03

674 86 9
                                    

Dalam ajaran islam, tanggung jawab orang tua adalah membesarkan, mendidik dan membimbing anak nya ke jalan yang benar. Dan itulah yang di lakukan oleh haji Yahya pada anak gadis nya, dan kini Yaya sudah berusia 21 tahun, sedangkan dalam agama islam saat anak sudah memasuki akil baligh sudah harus di nikahkan. Bagi Yahya inilah saat nya ia mencarikan jodoh untuk Yaya, jodoh yang jelas bibit bobot nya, jodoh yang jelas baik akidah dan luas pengetahuan nya tentang islam.

Jodoh yang sanggup mengayomi Yaya menjadi istri solehah dan jodoh yang bijak serta bertanggung jawab, bukan seperti pemuda yang datang dengan gaya yang sangat aneh bagi Yahya.

"Ayah, pagi-pagi udah melamun aja, ada apa?"

Yahya yang sedang duduk di teras rumah nya di kejutkan dengan kedatangan Istri nya---Siti, sang istri datang membawa kan ia kopi hangat dengan kue sebagai pendamping.

"Bu, ayah hanya berpikir, Yaya sudah dewasa, sudah waktu nya ayah mencarikan nya pasangan." Di ceritakan oleh nya pada sang istri apa yang menjadi pikiran nya pagi ini, mendengar nya Siti tersenyum.

"Yah, bukan nya semalam ada yang datang? Kenapa tidak itu saja." Ujar Siti yang memang diam-diam memperhatikan

"Tapi ayah gak suka yang semalam bu."

Siti tersenyum lembut, di genggam nya tangan sang suami serta elusan lembut ia berikan pada punggung tangan Yahya.

"Yah, orang tua memang berhak mencarikan jodoh yang terbaik, tapi jangan memaksa Yaya."

Yahya tersenyum menanggapi pertanyaan Siti, ia menganggukkan kepala nya menyetujui perkataan Siti.

"Ayah hanya ingin memberikan nya pilihan bu."

-----------

Pulau Rintis University

Itulah tempat Yaya berkuliah, gadis itu kini sedang duduk di sebuah bangku yang ada di taman tempat ia berkuliah, buku tentang pendidikan islam di baca oleh nya, tapi walau dia membaca pikiran nya kembali melayang pada kedatangan Taufan semalam.

"Yaya, kau ini kenapa?" Tanya Ying sejak tadi memanggil-manggil Yaya, tapi gadis berkerudung itu nampak tidak fokus dan akhirnya tidak mendengar Ying yang memanggilnya.

"Astagfirullah.." Yaya yang sadar langsung menggelengkan kepala nya, lalu ia menoleh pada sahabat nya yang baru saja mendaratkan bokong nya di sebelah Yaya.

"Ying, ada apa?" Tanya Yaya menatap sahabat nya itu.

"Kau ini kenapa? Aku dari tadi memanggil mu, tapi kamu tidak mengacuhkan ku. Apa sesuatu terjadi?"

Yaya tersenyum kecil lalu menggeleng pelan, ia kembali membaca buku nya.

Ying yang melihat Yaya yang begitu aneh menggelengkan kepala nya, ia melihat ke sekitar taman dan ternyata banyak pria yang memperhatikan Yaya. Yaya cantik dan anggun, memang wajar jika banyak yang menyukai nya seperti Gopal dan kakak tingkat mereka yang ingin mendekati Yaya dan berakhir menyerah karena Yaya yang sangat kuat memeluk  ajaran agama nya untuk berbicara dengan lawan jenis sewajar dan seperlunya saja.

"Yaya, apa kau tidak takut jodoh menjauh dari mu?" Tanya Ying membuat dahi Yaya berkerut, Yaya mengalihkan netra nya pada Ying lalu menggeleng.

"Tuhan menciptakan setiap makhluk nya secara berpasangan, aku tidak mengkhawatirkan itu Ying." Jawab Yaya bijak, Ying menganggukkan kepala nya.

"Tapi bagaimana jika kau akhirnya di jodohkan oleh orang tua mu?"

Yaya terdiam, di jodohkan? Rasa nya itu sangat kolot, tapi..

"Jika tuhan menentukan takdir ku seperti itu apa yang bisa ku buat? Orang tua memang tidak tau apa yang kita mau, tapi aku yakin orang tua ku tau apa yang terbaik untuk ku." Balas Yaya lagi, apapun keputusan nya ia akan mencoba untuk Redha dan ikhlas dalam setiap ketentuan yang sudah di atur oleh tuhan.

Ying kemudian hanya terdiam, hati Yaya sangat tulus sampai ia mau saja di atur dan menurut pada orang tua nya. Tapi walau pun begitu, ia merasa senang walau pun Yaya seorang muslim yang taat tapi ia tetap bertoleransi dengan baik, seperti mau bersahabat dengan seorang non-muslim seperti nya.

--------

Malam hari nya, Taufan di kamar nya sedang duduk di meja belajar.

Jangan berpikir positif jika Taufan sedang belajar, karena pria itu belum memulai kuliah nya di sini, ia sedang merangkai surat untuk di berikan pada Yaya.

Ia memikirkan kata-kata yang pas, rapi bagaimana? Nama nya saja ia tidak tau, mau tanya ke kakek Aba gengsi.

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam.."

Suara seseorang yang mengucap salam di luar dan jawaban dari kakek nya di bawah sana membuat Taufan menjadi tau apa yang harus ia tulis.

Ia mulai mencari di google bagaimana membuat surat yang harus ia tulis untuk pembukaan surat nya, setelah itu ia langsung menulis maksud hati nya yang ingin ia sampaikan pada Yaya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Gempa yang baru masuk ke kamar, ia melihat Taufan memasukan selembar kertas ke dalam amplop berwarna pink untuk gadis pink yang membuat hati Taufan jadi pinkiw-pinkiw penuh cinta.

"Ini cuma surat untuk ku hanyut kan di sungai, kali saja ada yang menemukan nya dan me jemput ku ke sini." Jawab Taufan asal, tidak mungkin ia bilang jika ia sedang mengejar seorang gadis yang ia cintai dengan tulus. Bukan karena apa-apa ia tidak mali ataupun apa, ia hanya merasa belum siap untuk memberi tahu pada keluarga nya soal ini.

"Bodoh sekali." Saut Halilintar yang langsung merebahkan diri nya di kasur, ia ingin tidur karena merasa lelah membantu kakek nya di kokotiam milik kakek nya siang tadi, memang itulah yang ketiga nya lakukan saat siang hari sampai waktu mereka untuk kembali kuliah tiba, mereka hanya perlu menyelesaikan waktu 1 semester lagi untuk selesai kuliah mereka.

"Kak, nanti tutup jendela nya." Ujar Gempa sebelum ia menyusul Halilintar ke alam mimpi, Taufan bernafas lega, ia mencari jaket yang tadi ia gunakan, di sana terdapat bunga mawar yang tadi ia beli untuk ia berikan pada Yaya, ia mengikat surat yang ia buat pada tangkai bunga menggunakan sebuah pita. Dengan jalan perlahan ia keluar dari kamar untuk memberikan surat yang ia buat pada Yaya.
.
.
.
.
.
.

Pukul 21:00, di kota ini sudah sepi tapi itu menguntungkan untuk Taufan agar ia dengan leluasa memberikan surat pada Yaya, tapi ia di kejutkan dengan seorang anak kecil yang akan masuk ke rumah Yaya.

"Kakak maling ya?" Tanya anak itu.

Untung bukan haji Yahya.

"Kamu adik nya orang yang pakai kerudung pink itu?" Tebak Taufan yang di angguki oleh anak itu.

"Kakak bisa minta bantuan nya?" Tanya Taufan lalu mengeluarkan Sebuah bunga dan amplop surat nya.

"Buat kakak kamu, tapi jangan sampai ketahuan ayah kamu." Ujar Taufan sambil menggerakkan alis nya, tapi anak itu hanya diam.

"Coklat hangat gratis di tempat kakek Aba besok untuk mu."

"Beneran?"

Taufan mengangguk

"Aku cucu kakek Aba, datang saja besok."

Dan akhirnya anak itu mau saja menuruti perkataan Taufan. Ia menerima mawar dan surat yang akan ia berikan pada Yaya.

"Oh ya, nama kamu siapa?" Tanya Taufan.

"Aku Totoitoy."

"Ok Toy, jangan sampai orang tua kamu tau ya?"

Totoitoy menganggukkan kepalanya sambil menunjukkan ibu jari nya, kemudian ia masuk ke rumah untuk segera memberikan bunga dan surat yang do berikan oleh Taufan.

Tbc.

ELEMENTAL LOVE : TAUYA (HIJRAH) END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang