Genap sudah 10 tahun pernikahan Yaya dan juga Taufan, pernikahan yang penuh dengan kebahagian, tentu pernikahan mereka di bumbui dengan masalah yang membuat mereka berselisih faham. Tapi, untung saja cinta dan rasa sayang yang kuat membuat mereka masih bertahan dan mencari solusi untuk pernikahan mereka.
Terlebih, saat ini Yaya sedang mengandung anak kedua mereka setelah 5 tahun yang lalu juga melahirkan seorang putra yang mereka beri nama Reyhan Fathan Maulana yang kini sudah menempuh pendidikan usia dini. Ia sangat mirip dengan ayah dan ibu nya, dengan rambut sedikit beruban seperti Taufan, dan mata yang mirip dengan Yaya.
Karena saat ini Yaya sedang hamil, maka karena itulah ia sangat sensitif.
"Yaya, keluar dulu nak, temui suami mu.." Panggil Siti yang kini berdiri di balik pintu kamar Yaya, sedang di belakang nya sudah ada haji Yah dan juga Taufan yang sedari tadi sudah berusaha keras untuk membujuk Yaya agar keluar dari kamar nya.
Tadi sore, Yaya datang ke kantor tempat Taufan bekerja. Dan di saat yang bersamaan ia melihat Taufan bertemu dengan seorang perempuan yang entah siapa sedang berbicara sambil tertawa lepas.
Karena itulah Yaya cemburu saat ini.
"Sayang, abang bisa jelaskan.." Ujar Taufan yang sejak 3 jam yang lalu tidak letih untuk menunggu di sini tanpa berpindah sedikit pun, bahkan Reyhan sudah ia suruh ke rumah Aba yang saat ini sedang menikmati masa tua nya sendiri.
"...." Hening, hanya tidak ada jawaban apapun dari Yaya.
"Dia itu teman ku sewaktu aku di kuala lumpur, kami tidak memiliki hubungan apapun.." Ujar Taufan yang terdengar sudah lelah, tapi ia tetap masih tidak menyerah untuk membujuk sang istri yang masih terdengar terisak di dalam kamar.
"Sungguh, aku hanya mencintai mu. Untuk apa aku mencari yang lain sedangkan aku sudah mempunyai istri sempurna yang menerima kekurangan ku?" Tanya Taufan yang masih tidak menyerah, sementara haji Yahya dan Siti hanya diam, entahlah kenapa hamil kedua ini membuat Yaya menjadi sangat sensitif.
"Sayang, abang belum makan.." Ujar Taufan yang terdengar putus asa, tidak lama setelah ia berkata begitu, terdengar suara kunci yang terbuka dari dalam kamar, setelah itu pintu kamar Yaya pun terbuka. Dan tanpa banyak bicara Yaya menghambur ke pelukan Taufan.
"Kangen.." Rengek Yaya yang saat ini berada di pelukan Taufan, Taufan yang tadi terkejut kini tersenyum kecil serta memeluk Yaya yang kini juga sedang memeluk dirinya.
"Abang juga kangen, abang lapar, kamu lupa abang cuma mau makan masakan kamu?" Tanya Taufan sambil ia mengecupi kepala Yaya yang masih tertutup kerudung pink milik nya.
Sedangkan haji Yahya dan Siti? Ia hanya tersenyum melihat adegan itu, hanya Taufan yang menyukai masakan Yaya. Terlebih lagi biskuit Yaya, hanya Taufan yang mengatakan itu enak.
"Emm mau aku masakin?" Tanya Yaya sambil ia mengangkat kepalan nya untuk menatap wajah sang suami.
Taufan tersenyum sambil menggelengkan kepala nya.
"Tidak, tadi bekal yang kamu bawakan untuk abang, ada kan?" Tanya Taufan dan di angguki oleh Yaya.
"Tapi sudah dingin bang."
Taufan tersenyum.
"Kan ada kehangatan dari kamu, itu jadi abang tidak masalah.." Balas Taufan sambil ia kembali memberikan kecupan pada bibir Yaya.
"Emm, ayah dan ibu ke bawah dulu."
"Eh.."
Taufan dan Yaya berbalik, melihat Haji Yah dan Siti yang berjalan terburu-buru meninggalkan mereka, kemudian mereka tertawa sadar jika ternyata masih ada kedua orang tua mereka di sini.
---------
Setelah makan, Yaya dan Taufan kini kembali ke rumah bersama Reyhan yang juga mereka ajak pulang.
"Bundaaa, bunda sudah tidak marah lagi pada ayah?" Tanya Reyhan saat anak itu masuk ke dalam kamar kedua orang tua nya, Yaya yang saat ini memeluk Taufan dan bersandar pada dada sang suami yang saat ini duduk di kasur dengan punggung yang menyandar pada kepala ranjang kini menoleh ke arah pintu, Yaya tersenyum melihat putra nya itu.
"Bunda sayang ayah, jadi bunda tidak marah. " Padahal jelas-jelas Taufan sudah berdiri selama 3 jam lebih hanya untuk membujuk nya.
Mungkin tidak marah, tapi ngambek.
"Emm tapi bunda tadi tidak mau bertemu ayah.." Polos Reyhan yang kini menaiki kasur kedua orang tua nya, Yaya melepaskan pelukan nya dan kini beralih memangku Reyhan.
"Tadi, bunda hanya ingin mengerjai ayah mu.." Jawab Yaya sambil terkikik geli, sedangkan Taufan? Ia hanya mendelik kesal, tapi jika protes nanti malah marah lagi.
"Reyhan, kenapa belum tidur nak?" Tanya Taufan yang ingin mengalihkan pembicaraan, dan memang ini sudah terlalu malam untuk anak seusia Reyhan untuk berjaga.
"Besok libur ayah.." Jawab Reyhan yang seperti nya enggan tidur.
"Reyhan, jangan biasakan begadang." Ujar Taufan yang terdengar tegas.
"Reyhan mau tidur di sini?" Tanya Yaya, dan anak itu mengangguk dengan wajah cemberut.
Taufan tersenyum melihat nya.
"Ya sudah, kita tidur ya?" Ajak Taufan ia membiarkan Yaya dan Reyhan mengambil posisi tidur terlebih dahulu, setelah itu ia memakaikan mereka selimut sebelum mengecup kening Reyhan, dan juga memberikan kecupan pada setiap bagian wajah Yaya sebelum ia mematikan lampu untuk tidur.
"Yaya yah, aku mencintai mu sungguh. Terimakasih sudah mau menerima semua kekurangan aku pria jahat dan kejam di masa lalu di saat orang mencari sosok suami yang mempu menjadi imam yang baik, kini atas bimbingan mu aku akan menjadi pria baik untuk mu, anak-anak dan atas asma allah, karena aku tidak mampu untuk menjadi pria yang sempurna."
-boboiboy Taufan.
Tamat.
Huhu, gimana-gimana? Huhu makasih sudah mau baca dan support karya sampah ku ini ~T.T~
Oh ya, karena cerita ini tamat, ayo baca cerita ku yang Gemya
Semoga kalian suka dah terus support ya 💚
Makasih yang sudah mau mengikuti cerita ku, semoga ada Taufan yang lain nya untuk kalian.
Oh ya, karena mau lebaran, author mau minta maaf kalau ada kata-kata yang menyinggung kalian. Makasiu sekali lagi untuk kalian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELEMENTAL LOVE : TAUYA (HIJRAH) END✅
FanfictionSeorang bujangan yang hidup bebas bertemu dengan gadis solehah dalam perasaan cinta. Boboboy Taufan bersama kedua saudara kembar nya, Boboiboy Halilintar dan Boboiboy Gempa harus di kirim ke pulau rintis oleh sang ayah--Amato karena mereka sangat s...