20

2K 133 13
                                    

Air kran yang mulai di nyalakan sekedar untuk berkumur saat rasa mual di pagi ini kembali Aul rasakan.

Tubuh yang membungkuk, kedua tangan yang mencengkram ujung wastafel dengan Jeffan yang berdiri di samping, sembari memijit tengkuk dan mengusap lembut punggung Aul itu mulai menampilkan wajah khawatirnya menatap kearah Aul yang beberapa hari ini selalu memuntahkan isi perutnya.

Bukan hanya pagi hari, namun disaat-saat tertentu, misalnya mencium bau makanan saja membuat Aul dibuat berlari sekedar memuntahkan isi perutnya.

"Ke dokter, ayo." Ajak Jeffan mulai menggandeng tangan Aul itu, namun oleh gadis itu ditahan, yang membuat Jeffan menghentikan langkahnya kembali menoleh menatap sang istri. 

"Sweetie.."


"Saya takut Jeffan, saya takut akan salah sangka akan keinginan kita."

"Saya takut ini hanya sakit biasa, bukan mengandung seperti perkiraan kamu dan keinginan kita." Lanjut Aul, Jeffan menghela nafas panjangnya.


"Sweetie listen,"

"Saya enggak perduli kamu hamil atau enggak. Saya hanya khawatir kamu sakit, dari itu ayo ke dokter dan periksa kondisi kamu. "

"Sudah tiga hari kamu seperti ini, dan ini membuat saya enggak tenang. Saya khawatir." Kata Jeffan, Aul menggeleng lemah.

Lalu rasa mual kembali menyerangnya, yang membuat Aul kembali berbalik menghadap wastafel dan memuntahkan isi perutnya yang seolah mengaduk-aduk nya itu.

Tentu saja, melihat sang istri kembali memuntahkan yang hanya berupa air saja itu, kembali membuat Jeffan memijit tengkuk Aul sembari memegang rambut panjang Aul yang tergerai.

Hembuskan nafas perlahan, mulai Aul hembuskan setelah mual itu kembali reda. Gadis itu kini berbalik menatap Jeffan lalu mulai merosot terduduk di lantai bawah sembari mengelap mulutnya dengan tisu.

Jeffan kini juga berjongkok, menyamakan tingginya dengan sang istri, lalu di usapnya dengan lembutnya bibir sang istri.


"Enggak enak Jeffan, perut Aul bener-bener enggak enak."

"Rasanya kayak di aduk-aduk gitu." Keluh Aul, menyandarkan punggungnya ke belakang. Lalu Jeffan mulai merogoh kantung celana hitamnya dan menyodorkannya pada Aul.

Aul terdiam, menatap benda tersebut lalu kembali menatap wajah tampan suaminya itu, "Jeffan?"

"Iya sweetie, saya sengaja beli ini karena sikap kamu akhir-akhir ini seperti orang mengandung."

"Tapi saya enggak berharap banyak, seperti perkataan awal saya. Saya enggak perduli kamu bisa memberi saya anak apa enggak,"

"Kalaupun di beri ya syukur, kalau enggak ya sudah. Dari itu, mencoba dulu tidak ada salahnya kan?"

"Saya enggak akan kecewa kalaupun itu negatif, enggak perlu khawatir sweetie." Jelas Jeffan panjang lebar, Aul kini mulai meraih testpack dari tangan Jeffan.

"Jeffan, Aul takut ini enggak.."


"Enggak masalah sweetie, saya enggak akan kecewa."

"Coba pakai dan saya akan menunggu disini." Lanjut Jeffan, Aul menatap testpack tersebut sekilas lalu kembali menatap wajah Jeffan.

"Ayo, tunggu apa lagi?" Aul mengangguk, lalu mulai bangkit dari duduknya dan memasuki toilet lalu di tutupnya.

Lamanya Aul berada di dalam toilet, Jeffan tak henti-hentinya berjalan mondar-mandir di luar toilet tersebut menunggu sang istri keluar dari sana.

DESIRE [NC 21+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang