"Rakjel itu apa?"
"Rakyat jelita."
Ini memuat kisah Sunghoon yang harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia akan dieksekusi bila terbukti melakukan pencurian dan penggelapan uang kerajaan.
Tidak ada yang mengetahui asal-usul Sunghoon, bahkan keluar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pertemuan Riki dan Vinia lusa kemarin tak terencana, tapi Riki berani bersumpah kalau Vinia memang memiliki perasaan yang teramat mendalam untuk Sunghoon. Bukan hanya sekadar teman, mungkin kedua insan itu bahkan tak saling menyadari. Riki jadi sedikit gemas.
"Riki."
Suara ayahnya muncul dari ruang pengobatan, Riki bergegas menyahut dengan sopan sekaligus membereskan buku-buku catatan miliknya--menata rapi di atas rak buku secara kilat. Derap langkah yang ditimbulkan kakinya menjadi jawaban rasa sabar sang ayah.
"Tolong jaga rumah ya," Ujarnya sembari menyiapkan peralatan yang harus ia bawa ke istana. Hari ini ayah Riki bertugas, katanya permaisuri kembali jatuh sakit.
"Ok, nanti pulang sore atau malam, Yah?" Tanya Riki seperti biasa, memastikan saja bila ayahnya pulang malam, maka Riki bisa menyiapkan makanannya sendiri tanpa menunggu ayahnya kembali ke rumah ini.
"Pulang sore, Pangeran Jay yang bilang jam kerja ayah cuma sampai sore. Yasudah kamu hati-hati ya."
Riki mengangguk, ia mengantarkan ayahnya sampai ke pintu utama. Rumah Riki terbilang megah dibanding rumah warga lain, tapi suasananya sangat berbeda. Rumah besar berlapis cat dominan putih dan abu-abu ini sangat sepi. Kadang Riki malah menginginkan hidup di rumah sederhana, tapi dengan keluarga yang lengkap.
Bukan masalah besar sebenarnya, Riki bisa saja mengajak teman-temannya meramaikan rumah ini. Namun, sudah lima kali berusaha, tetap esensi hangat tak bisa Riki temukan sama sekali. Finalnya ia hanya bermain dengan komputer yang dibelikan ayahnya dari negeri Australis.
Riki mengunci pintu rumah, dua hari kebelakang ada pengawal raja yang datang memantau kediamannya. Pemuda itu jelas takut, apalagi ada Sunghoon ada di sini.
Benar, di ruang pengobatan ada Sunghoon yang dirawat oleh ayahnya. Sunghoon dibawa kemari oleh Pangeran Jay dan Pangeran Sunoo secara diam-diam. Entahlah apa yang sebenarnya terjadi, tapi dari banyaknya luka lebam yang membekas di tubuh Sunghoon, Riki menyimpulkan kalau pemuda itu dicambuk puluhan kali.
Pangeran Jay berpesan supaya Sunghoon bisa pulih sepenuhnya, Pangeran Jay sangat percaya ayah Riki bisa membantu merawat Sunghoon sampai pemuda itu sehat lagi. Pengalaman dan etos kerja dari ayahnya memang tak diragukan, tapi melihat Sunghoon yang separah ini, apa bisa laki-laki itu bertahan dengan rasa sakitnya?
Sunghoon sudah sadar, ia juga sudah memasukkan makanan bergizi ke dalam mulutnya di bantu Riki. Namun, bekas rasa sakit ditubuh Sunghoon masih terasa jelas bila pemuda itu tak meminum obat pereda rasa nyeri. Bergerak kecil, rintih sakit langsung menggema di ruangan.