08

2.5K 144 10
                                    

Tepukan lembut pada pipi gadis cantik itu, telah Theo berikan saat bus yang mereka tumpangi telah berhenti di terminal daerah terpencil itu.

"Hey.. eh.." lirihnya bingung, harus memanggil gadis itu siapa, saat gadis itu belum memberitahu namanya.

"Bangun," katanya lirih, sembari menepuk pipi gadis itu lembut dan tersenyum tampan.

"Kita sudah sampai." Lanjutnya, terus tersenyum saat melihat wajah damai itu terlelap cantik di tidurnya menyandar dada bidang pria itu.


"Ngh.."

Lenguh gadis itu, mulai membuka matanya perlahan lalu mulai mengangkat kepalanya dari dada bidang pria itu.

Theo tersenyum tampan menatap gadis itu, "Kita sudah sampai." Lanjutnya, yang membuat gadis itu mengedarkan pandangannya ke luar kaca besar bis tersebut.

"Ayo turun,"

"Kita cari taksi ya, buat sampai di desa saya." Lanjut Theo, mulai bangkit dari duduknya, dan menggandeng tangan gadis itu.



Gadis itu terus mengedarkan pandangannya sembari berjalan dengan tangan yang di tarik lembut oleh Theo.

Hingga Theo mulai menemukan taksi yang berhenti tak jauh dari terminal bus tersebut.

Theo menghentikan langkahnya, dan mulai menoleh ke belakang menatap gadis itu yang seakan mencari dan menunggu seseorang itu.

"Hey,"

"Ayo masuk." Kata Theo, gadis itu kini menatap ke arah Theo yang sudah membukakan pintu taksi untuknya.

Gadis itu menatap Theo sekali lagi, dengan Theo yang tersenyum dan mengangguk.

"Iya, gak apa-apa." Jawab Theo, Aul mulai memasuki taksi tersebut yang di ikuti Theo setelahnya. Lalu taksi mulai berjalan menuju tempat dimana pria itu tinggal.







BLAM!

Theo dan Aul, mulai keluar dari taksi saat mereka sampai di gapura desa tempat pria itu tinggal.

Aul terdiam, menatap gapura yang berdiri kokoh di hadapannya itu.

Hawa sejuk di desa itu, membuat Aul sesekali mengusap lengannya.

"Dingin, ya?" Theo bersuara, yang membuat Aul menoleh menatap pria yang tersenyum kearahnya itu.

"Sini, pake ini." Kata Theo lagi, mulai melepas jaket hijau lumut miliknya lalu di sampir kan nya di bahu gadis itu.

"Ayo, rumah saya paling ujung." Theo tersenyum, lalu mulai kembali menggandeng gadis itu berjalan memasuki desa tersebut.



"Eh?"

"Mas Theo, ya?" Suara seorang wanita paruh baya yang tengah menyapu halaman kecil rumahnya itu menyapa hangat.

Theo menghentikan langkahnya dan tersenyum hangat pada wanita paruh baya itu, "Iya, budhe."

"Lupa ya?" Lanjut Theo menggoda, yang mendapat kekehan dari wanita paruh baya itu.

"Loh, lha Iyo tah. Delapan tahun baru balek sini kok."

"Tambah genteng wae, Theo iki." Lanjut wanita paruh baya itu, Theo tersenyum menanggapinya.

"Enggak kok, masih sama kok. Masih gantengan Fata." Lanjut Theo, maksudnya memuji putra dari wanita paruh baya itu yang dulu menjadi teman sekolah Theo sebelum Theo pindah di kota dan bekerja disana.

"Weh enggak, gantengan juga kamu. Fata mah masih bangor banget gak sembuh-sembuh." Lanjut wanita paruh baya itu, Theo tersenyum manis.

"Di cariin istri aja budhe, siapa tau bangor nya ilang." Kekeh Theo, wanita paruh baya itu juga terkekeh bersamanya.

DESIRE [NC 21+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang