[CHAPTER 23] Quality Time

2.7K 252 24
                                    


- M I N E -

;

Hari masih pagi bahkan matahari baru saja menunjukkan presensi, akan tetapi suara ketukan dan bel pintu yang terus menerus berbunyi membuat Jeno mau tidak mau terbangun dari tidurnya, padahal Jeno baru bisa tidur pukul 2 dini hari lantaran ada banyak hal yang harus di kerjakan, pun karena itulah dia tidak bisa mengunjungi Renjun seperti malam sebelumnya.

Suara ketukan pada pintu semakin keras membuat kening Jeno mengerut semakin dalam, sebenarnya bajingan mana yang berani mengusik ketenangan Jeno? Padahal tempat ini jauh dari hiruk pikuk kota, tidak ada orang lain yang tinggal disini selain Jeno dan hanya orang-orang tertentu yang tahu dia tinggal disini. Lihat saja, saat Jeno tahu siapa yang mengganggu tidur paginya, jangan harap Jeno akan murah hati.

Suprise!

Dalam hitungan detik, raut wajah penuh dendam dan amarah yang Jeno tampilkan sontak berganti dengan ekspresi terkejut sekaligus bahagia tatkala mengetahui siapa sosok yang sudah mengacaukan paginya yang damai.

“Renjun?” Ujar Jeno yang seolah tak percaya bahwa sosok remaja manis yang ada di depannya ini benar-benar sang terkasih yang ia rindukan dan tak dapat ia temui semalam.

Renjun, remaja berusia 19 tahun itu memasang senyum yang mengembang melihat raut wajah Jeno yang tampak kebingungan mendapati dirinya berada disini.

“Kau benar-benar Renjun? Aku tidak sedang bermimpi, kan?” Ucap Jeno seraya menepuk pipinya beberapa kali guna memastikan bahwa ini bukan hanya sekedar halusinasi.

Melihat Jeno yang masih setengah sadar membuat Renjun terkekeh pelan, sontak saja si remaja mengecup pipi sang dominan karena gemas. “Bagaimana? Masih berpikir kalau ini mimpi?”

Sebelah tangan Jeno menyetuh pipi yang baru saja mendapatkan kecupan manis dari Renjun membuatnya tersenyum kecil dan yakin bahwa ini bukan mimpi. Tapi tunggu! Bagaimana bisa Renjun ada di sini?

“Hei, aku tidak kabur dari rumah, tenang saja..” Celetuk Renjun lantaran membaca dengan baik apa yang tengah Jeno pikirkan.

Jadi, semalam Mark mengirim pesan bahwa dia tidak akan pulang setidaknya sampai seminggu kedepan, Mark sangat menyesal meninggalkan Renjun sendirian dan memberitahu si remaja bila ada yang dia butuhkan jangan ragu untuk memberitahu Mark, bahkan pemuda dengan alis camar itu telah mentransfer sejumlah uang dalam jumlah cukup banyak hanya untuk kebutuhan Renjun.

Namun, tentu saja Renjun tidak akan membuang kesempatan untuk bertemu dengan Jeno, toh dia sudah membungkam semua mulut para pekerja yang tinggal di rumah Mark, bila mana tiba-tiba pemuda alis camar itu menghubungi dan bertanya perihal keberadaan Renjun.

Jeno menarik Renjun untuk lebih dekat, kemudian membawa Renjun masuk ke dalam rumah, tak lupa dia juga membawakan tas ransel yang sengaja Renjun letakkan di dekat kakinya.

“Kau pasti lapar kan? Akan aku pesan makanan untukmu,”

Renjun menggeleng kecil, “Bagaimana jika aku saja yang buat sarapan? Apa kau tidak rindu dengan masakanku?” Ujar Renjun dengan kerling mata manja.

Jeno kecup pucuk kepala si remaja, gemas sekali dengan bagaimana imutnya Renjun. “Tentu saja aku rindu, tapi tidak banyak bahan makanan yang tersisa, aku tidak tahu apakah masih layak untuk di masak atau tidak.”

“Tidak apa-apa, biar aku yang urus.. Kau bersih-bersih sana!” Renjun mendorong Jeno pelan, kemudian si remaja bergegas pergi ke dapur guna melihat ada apa saja di dalam lemari pendingin.

Sedangkan Jeno, pemuda itu meletakkan ransel Renjun di dalam kamar yang sebelumnya Renjun gunakan, kemudian seperti perintah si remaja, Jeno masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri.

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang