[CHAPTER 11] Pukulan Telak

5.4K 917 40
                                    

Renjun terkesiap kala manik matanya melihat Jeno yang tampil rapi sekaligus gagah dalam balutan celana kain berwarna hitam dan kemeja berwarna putih yang lengannya sengaja di lipat ke atas mempertontonkan otot lengan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Renjun terkesiap kala manik matanya melihat Jeno yang tampil rapi sekaligus gagah dalam balutan celana kain berwarna hitam dan kemeja berwarna putih yang lengannya sengaja di lipat ke atas mempertontonkan otot lengan.

Hanya dengan pakaian seperti itu saja, Jeno tampak begitu menawan, dadanya yang bidang membuat siapa saja ingin jatuh ke dalam pelukan. Renjun akui, Jeno memiliki postur tubuh yang ideal, kulitnya putih, wajahnya juga begitu rupawan dengan rahang tegas, mata sipit dan bibir yang sexi. Oh sial! Renjun kembali membayangkan sesuatu yang tidak-tidak. Remaja itu menggeleng pelan.

Alis Jeno saling bertautan, manik matanya menyorot Renjun dengan sorot mata bingung, “Ada apa, Renjun?” Ujarnya bertanya sambil meletakkan jas hitam yang ia tenteng di atas kursi.

Detik itu juga kesadaran Renjun kembali ke permukaan. “Oh, em.. Tidak ada apa-apa.” Jawab Renjun sekenanya.

Jujur saja, selama ini Renjun tidak pernah benar-benar dekat dengan seseorang setelah kedua orang tuanya meninggal, pun lantaran kepribadian Renjun yang berubah menjadi tertutup. Padahal selama ini Renjun bisa bersikap tak acuh pada Mark dan teman sekelasnya, akan tetapi entah kenapa Renjun tak bisa melakukannya pada Jeno.

Jeno ibarat magnet yang menariknya begitu kuat, memberikan sensasi perasaan baru yang tak bisa Renjun tafsirkan artinya. Renjun tak pernah seperti ini sebelumnya dan bertemu Jeno membuat sesuatu dalam diri Renjun terkadang merasakan getaran-getaran aneh, begitu juga dengan jantungnya yang kadang berpacu lebih cepat.

Renjun berdeham pelan, “Tumben paman pagi-pagi sudah rapi, memang mau kemana?” Tanya Renjun sekedar basa-basi.

Tunggu! Tiba-tiba saja pikiran aneh mampir dalam benak Renjun. Jeno yang tak pernah serapi ini saat pagi hari tiba-tiba menjadi begitu rajin dan tampil keren, jangan-jangan ia hendak pergi berkencan?! Ah, sudah pasti itu jawaban, toh mau dilihat seperti apapun Jeno itu sangat menggoda, tidak mungkin ada orang yang bisa melawan pesona seroang Lee Jeno.

Namun, belum ada lima menit asumsi Renjun langsung dipatahkan begitu saja oleh Jeno, “Aku ada meeting dengan klien.” Begitulah jawaban Jeno, seperti biasa dengan wajah datar tanpa ekspresi.

“Oh, aku pikir paman—” Renjun segera mengatupkan bibirnya. Tidak-tidak, Renjun tidak boleh sampai asal bicara sebab mereka tak sedekat itu hingga saling melempar guyonan, bukannya tertawa yang ada Jeno akan marah padanya.

“Apa?”

Renjun tersenyum lebar, “Tidak, bukan apa-apa. Ayo kita makan sebelum ini dingin nanti.” Ujar Renjun dengan segera mengalihkan pembicaraan, untung saja Jeno tak menuntut jawaban lebih darinya.

Jeno tak ambil pusing, dia mulai menyantap masakan Renjun yang belakangan menjadi candu untuk lidahnya. Jeno mengakui jika masakan Renjun itu enak, bahkan saat pertama kali ia mencicipi rasa masakannya, Jeno merasa cocok dan pas sekali dengan seleranya. Namun, Jeno menyimpan pemikiran itu sendiri, terlalu enggan mengakuinya di hadapan Renjun.

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang