbuh menjulang sampai ke langit, terdengar menyenangkan bisa meneror keluarga kerajaan. Namun, Vinia belum mau menerima konsekuensinya. Ia masih ingin melihat pangeran Jay, ia masih mau bermain dengan Jungwon di negeri Australis, pokoknya masih banyak alasan Vinia hidup di bumi ini.









Sunghoon meringis, lengannya sempat terkena lontaran material besi. Walaupun hanya segores, itu berhasil membuat sebagian saraf dilengan kirinya yang berotot terasa jarem. Keluar istana ia berjalan cepat, mengendap di semak-semak. Sialnya pangeran Jay sempat melihat keberadaan juga mungkin mendengar ringisan Sunghoon.

Pintu belakang istana langsung mengarah ke jenggala, Sunghoon menahan tudung hitam di atas kepala melewati terowongan dari rumput menjalar di lubang semen pengap, diatas kepala Sunghoon terdengar jejak kaki. Itu dari jembatan yang mengarah ke salah satu menara pengawas istana.

Energi pada kaki Sunghoon masih tersisa banyak, tapi keberanian mengikis pelan. Ia gelisah akan sesuatu, ia takut ada cairan merah yang menempel di ujung besi senjata. Anjing penjaga akan kalah oleh endusan panglima perang yang lambat laun akan menemukan Sunghoon.

"Akhh..." Sunghoon berteriak layaknya orang kesetanan. Ia merangsek masuk ke dalam halaman rumah, menerobos batang pohon bunga matahari. Ia masuk ke dalam rumah, memegang dadanya yang berdentum keras. Adrenalin lebih terpacu dari sebelum-sebelumnya, bagaimana bisa ujung panah itu nyaris menembus kulit.

"Ngantuk..." Sunghoon tak kuasa menahan nidera yang menyerang kedua mata. Namun sebelum itu, Sunghoon pergi ke kamar kecil membasuh luka dan sisa cairan kental merah di jubah hitamnya. Semoga ibunya tak menaruh rasa curiga.

Sunghoon terhenyak, ia ingat akan bisikan-bisikan kecil dari seorang perempuan, pemuda itu yakin itu bisikan hati Vinia yang disarati perasaan khawatir. Telinganya berdengin lagi, lumayan nyeri. Itulah apa yang ia alami sesaat suara Vinia menyebut namanya, fokus Sunghoon jadi terpecah.

"Ah telinga gue kenapa..."






︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶꒷꒦꒷︶❛❜𝕊𝕚𝕟𝕥𝕙𝕚𝕟𝕜❛❜︶꒷꒦︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶꒷꒦꒷︶❛❜𝕊𝕚𝕟𝕥𝕙𝕚𝕟𝕜❛❜︶꒷꒦︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶



︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶꒷꒦꒷︶❛❜𝕊𝕚𝕟𝕥𝕙𝕚𝕟𝕜❛❜︶꒷꒦︶ ꒦꒷꒷꒦ ︶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ᵒⁿ ʰᵒˡᵈ Sinthink ; SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang