- M I N E -
;
Melihat kondisi Renjun yang menghawatirkan, Jeno bergegas membawanya ke rumah sakit dengan perasaan campur aduk antara cemas dan panik. Disisi lain, Mark mengikuti polisi untuk dimintai keterangan perihal apa yang terjadi dan siapa saja yang terlibat.
Sesampainya di rumah sakit, para perawat dengan sigap membantu Jeno memindahkan Renjun ke atas ranjang rumah sakit. Renjun datang dengan kondisi tak sadarkan diri, wajahnya dipenuhi lebab dengan darah yang keluar dari hidung dan mungkin saja ada bagian lain yang terluka lebih parah.
“Mohon tunggu di luar, tuan. Biarkan dokter menangani pasien.” ucap seorang perawat yang meminta Jeno untuk keluar agar sang dokter yang baru saja tiba dapat fokus menangani kondisi Renjun di dalam sana.
Jeno berdiri gemetar di koridor yang steril, matanya tak lepas dari pintu ruang gawat darurat di mana Renjun tengah berjuang antara hidup dan mati. Wajahnya pucat, tangan saling mencengkeram erat. Setiap langkah perawat atau suara pintu yang terbuka membuat jantungnya berdegup kencang, berharap mendengar kabar baik.
Di dalam ruang tersebut, dokter dan beberapa perawat bergerak cepat. Lampu pembedahan terang benderang menyorot tubuh Renjun yang terbaring lemah. Darah yang muncul dari hidungnya sudah ditangani, tetapi kondisi internalnya masih menjadi misteri yang harus segera dipecahkan.
"Saya perlu hasil scan secepatnya," perintah dokter kepada perawat yang langsung bergegas melaksanakan perintah.
Di luar, Jeno menatap nanar ke luar jendela, mencoba mengumpulkan kekuatan untuk tetap tegar. Dia mengingat kembali bagaimana kondisi Renjun saat tiba di tempat remaja itu di sekap. Seandainya Jeno datang lebih cepat—tidak, seandainya Jeno tidak terlambat menjemput Renjun hari itu, semua tak akan jadi begini, Renjun tidak akan mengalami hal mengerikan ini.
"Renjun harus selamat," bisik Jeno pada dirinya sendiri, mencoba mengusir ketakutan yang menggelayuti pikiran. Setiap detik terasa seperti jam, menunggu di antara harapan dan kekhawatiran yang mencekam.
Suara langkah kaki yang mendekat di susul suara seseorang memanggil namanya, sontak menyadarkan Jeno dari pikirannya yang kusut. Jeno mengangkat pandangan mata, ia melihat siluet seorang pemuda yang tak asing berjalan cepat menghampiri.
“Jeno, bagaimana keadaan Renjun?” adalah kalimat pertama yang Jaemin tanyakan saat ia sudah ada di hadapan Jeno. Jaemin dapat melihat bagaimana kacaunya si pemuda, bahkan mungkin saja ia tak menyadari adanya luka di punggung tangannya. Setelah mendapat kabar dari Mark, tunangannya, Jaemin bergegas pergi ke rumah sakit dan ini adalah rumah sakit ketiga yang ia datangi setelah memastikan pada bagian resepsionis.
“Dokter sedang menanganinya..” ucap Jeno dengan suara dan bibir yang bergetar, rasanya terlalu sulit hanya untuk mengatakan beberapa patah kata.
Jaemin menghela napas sepenuh dada. Selama perjalanan kemari, Jaemin pun merasa cemas akan keadaan Renjun. Sebab alih-alih pulang ke rumah, Mark justru mengatakan bahwa Renjun di bawa ke rumah sakit, sudah pasti terjadi sesuatu yang buruk, walau Jaemin tak ingin berburuk sangka.
Jaemin menyentuh bahu Jeno, setidaknya ia harus melakukan sesuatu dengan pemuda yang tampak kehilangan pikirannya ini.
"Aku tahu kau sangat khawatir dengan Renjun, tapi cobalah untuk menghawatirkan dirimu sendiri lebih dulu.. Pergi dan minta perawat untuk mengobati lukamu, aku akan memberitahu kondisi Renjun saat dokter sudah keluar nanti." ucap Jaemin agar Jeno tak terus-menerus larut dalam pikirannya yang rumit. Jeno hendak menolak usulan Jaemin, tapi pemuda yang bersetatus sebagai tunangan Mark itu memberinya tatapan tajam, hingga ia tidak dapat menolak dan beranjak dari posisi.
![](https://img.wattpad.com/cover/293008038-288-k449414.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE ✔
عاطفية[NOREN] Lee Jeno tidak pernah menyangka, bahwa keputusannya untuk menerima tawaran konyol dari sang sahabat, akan membuat suatu perubahan besar dalam kehidupannya. Start : 11 April 2022 End : 21 Nov 2024