[NOREN]
Lee Jeno tidak pernah menyangka, bahwa keputusannya untuk menerima tawaran konyol dari sang sahabat, akan membuat suatu perubahan besar dalam kehidupannya.
Start : 11 April 2022
End : 21 Nov 2024
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah terbangun akibat mimpi buruk yang setahun belakangan ini kerap kali datang menghantui tidurnya, Jeno memutuskan untuk tetap terjaga dengan menyibukkan diri di dalam ruang kerjanya. Ya, ini bukan pertama kali Jeno mengalami mimpi buruk, terlebih itu juga alasan mengapa ia memutuskan untuk menarik diri dari lingkungan dunia luar, menjual rumahnya yang berada di tengah kota dan pindah ke mari; tempat yang sepi tanpa tetangga atau seorang yang bisa di ajak komunikasi sebelum Renjun datang, semua pekerjaan yang biasa ia kerjakan di kantor, Jeno boyong ke rumah bahkan jika ada meeting atau pertemuan, Jeno memilih melakukannya secara online atau jika hanya satu klien penting dan butuh bertemu, maka ia akan menemuinya di cafe ataupun restoran seperti saat bertemu dengan Mark terkahir kali.
Jeno benar-benar menutup diri, bahkan mungkin tak ada satupun orang yang tahu alasan mengapa ia yang dulunya begitu ramah dan mudah akrab dengan orang lain, mendadak menarik diri dan bersembunyi di rumah minimalisnya ini, jauh dari hiruk-pikuk kota. Selain Mark dan orang yang pernah dekat dengan Jeno, tidak ada yang tahu.
Lantaran terlalu fokus dengan isi kepalanya, Jeno tak sadar jika hari sudah pagi, langit malam di luar sana telah berganti menjadi terang.
Jeno tersentak kaget saat tiba-tiba pintu ruangannya di ketuk dari luar, di susul dengan suara lembut milik sang Remaja yang baru tiga hari ini tinggal di rumahnya. "Apa lagi sekarang?" Gumam Jeno, lantas beranjak dari duduknya guna membuka pintu dan melihat apa tujuan sang remaja mengganggunya saat hari masih begitu pagi.
Kala pintu kayu ruangan Jeno terbuka, netra hitam kelamnya menemukan sosok Renjun yang berdiri dengan sedikit ragu di hadapannya, "Ada apa?" Seolah tak ingin membuang waktu barang sedikitpun, Jeno langsung bertanya apa tujuan sang remaja.
Renjun sejujurnya enggan untuk menganggu Jeno sebab ia tahu bahwa sang pemilik rumah mungkin saja sedang dalam suasana hati yang buruk, apa lagi semalam ia terbangun akibat mimpi buruk. Renjun jelas bisa melihat, ada sebuah kantung mata besar di bawah mata Jeno yang menandakan bahwa sang pemilik rumah tak kembali tidur setelah terbangun semalam. Bukan, Renjun bukan khawatir, malahan itu bukan urusannya sama sekali dan Renjun tidak peduli.
"Maaf, aku hanya ingin mengajak anda untuk sarapan bersama... Itupun jika anda tidak keberatan.." Melihat Jeno yang tampak menatap dirinya penuh selidik dengan alis yang terangkat, Renjun segera mencari alasan yang pas mengapa ingin mengajak Jeno sarapan bersama. "Tolong jangan salah paham, aku hanya.. Eemm.. Hanya ingin berterimakasih karena anda sudah bersedia mengizinkanku tinggal disini, itu saja... Kalau memang anda keberatan, tidak apa-apa.." Demi Tuhan, Renjun tidak punya maksud atau tujuan ingin mengganggu Jeno atau mencari perhatian dari sang pemilik rumah, sungguh ini semua ia lakukan sebab murni ingin berterima kasih. Lagi pula Jeno itu orang yang misterius dan susah di tebak, Renjun tak ingin terlalu dekat apalagi terlibat terlalu jauh. Meskipun Renjun akui jika Jeno memiliki wajah tegas yang sangat tampan, serta bentuk dan otot tubuh yang menggoda setiap orang yang melihatnya. Astaga, dia berpikir yang tidak-tidak lagi!