27

1.9K 144 36
                                    

Mata Theo menajam cukup lama, sorot matanya yang menajam terus menatap Fata yang kini tengah berada di hadapannya. Sebenarnya tidak jauh berbeda dari Theo, Fata juga melayangkan tatapan tajamnya. Mereka sama-sama perang tatapan tajam di tengah keterbungkaman. Bahkan, suara tangis Aul yang kini berada di dalam kamarnya terdengar nyaring dari tempat berdirinya kedua pria itu.

Tangisan serta raungan yang terus Aul keluarkan sejak malam lalu, semakin menyakitkan jika mendengarnya. Tepatnya setelah Jeffan tertangkap polisi dan tidak ada satu kuasa hukum pun yang mau terlibat membantu kasus Jeffan walau dengan iming-iming harga yang cukup fantastis.

Di tambah lagi, persidangan akan di percepat menjadi siang nanti setelah bukti video rekaman penganiayaan serta pembunuhan terhadap Rajendra sudah berada di tangan polisi karena ulah dari seseorang, dan Theo tau siapa seseorang tersebut.

"Bajingan." Desis Theo, pria itu terus menatap tajam ke arah Fata yang kini terkekeh samar setelah mendengar umpatan yang Theo berikan padanya.

Seharusnya Theo bisa menyadarinya dari semalam saat polisi datang, namun entahlah, mungkin karena Theo sedikit terkejut, membuat otak serta pikiran pria itu mendadak blank.


"Bajingan kamu, Fata!"

Fata terkekeh samar, kepalanya kini menunduk menatap lantai marmer sekilas, sebelum mendongak dengan tangan yang mengusap pelipisnya.

"Ya, anggap saya seperti itu Theo." Tuturnya, masih menampilkan kekehannya, kemudian kekehan itu memudar, terganti dengan mata kelam yang menajam menatap Theo. "Kamu pikir saya melakukan itu karena apa?"

"Karena saya cinta sama Aul, Theo! Aul punya saya, Aul milik saya!" Lanjutnya, menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Theo menggeleng perlahan, bibirnya tersenyum getir. Seharusnya Theo tau, kalau dirinya menyeret Fata ke dalam pembalasan dendam ini yang dirinya rancang bersama Jeffan, hal seperti ini sudah pasti akan terjadi. Karena pada kenyataannya, musuh Fata bukan hanya Rajendra yang sudah melayangkan nyawa separuh hidupnya, namun juga Jeffan, pria yang menjadi penghalang untuk mendapatkan cinta matinya karena status pernikahan.


"Kamu brengsek Fata, Aul sedang mengandung. Bayinya butuh Ayahnya!"


"Saya yang akan mengambil alih peran Jeffan, Theo!"

"Saya yang akan mengambil alih!" Balas Fata, kedua pria itu sama-sama melengkingkan suaranya di dalam Mansion tersebut.

Theo tersenyum hambar, pria itu membuang wajahnya ke samping sekilas, lalu kembali menatap tajam kearah Fata, "Fat, kamu pikir kalau Aul mengetahui ini, dia akan menerima kamu?"

"Dia masih akan bersikap manis ke kamu?" Theo tersenyum masam, sembari menggelengkan kepalanya. "Aul benci, malah iya."

"Kamu kehilangan Aul sebagai cinta mati kamu, kamu kehilangan saya sebagai teman kamu dan kamu kehilangan segalanya!" Tutur Theo, nafas Theo memburu, matanya masih menajam menatap Fata yang kini hanya terdiam.

Gelengan kepala perlahan, kembali Theo tunjukkan, "Saya tidak sangka, obsesi gila kamu, bisa membuat kamu se-bajingan ini, Fata."

"Bajingan brengsek!"






BUG!


Pukulan keras, mulai Theo layangkan tepat di wajah tegas Fata. Emosinya terpancing, kesabarannya habis. Rasa kesal benar-benar menguasai benak Theo akan kelakuan dari teman masa sekolahnya itu.

"Kamu pukul saya?" Fata bersuara, tangannya membekap pipi bekas bogeman dari Theo.


"Fata dengarkan saya!"

DESIRE [NC 21+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang