[CHAPTER 14] Pesta

5.3K 868 42
                                    

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•

Hai!!
Ada kah yang menunggu cerita ini Update?

Semoga kalian terhibur dengan cerita yang tak seberapa ini, part kali ini lumayan panjang sih, semoga tidak bosan.

Jangan lupa vote sama komen ya, biar akunya makin semangat.. Xixixi.

•❅──────✧❅✦❅✧──────❅•








Sayup-sayup terdengar suara kicauan burung di luar sana, bahkan kini perlahan sinar sang surya memasuki sela-sela kamar Renjun, menandakan bahwa hari telah berganti. Sejak kejadian kemarin siang, Jeno sama sekali tak keluar dari dalam ruang kerja, pintunya pun dikunci dari dalam. Kala Renjun berniat untuk mengajaknya makan malam bersama, lelaki itu tetap bungkam bertahan dalam kesunyian.

Sejujurnya, Renjun tidak begitu peduli dengan apa yang Jeno lakukan, toh lelaki itu memang penuh dengan teka-teki yang bahkan satupun tak Renjun pahami. Namun, ada sesuatu perasaan aneh yang menepuk sudut jiwa Renjun kala mengingat bagaimana sorot manik mata Jeno yang tampak begitu hancur, penuh kesedihan dan duka yang mendalam. Renjun merasa seperti melihat dirinya dalam mata Jeno, akan tetapi perasaan itu dua kali lipat lebih menyakitkan dibandingkan dengan rasa sakit yang bersarang dalam hati Renjun.

Renjun mengusak surai hitamnya dengan kasar, “Aku benar-benar bisa gila jika seperti ini!” Gumam Renjun, tak berapa lama si remaja beranjak dari tempat tidur, membawa langkah menuju kamar mandi guna membersihkan tubuh dan bersiap pergi ke sekolah.

Seperti biasa, Renjun menyempatkan diri untuk menyiapkan sarapan, meski hanya roti isi selai kacang dan segelas teh hangat itu sudah cukup untuk mengganjal rasa lapar dalam perut Renjun hingga jam makan siang nanti. Dari mulai mengoleskan selai sampai menyantap roti ke dalam mulut, manik mata berkilau milik Renjun tak lepas memandang ke arah pintu ruang kerja milik Jeno, diam-diam berharap bahwa sang empunya rumah akan keluar, meski hanya untuk mengambil segelas air. Setidaknya Renjun jadi tahu bahwasanya Jeno masih hidup dan ia tak perlu terlalu khawatir.

Tunggu! Khawatir?

Ah, benar perasaan yang sejak tadi membuat Renjun tak nyaman sekaligus gelisah adalah perasaan khawatir akan sosok Jeno yang tak menunjukan diri sejak semalam. Renjun menghela napas sepenuh dada, berusaha mengurangi rasa sesak dalam rongga. Bahkan setelah potongan terkahir, Jeno tak menunjukan batang hidung. Renjun meneguk habis teh hangat yang ada di gelas, selepas itu mengambil tas yang sengaja ditaruh di atas meja. Lantas Renjun membawa langkah kaki untuk mendekati pintu ruangan Jeno.

Renjun geming, dalam benaknya menimbang, haruskah ia mengetuk pintu tersebut atau memberikan Jeno larut dalam kesunyian lebih lama lagi? Hingga akhirnya Renjun putuskan untuk mengetuk pintu ruangan Jeno pelan.

MINE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang