Suara dentuman musik terdengar menggema di sebuah club malam elite yang ada di kota kuala lumpur. Aroma alkohol yang menyengat serta tarian bebas adalah ciri khas sebuah club. Hampir semua yang datang ke sini untuk mabuk, tidak kecuali tiga bersaudara yang selalu menjadi rebutan para gadis yang rela mengantri untuk menjadi pasangan kencan semalam ketiga bersaudara itu.
"Kapan barang yang sudah kita pesan akan tiba?" Tanya Taufan sehabis meneguk minuman beralkohol di gelas nya. Di sisi kanan dan kiri nya sudah ada dua wanita yang sedang menggoda nya untuk mengeruk isi dompet pria brengsek yang sial nya adalah putra seorang konglomerat itu.
"Tidak bisa sabaran sedikit? Kau kira menjalani tugas sebagai kurir barang yang ilegal itu mudah?" Omel Gempa yang kini sedang menikmati rokok nya, Gempa menoleh pada sang kakak sulung yang hanya diam menikmati minuman nya dan sesekali ia berciuman dengan gadis yang baru ia jumpai tadi.
"Aku tau, jadi jangan mengomeli ku seperti seorang ibu-ibu." Ejek Taufan sambil mengedipkan sebelah mata nya pada Gempa, Gempa berdesis kesal. Ia tau kakak kedua nya itu raja dari seluruh buaya darat yang ada di dunia ini, tapi apa perlu ia genit terhadap adik sendiri?
"Maaf sudah membuat kalian menunggu."
Kenzo, teman mereka yang selalu mereka suruh untuk mengambil barang yang sudah mereka pesan itu baru saja sampai, ia langsung mengambil tempat duduk di sisi Halilintar yang sudah menatap nya tajam seakan ingin menikam Kenzo dengan tatapan nya itu. Ia tau Halilintar sudah tidak sabaran.
"Huh kau kira mengambil barang seperti ini sangat mudah?" Tanya Kenzo yang tidak mau di salahkan.
"Sudah, lebih baik kita mulai saja bersenang-senang nya."
Pesta narkoba itu berjalan seperti biasa nya, asap mengepul saat mereka menghisap sabu-sabu tersebut menggunakan bong sabu.
Beginilah hancur nya kehidupan ketiga bersaudara itu. Jauh dari pengawasan orang tua, membuat mereka menjadi bebas dan bahkan menyalah gunakan kekayaan ayah mereka, mungkin inilah yang di sebut pemberontakan hidup karena kebutuhan terpenting dalam sebuah keluarga tidak mereka dapatkan.
Hangat nya kasih sayang orang tua terhadap anak nya.
"Boboiboy!" Jerit seorang pria yang juga mempunyai sedikit rambut putih yang sama dengan ketiga kembar itu. Rasa hancur dan kecewa menyelimuti hati nya saat melihat ketiga putra nya yang dengan tenang nya menghisap bong sabu-sabu. Rasa hancur dan gagal menambahkan kekalutan dalam diri Amato.
Saat berada di singapura, Amato mendapat kabar bahwa ketiga putra nya di bawa ke kantor polisi karena kasus pemerkosaan dan pemaksaan aborsi, tapi ketiga nya berhasil meloloskan diri dari hukum negara menggunakan uang mereka.
Rasa marah, kesal dan sedih bercampur aduk pada diri Amato, tanpa berpikir panjang Amato langsung memutuskan untuk kembali ke malaysia, ia juga sudah menghubungi ayah nya--tok Aba bahwa ia akan membawa ketiga anak nya itu ke pulau rintis.
Dan saat sampai di rumah, ternyata anak-anak nya tidak berada di sana, menggunakan GPS yang memang selalu ada di setiap mobil yang ada di rumah nya, Amato melacak ke mana anak-anak nya itu pergi. Dan sekarang di sinilah Amato, menatap kecewa pada ketiga putra nya itu. Orang tua mana yang perasaan nya tidak hancur memergoki anak nya sedang merusak diri nya sendiri?
"Oh, tuan Amato." Ujar Halilintar sambil melambaikan tangan pada sang ayah, bahkan tidak ada rasa hormat sama sekali mereka tunjuk kan.
"Tuan ingin bergabung?" Tanya Taufan sambil menyodor kan bong sabu milik nya pada Amato. Kemudian ledakan tawa terdengar di ruangan itu. Dengan santai nya bahkan tidak ada rasa takut mereka melanjutkan aktifitas mereka.
Hancur, rasa nya Amato ingin menangis dan berteriak sekuat tenaga nya, tapi Amato terlalu lemah untuk melakukan itu. Mulut nya mendadak kelu, kaki nya terasa seperti jeli yang tidak mampu menahan bobot tubuh nya.
"Sudah cukup!" Teriak Amato sebelum ia merebut paksa bong yang ada di tangan ketiga putra nya itu, dengan kuat ia membanting bong kaca itu ke lantai. Tatapan penuh emosi ia berikan pada ketiga anak nya yang sudah mulai lemah karena sedang dalam pengaruh benda haram itu.
"Apa kalian sadar dengan apa yang kalian lakukan?! Jika sudah begini ayah sudah tidak kuat!" Teriak Amato pada anak-anak nya, tapi mereka nampak tidak peduli.
Amato menghela nafas nya panjang, percuma saja. Amato melihat anak-anak nya bersama beberapa orang itu. Yang ia lihat wajah kulit ketiga nya mulai memucat, mereka semakin melemah dan perlahan mereka memejamkan mata nya.
Mengantuk berat karena sedang sakaw.
Amato bisa mengambil kesempatan ini, dengan cepat ia menghubungi seseorang.
"Kaizo, datang lah ke Empire Nigh Club. Aku memerlukan bantuan mu."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEMENTAL LOVE : TAUYA (HIJRAH) END✅
FanfictionSeorang bujangan yang hidup bebas bertemu dengan gadis solehah dalam perasaan cinta. Boboboy Taufan bersama kedua saudara kembar nya, Boboiboy Halilintar dan Boboiboy Gempa harus di kirim ke pulau rintis oleh sang ayah--Amato karena mereka sangat s...