Merenggangkan otot lengan dengan sedikit pemanasan. Tidak bisa disebut sebagai pemanasan sih, pada dasarnya pemanasan dilakukan sebelum melakukan aktivitas, sementara aku melakukannya setelah selesai beraktivitas. Puas rasanya telah menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk seminggu terakhir.
Seminggu belakangan ini aku turut membantu persiapan kunjungan ke Palestine. Menggalang dana untuk membantu muslim-muslim di Al-Quds sana.
Acara ini sudah disusun jauh-jauh hari oleh Lila seorang penulis yang ingin mendonasikan fee-nya untuk kepentingan muslim-muslim di Palestine terutama di perbatasan Gaza yang sering terjadi konflik. Sebulan terakhir ini, Lila sibuk melakukan promosi begitupun denganku yang mengajukan diri untuk berpartisipasi dalam penggalangan mulia ini. Berkat hasil riview yang fyp dapat menarik banyak followers untuk dapat bergabung bahkan kabar dari Lila ada beberapa selebriti tanah air yang turut andil dalam Galang dana ini.
Hasil Galang dana ini akan didonasikan untuk masyarakat Gaza yang kesulitan menghadapi musim dingin. Ditambah lagi, di sana listrik hanya menyala empat jam dalam sehari.
"Sudah?" Mas Fakhri memegang kedua pundakku dari belakang. Aku yang duduk bersandar di kursi langsung mendongak dan membalas senyumannya.
"I'M Done."
"Alhamdulillah."
"Aku senang banget Mas, meski aku nggak terjun langsung, tapi di sini ini Masya Allah nggak bisa aku deskipsikan lagi," ucapku dengan antusias sembari menunjuk ke arah jantung menjelaskan kata 'di sini' yang baru saja aku ucapkan.
"Katanya nanti malam bakal live di semua sosial media bersemi di Al-Quds?' tanya Mas Fakhri saat aku baru menutup laptop.
"Iya, nanti malam tayangan langsung."
"Nanti Mas temani nonton,"
"Makasih Mas,"
"Mama kenapa nangis? Papa jahatin mama ya?"
"Nggak kok, Mama nangis karena terharu sama Tante Lila dan Mama juga pengen ke sana,"
"Itu di mana, Ma?"
"Itu di luar negeri, lebih tepatnya di Gaza Palestine."
"Rara nggak pernah denger,"
"Tempatnya jauh,"
***
Saat ini kami sedang menuju masjid untuk sholat isya berjamaah sekaligus sholat tarawih setelah mendapat keputusan dari menteri agama mengenai kemunculan hilal yang menandakan dimulainya bulan suci Ramadhan.Aku, Mas Fakhri, Rara dan Mama berjalan bersisihan sambil mendengarkan celoteh Rara. Sebenarnya aku cukup bimbang seharian, akan membawa Hamzah ke masjid atau sholat di rumah saja mengingat Hamzah masih terlalu kecil takut menangis dan kemungkinan yang lainnya. Beruntunglah kebingungan itu segera tersingkirkan begitu Mbak Shilla menghubungiku tadi sore, mengatakan bahwa ia sedang berhalangan untuk sholat jadi mengusulkan diri untuk menjaga Hamzah selama kami sekeluarga sholat tarawih. Tentu saja aku tak keberatan dan sangat berterimakasih.
Aku, Rara dan Mama menuju ke tempat jamaah perempuan yang harus masuk melalui pintu belakang, sedangkan mas Fakhri yang berada di saf jamaah laki-laki harus memasuki masjid melalui pintu tengah. Tak lama setelah itu, sholat isya pun dilaksanakan lalu dilanjutkan dengan dzikir-dzikir dan doa. Setelah itu, salah seorang keluar untuk melihat hasil keputusan puasa yang disiarkan secara langsung di tv. Sambil menunggu itu, Kyai yang saat ini menjadi imam memberikan nasihat-nasihat mengenai apa hal-hal yang sebaiknya kita lakukan dan hindari selama bulan puasa ini untuk memaksimalkan ibadah kami dan mengincar malam Lailatul Qadar.
Sesuai prediksi di kalender dan hasil dari pengamatan hilal, esok hari telah ditetapkan sebagai hari pertama bulan puasa. Kami pun mulai menunaikan sholat tarawih. Setelah selesai, kami langsung pulang ke rumah menaruh peralatan sholat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiadakah Surga yang Lain? {REVISI}
EspiritualWanita itu .. mudah iba, mudah patah, mudah menangis. Hatinya dipenuhi kelembutan dan cinta yang tulus tersebab fitrahnya sebagai seorang wanita ia kerap kali diuji oleh Allah melalui hatinya. ~Vivi Yaumil Fadillah. Itulah yang dialami Annisa Haridz...