[CHAPTER 2] Pertemuan

8.8K 1.1K 31
                                    

RENJUN HUANG POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RENJUN HUANG POV

Hari ini aku kembali membolos, sudah terhitung sebanyak tiga kali dalam seminggu ini aku tak pergi ke sekolah. Tidak ada alasan khusus, hanya saja aku malas bertemu dengan teman-teman sekelas. Cih! Teman? Teman apanya? Aku tersenyum miris bila mengingat jika mereka mendekatiku hanya karena sekarang atau lebih tepatnya sejak 2 tahun yang lalu aku tinggal bersama seorang pria lajang berparas tampan juga jangan lupa bahwa ia seorang pengusaha sukses di bidang properti. Mengingatnya membuatku kesal.

Padahal bulan depan adalah ujian tengah semester, tapi aku malah semakin sering membolos. Persetan! Lagi pula untuk apa aku sibuk memikirkan sekolahku sedangkan sekarang aku tidak punya siapa pun untuk berbagi kebahagiaan kalau-kalau aku mendapatkan nilai yang bagus. Tidak ada lagi pujian dan ucapan selamat yang sering aku dengar dari kedua orang tuaku.

Dadaku kembali terasa sesak, bayangan tentang kedua orang-tuaku yang selalu tersenyum bahagia ketika mengetahui putra tunggalnya ini berhasil menduduki peringkat pertama, seolah berputar dalam kepalaku seperti kaset rusak. Menyebalkan! Aku benci jika mengingatnya sebab hanya rasa sesak yang datang bila ingatan itu datang.

Hari menjelang sore, ketika kubawa langkah kakiku menuju sebuah rumah yang bisa di bilang mewah, tidak heran jika rumahnya sebesar ini mengingat ia seorang pengusaha sukses. Ah, tapi bukan berarti aku senang tinggal di sini bersama dengannya, tidak! Aku rasanya ingin kabur sejauh mungkin darinya, namun ke mana aku akan pergi? Ke rumah sanak saudara yang bahkan tak menganggap ku sebagai keponakan mereka? Ah, lebih baik aku ikut mati menyusul kedua orang tuaku saja jika harus tinggal dengan paman dan bibi yang sejak dulu mengincar harta papa dan mama ku.

Langkah kakiku terhenti pada anak tangga pertama, ketika sebuah suara menyapa indra pendengaranku.

"Hari ini kau membolos lagi? Wali kelas mu menghubungiku tadi."

Aku mendengus pelan, rasanya ingin segera pergi tak sudi berlama-lama bersama pria yang telah merenggut kebahagiaan keluargaku, "Lalu?" Tanyaku dengan ekspresi datar andalanku.

Kulihat ia menghela napas, "Jangan terlalu sering membolos, kau sudah berada di tingkat akhir... Sebentar lagi juga ada ujian, aku tidak ingin kau gagal.."

"Hem.."

Aku hanya menjawab seadanya, muak dengan pria yang sok peduli padaku itu, ya.. Aku jelas tahu kenapa ia peduli, itu hanya bentuk dari tanggung jawabnya padaku, tidak kurang dan tidak lebih.

Aku kembali melanjutkan langkahku, namun ucapannya berhasil menghentikan langkahku lagi.

"Besok aku akan pergi ke London.."

Aku mendengus pelan, aku toleh kan kepalaku ke belakang di mana posisi pria itu berada, masih dengan ekspresi wajah yang tampak enggan untuk berlama-lama, "Bukankah aku sudah bilang kalau aku tidak akan ikut?! Kau mau memohon seperti apa pun, keputusanku tidak akan berubah!! Kalau mau pergi, ya pergi saja!"

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang