next 18 (rindu)

237 35 0
                                    

Tiada hari yang paling bahagia
Saat seseorang yang kita
Cintai berada di samping kita.
Tiada hari yang paling indah,
Saat ada askar disampingnya.





Viko yang tengah mengandung
5 bulan sementara waktu
Harus berpisah dengan askar
Untuk beberapa hari.
Sebuah keajaiban kalau memang
Askar pergi hanya untuk
Beberapa hari.




Sore ini Viko masih duduk
termenung Di taman belakang rumahnya.
Tanpa ia sadari, sang papa
Telah mengamatinya dari jauh.
Betapa sedihnya Dome saat
Melihat sang putra yang dulunya
Selalu ceria kini dia nampak
Lesu dan murung.
Dia tau, betapa sulitnya Viko
Untuk melepaskan sang suami.
Dia juga tau kalau sang putranya
Telah mencintai askar
Dengan sepenuh hatinya,
Hanya saja dia belum siap untuk
Mengatakan ke semua anggota
Keluarganya.






Dome menghampiri putranya,
Dia duduk di sebelah kursi
Panjang taman itu.
Sebenarnya bukan taman,
Disitu hanya ada pepohonan kecil
Bunga mawar dan rumput halus.





Dia usap perut besar itu dan
Menciumnya dengan lembut.
Viko membolakan matanya kaget
Karna merasa ada yang mencium
Lembut perutnya.





"Papiiii! Kau membuatku terkejut,
Jangan seperti itu nanti
Jantungku bisa copot tau"
Ucap Viko dengan kedua tangan
Yang bersedikap dan bibir
Yang dimanyunkan.






Dome terkekeh.
"Makanya jangan melamun terus,
Ayo kita beli es crem! Mau tidak?"





Viko memeluk papinya,
Dome pun membalas pelukan itu.
Viko menyembunyikan wajahnya
Di dada bidang Dome.
Matanya berkaca dan mulai
Meneteskan buliran bening
Mengalir dipipinya.





"Hiks"




Dome melepas pelukannya
Menangkup wajah cantik itu,
Jarinya mengusap tetesan air mata
Yang deras mengalir di pipi
Putih milik sang putra.
Hatinya seperti diiris ribuan pisau
Melihat anaknya menangis
Tersendu sendu.





"Kenapa sayang, hm?"
Ucap Dome dengan menahan
Sakit didadanya.





"Hiks, papii bagaimana kalau
Dia, kalau askar tidak menepati
Janjinya.
Bagaimana kalau dia tidak selamat?
Aku mempunyai virasat buruk
Yang akan menimpa askar hiks"






"Hussttt sayang, jauhkan itu.
Jauhkan pikiran buruk mu itu nak,
Papi yakin askar akan kembali
Dengan selamat.
Kau yang sabar yah kan ini
Baru 3 hari, lagipula dia kan
Ditemani oleh dadynya.
Dadynya pasti akan menjaga
Askar dengan baik.
Oke naa jangan menangis lagi,
Kasihan baby  kalau papanya
Menangis pasti dia akan
Bersedih juga"
Ucap Dome dengan jari
Yang menunjuk ke arah perut Viko.





Viko tersenyum.
"Yasudah Ayo masuk, disini panas
Nanti kulitmu terbakar"




"Em"  jawab Viko.

.
.
.

"Eh kita mau kerumah vikonya
Kapan? Sekarang?"  Tanya Nan.





"Yaudah sekarang aja,
Gausah ganti baju dulu males
Kerumah gue"  kata Aran.





"Yok gas lah"






Mereka telah sampai di depan
Pintu gerbang rumah sahabatnya.
Setelah pintu gerbang itu terbuka,
Aran memarkirkan mobilnya
Terlebih dahulu.
Dia bingung kenapa banyak
Sekali penjaga di rumah
Sahabatnya? Biasanya juga
Tidak seperti itu.
Tapi yasudahlah yang terpenting
Adalah bertemu Viko
Sahabatnya yang sudah 4 bulan
Tidak masuk kelas Karna
Kehamilannya.





Tingg tongg....Tingg tongg




Viko yang kebetulan sedang duduk
di ruang tamu segera membuka
Pintu besar itu.
Dan setelah pintu itu terbuka
Betapa terkejutnya ia saat
Melihat kedua sahabatnya kini
berada di depan matanya.
Dia langsung memeluk kedua
Sahabatnya secara bergantian.
Dan menyuruhnya untuk
Segera masuk kedalam.







"Sini duduk"  ucap Viko




"Oya btw kalian ko bisa
Dateng kesini, emang udah ijin?"
Lanjut Viko,
Memang Dome memerintahkan
Penjaganya untuk masuk kedalam
Rumah tanpa seizinnya
Tanpa terkecuali.
Jadi sahabatnya itu harus izin
Terlebih dahulu untuk
Bertemu dengannya.





"Gausah ijin juga papi Lo
Sendiri ko yang ngasih ijin
Ke kita, katanya biar bisa nemenin Lo"  jawab Nan




"Btw ni rumah ko isinya cuma
Maid sama penjaga doang,
Keluarga Lo kemana?"  Tanya Aran







"Phi sky ke markas, phi Najwa
Ke kantor, Dady di atas papi pergi.
Phi askar...."
Seketika wajah yang semulanya
Tersenyum kembali tertunduk lesu.





Bodohnya Aran Karna dia lupa
Kalau mereka disuruh Dome
Untuk tidak membahas tentang
Askar di depan Viko.
Nan melirik Aran dengan tajam.






"E eh vik, btw kita kangen banget
Loh sama Lo, di kelas tuh
Rasanya ada yang kurang gitu"
Ucap Nan






"Ya iyalah kurang, kan Viko
Ga masuk. Dia kan lagi hamil
Mana bisa mas ANJIR SAKIT BANGSAT"
Nan segera menginjak kaki Aran
Sampai sang empunya mengaduh
Kesakitan.
Nan heran, kenapa Aran tiba tiba
Menjadi bodoh sekali?.
Jika dia bertanya begitu, itu
Akan membuat Viko bersedih.





Nan mendekatkan mulutnya
Tepat ditelingan Aran, dan
Berbisik supaya dirinya tidak
Mengatakan hal seperti itu lagi.





"Lo kenapa bodoh banget sih,
Jangan bilang gitu,
Nanti kalo Viko nangis Lo
Emangnya siap dikubur idup idup
Sama papinya, hah?"




"Eh sory kelepasan"
Jawab Aran dengan berbisik.




"Kalian kenapa sih?"  Tanya Viko heran.





"Eh gapapa ko, ini tadi kaki
Aran ke gencet meja hehe.
Maapin dia ya tadi udah teriak
Ga sopan"  ucap Nan





"Iya ga papa ko santai aja kali"
Jawab Viko,
Mereka pun tertawa bahagia.








Bersambung.

dear ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang