12

2.1K 147 4
                                    

"Tuan,"

"Warga desa sudah mulai terkendali dan mulai menerima kita di daerah ini."

Jeffan, pria itu tersenyum singkat mendengar laporan itu dari sekretaris pribadinya. Lalu pria itu mulai membalikkan kursi kebesarannya dari sebelumnya pria itu menatap laut indah yang terlihat dari kaca besar ruangannya di atas gedung membelakangi Winata.

"Menjadi orang baik menyenangkan, bukan?" Kata Jeffan, Winata mendongak menatap tuannya itu.

"Tapi tuan besar.."

"Saya sudah menyelesaikannya semalam, dan Ayah mempercayakan semuanya ke saya." Pangkas Jeffan, Winata mengangguk-anggukkan kepalanya, rasa lega mulai Winata rasakan, setidaknya tidak ada perang lagi antara tuannya dan sang Ayah seperti sebelum-sebelumnya.

"Laut terlihat dekat dari atas sini." Gumam Jeffan, kembali menoleh menatap pemandangan laut di belakangnya.

"Laut memang tidak jauh dari sini tuan,"

"Ingin saya antarkan ke sana?" Lanjut Winata, Jeffan tersenyum sekilas kembali menatap laut di belakangnya.





Hembusan angin pantai yang meniup Jeffan, membuat pria itu terus melangkahkan kakinya perlahan menelusuri pinggir pantai bersama Winata dan beberapa anak buahnya yang berjalan di belakang.

"Istri saya suka pantai, Winata." Kata Jeffan, tanpa menoleh dan terus melangkahkan kakinya itu, yang membuat Winata menoleh ke arah taun nya yang tersenyum getir di wajah tegasnya.

"Maaf tuan,"

"Kami belum berhasil menemukan Nona." Jawab Winata, Jeffan tersenyum getir dan terus melangkahkan kakinya.

"Setelah ini anda ingin memasuki desa?" Tanya Winata, Jeffan menoleh sekilas ke arah sekretaris pribadinya itu.

"Boleh?"

Winata mengangguk, "Mereka sudah menerima kita dengan senang hati, tuan." Jawabnya. Jeffan mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ya, nanti saya ingin ke sana."











"Mas Fata!"

"Ayo sini kejar saya, masak kalah terus sih."

Teriak seorang gadis cantik yang berjalan mundur sembari tersenyum lebar saat melihat kekasihnya yang tertinggal begitu jauh di pinggir pantai itu.

Dress putih sampai lutut itu membungkus tubuh kecil dan bening itu begitu cocok dengan wajah cantik gadis itu layaknya seorang putri kerajaan yang sedang kabur dari istana.

"Cantik, udah ya?"

"Saya capek, ayo kesini jangan lari-larian terus." Pinta Fata, yang semakin membuat gadis itu tersenyum lebar masih dengan berjalan mundur menatap kekasihnya yang tertinggal itu.

"Otot aja yang besar, tapi tenaga kecil." Ledek gadis itu terkekeh.

"Apa?"

"Coba sekali lagi, saya cium kamu sampe seratus kali." Kesal Fata, yang membuat senyum gadis itu bertambah lebar.


"Oh ya?"

"Emang bisa ngejar saya?" Goda gadis itu lagi, Fata terkekeh di ujung sana saat gadisnya benar-benar meragukan kekuatannya.

Sangat menggemaskan.

"Tunggu saya dan cium kamu sampe seratus kali,"

"Gak perduli nanti pipi kamu akan kempes." Lanjut Fata.

"Gak takut, wle." Ledek gadis itu.

"Cantik!"

Teriak Fata, mulai berlari itu membuat gadis itu juga ikut berlari dari kejaran kekasihnya itu hingga,




DUK!

Gadis itu menubruk dada bidang seseorang yang membuat gadis itu sedikit terhuyung ke belakang.

"Akh.."

Rintih gadis itu, dengan wajah menatap ke bawah saat gadis itu menubruk dada bidang itu.

"Perhatikan jalan anda, Nona." Katanya, yang membuat gadis itu mendongak menatap pria yang di tubruknya itu.




DEG!

Mata Jeffan, pria itu membola saat melihat wajah gadis yang menubruknya itu.

"Sweetie?"

Gumam Jeffan lirih, dengan gadis itu mulai membungkukkan badannya sekilas.

"Maaf,"

"Saya enggak liat. Sekali lagi maafkan saya." Lanjutnya, meminta maaf. Jeffan masih terdiam menatap wajah gadis itu.

Hingga dari belakang Fata datang, dan mulai menatap gadis itu seakan bertanya kenapa.

"Mas Fata, saya enggak sengaja nabrak dia." Kata gadis itu, sedikit ketakutan. Fata mengangguk dan mulai menarik gadis itu untuk berdiri di belakangnya.

"Maaf kan gadis saya tuan," kata Fata, mewakilkan permintaan maaf gadis itu. Lalu mulai pergi menggandeng tangan gadis itu sesekali di peluknya.

"Gadis saya?" Ulang Jeffan, matanya masih menatap punggung gadis itu yang tengah di rangkul oleh pria lain.

Matanya menajam. Gadis itu, istri yang Jeffan cari selama ini.

"T-tuan dia.." lirih Winata terjeda, seakan tidak mempercayai apa yang barusan mereka lihat.

"Istri saya,"

"Dia istri saya kan Winata?!" Kata Jeffan, masih menatap punggung kecil itu yang semakin menjauh dari pandangannya bersama pria lain yang sesekali memeluk dan mengecup kening gadis itu.

"Tidak mengenali saya?" Lirih Jeffan lagi, kini mata itu mulai menoleh menatap Winata.


"Cari tau tentang dia, Winata."

"Baik tuan."







D E S I R E

DESIRE [NC 21+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang