14

2.3K 138 7
                                    

"Bagaimana Tanos?"

Tangan yang mulai melepas kacamata beningnya itu sekilas, membuat Jeffan terus memperhatikan dokter tersebut setelah memeriksa istrinya.

"Tuan,"

"Seseorang memberikan obat golongan Benzodiazepine." Jawab dokter tersebut, alis Jeffan menaut, matanya melirik sang istri yang masih terlelap dari tidurnya.

"Begini tuan,"

"Benzodiazepine adalah jenis obat anti kegelisahan,  obat ini juga dapat menyebabkan kehilangan memori karena efek sedatif yang obat ini miliki dan.."

"Jangan bertele-tele Tanos!" Dokter tersebut sedikit berdehem, sembari membenarkan kacamata beningnya saat melihat tatapan tajam Jeffan mengarah padanya.

"Tuan, obat ini jika terus dikonsumsi bisa mempengaruhi memori jangka pendek bahkan jangka panjang,"

"Midazolam, khusunya bisa menimbulkan amnesia yang cukup parah." Jelas dokter tersebut, Jeffan menghembuskan nafas panjangnya sembari memijit pelipisnya.

Senyum getir mulai Jeffan perlihatkan sekilas, "Mereka memberi istri saya obat itu?"

"Mereka ingin istri saya." Lanjut Jeffan, lalu kembali menatap dokter tersebut.


"Untuk kasus istri saya, apa sudah parah?" Tanya Jeffan, dokter tersebut menggeleng.

"Belum tuan,"

"Ingatan istri tuan akan kembali, jika berhenti memberikan obat tersebut pada istri anda." Jawab sang dokter, Jeffan mengangguk.

"Resep sudah saya tuliskan di atas nakas tuan,"

"Kalau begitu saya permisi." Lanjut dokter tersebut mulai undur diri, keluar dari kamar tersebut.



Kepergian dokter tersebut, Jeffan mulai berjalan ke arah ranjang dan mulai duduk di bibir ranjang sembari menggenggam tangan sang istri dan sesekali mengecup punggung tangan itu.

"Sembuh, Sweetie."

"Cepat ingat saya, saya janji akan menuruti semua kemauan kamu." Gumamnya, sembari menatap wajah damai yang terlelap itu, lalu di kecup nya bibir gadis itu.





Malam semakin larut, sepasang mata yang tadinya memejam kini mulai mengerjap sesaat. Kepalanya pusing, namun pusing itu tiba-tiba hilang saat matanya menatap langit-langit ruangan yang sama sekali bukan langit-langit kamarnya.

"Saya dimana?"

Gumamnya, mulai bangkit dari berbaringnya tanpa menyadari seseorang tertidur menunduk sembari menggenggam tangannya di samping ranjangnya.

Tentu saja, pergerakan tiba-tiba dari gadis itu membuat Jeffan terbangun dari tidurnya.

"Saya dimana?" Tanya gadis itu, terus menelisik seisi kamar mewah yang penuh dengan bingkai wajahnya tengah memakai gaun pengantin sembari menggandeng pria tampan yang beberapa waktu lalu memaksanya ikut bersamanya.

Gadis itu bingung, dan mulai memegang kepalanya saat kepalanya benar-benar sakit saat melihat bingkai-bingkai foto tersebut.

"Sweetie?"


"Argh!!"

"Sakit." Gumamnya, terus meremas kuat kepalanya, yang membuat Jeffan bangkit dari duduknya dan menyentuh kedua tangan gadis itu yang tengah meremas rambutnya.

"Arg!!"

Erang gadis itu, saat sebuah sekelebat bayangan samar-samar di otaknya berputar begitu cepat.

DESIRE [NC 21+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang