- M I N E -
;
Sejak semalam Jeno tak dapat memejamkan mata barang sedetik pun, seluruh atensi hanya terpusat pada sosok Renjun yang tengah terbaring dengan wajah pucat di atas ranjang rumah sakit. Kendati Jaemin dan Mark sudah memintanya untuk beristirahat sejenak, Jeno tetap pada pendirian, bertahan di samping Renjun.
Ini sudah kedua kalinya Jeno melihat Renjun terbaring di rumah sakit. Sempat terlintas dalam benak Jeno, apa mungkin ia begitu buruk sampai Tuhan menghukumnya dengan membuat orang-orang di sekitarnya terluka seperti ini? Apa Jeno tidak berhak untuk bahagia sebab dulu tak berada di samping mendiang sang istri saat wanita itu berada dalam bahaya? Jeno benar-benar tidak dapat berpikir dengan jernih dan ada banyak sekali pemikiran buruk yang berkecamuk dalam benak.
Sampai Jeno tersentak kala tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya. Sontak Jeno menoleh dan mendapati Mark yang telah berganti baju berdiri di belakangnya.
Keduanya duduk di sofa yang menghadap langsung pada ranjang dimana Renjun terbaring. Kamar rawat inap Renjun merupakan salah satu kamar terbaik dengan fasilitas nyaris sempurna, tentu saja ini berkat uang Mark yang berbicara. Di hadapan dua pemuda itu sudah ada beberapa hidangan yang Jaemin buat, sengaja ia buatkan untuk Jeno yang pasti belum mengisi perutnya sejak semalam.
“Makanlah.” ucap Mark seraya menunjuk makanan di hadapan menggunakan dagu.
“Aku tidak berselera,” balas Jeno seraya menyadarkan tubuh pada punggung sofa, mata tak lepas menatap Renjun.
Mark menghela napas, “Makan sendiri atau perlu aku suapi? Setidaknya hargai usaha tunaganku!”
Jeno menatap Mark malas, pemuda ini benar-benar bisa menjadi sangat menyebalkan, entah bagaimana dulu keduanya bisa menjadi teman. Walau enggan, Jeno tetap memasukan sepotong nasi dengan irisan daging ke dalam mulutnya, dapat ia lihat wajah puas Mark saat ia mulai menyantap hidangan tersebut.
“Jangan khawatir, dokter sendiri sudah bilang jika Renjun baik-baik saja, kan? Toh, ini juga bukan salahmu, jadi berhenti meratap dan bersemangatlah!” ucap Mark mencoba sedikit memberi penghiburan untuk Jeno.
Entahlah, kalimat Mark tak dapat sepenuhnya membuat Jeno tenang sebab di dalam sudut hatinya masih ada begitu banyak penyesalan.
“Bagaimana dengan paman Renjun? Dia harus di hukum berat untuk semua dosa-dosanya!”
Mark tak langsung menjawab, sejenak ia larut dalam pikirannya. “Aku juga berharap bahwa paman Renjun akan dijatuhi hukuman berat, saat ini kita hanya perlu menunggu sidang yang akan datang dan mungkin saja kita tidak bisa menghindari Renjun dipanggil untuk memberi pernyataannya.”
Jeno tahu hal itu, Renjun adalah korban sehingga ia tidak bisa menghindari hal tersebut. Padahal Jeno hanya berharap bahwa si remaja hanya akan dikelilingi kebahagiaan, tapi siapa sangka bahwa hal semacam ini tak dapat dihindarkan.
Di tengah keduanya berbincang, Renjun perlahan membuka kedua mata. Langit-langit kamar berwarna putih dan bau obat yang menguar dimana-mana menyambut Renjun saat kesadarannya telah sepenuhnya ia dapatkan. Rasa nyeri seketika menyerang membuat Renjun berdesis pelan, yang mana hal itu sontak menarik perhatian Jeno dan Mark.
“Renjun!” Jeno segera bangun dari posisi duduknya, ia berjalan cepat menghampiri Renjun yang tampak kesakitan. Mark segera menekan tombol darurat di atas tempat tidur Renjun, berharap dokter segera datang.
Tak lama kemudian dokter dan dua perawat menyeruak masuk, lantas meminta dua pemuda itu untuk keluar selagi dokter memeriksa kondisi Renjun.
Jeno tampak gelisah, ia terus melihat dari kaca transparan di depan pintu dengan menggigit bibir bawahnya cemas. Mark mencoba untuk menenangkan tapi tampaknya itu tak berhasil, sampai akhirnya dokter selesai memeriksa Renjun dan mengizinkan keduanya masuk ke dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE ✔
Romantiek[NOREN] Lee Jeno tidak pernah menyangka, bahwa keputusannya untuk menerima tawaran konyol dari sang sahabat, akan membuat suatu perubahan besar dalam kehidupannya. Start : 11 April 2022 End : 21 Nov 2024