ENDING

2.9K 170 46
                                    

Sudah terhitung dua setengah jam, Jeffan duduk di dalam ruang tahanan dengan kepala yang menunduk dalam. Benar, hari ini adalah hari dimana dirinya menjalani hukumannya. Rasa cemas terus Jeffan rasakan lewat dari gerakkan kakinya yang begitu gusar. Bukan, bukan Jeffan cemas akan hukuman itu, akan tetapi dirinya cemas saat sang istri belum juga datang sekedar menemuinya untuk yang terakhir kalinya.

Jeffan tidak tenang, pria itu mulai bangkit dari duduknya. Berjalan mondar-mandir di dalam sel tahanan dengan perasaan gusarnya.


"Sweetie, kamu kapan datang?"

Jeffan cemas, sesekali pria itu menatap pintu besi dengan tatapan pada arah pintu kunjungan, namun nihil. Disana belum ada petunjuk apapun tentang seseorang yang datang. Lalu tak lama, beberapa polisi datang dan membuka pintu besi tersebut yang membuat Jeffan menatap beberapa polisi tersebut.

"Istri saya datang?" Tanya Jeffan, namun polisi tersebut hanya menampilkan senyum miringnya menatap Jeffan.

"Kamu mengharap istrimu datang?" Kekehan mulai polisi itu tunjukkan di hadapan Jeffan, yang kini menatap tajam kearah polisi tersebut.

Polisi itu menggeleng, "Tidak ada yang datang, dan eksekusi akan segera di lakukan." Lanjutnya, lalu di ikuti dengan senyum miringnya menatap Jeffan.


"Ah iya!"

"Kalau boleh jujur, istrimu cantik. Sangat cantik." Bisik polisi tersebut tepat di telinga Jeffan, tangan Jeffan mengepal kuat dalam diamnya. "Dan sangat mudah untuk istrimu mencari suami yang lebih dari dirimu."

Senyum miring kembali polisi tersebut berikan pada Jeffan, "Dan mungkin ada kesempatan untukku mendapatkan istrimu itu." Polisi tersebut tekekeh renyah bersama rekannya setelah mengatakan kalimat tersebut.

Mata Jeffan memerah dan menajam, tangannya mengepal kuat sampai buku kukunya memutih, lalu mulai menatap polisi tersebut, "Kalau saya mau,"

"Saya dengan sangat mudah membunuh kalian disini karena mulut lancang itu." Lanjut Jeffan, namun membuat polisi tersebut naik pitam. Dan mulai memborgol tangan Jeffan dengan kasarnya.


"Jangan mimpi dan cepat mati!"

Balas polisi tersebut, dan mulai mendorong kasar tubuh Jeffan untuk keluar dari sel tersebut menuju tempat eksekusi pria itu.




Disinilah Jeffan, di sebuah ruangan sepi dengan beberapa algojo yang berjejer memegang senjata api di tangannya menghadap kearah Jeffan yang berdiri dengan kepala yang di tutup oleh kain hitam.  Jeffan menghembuskan nafas panjangnya, seolah meyakinkan dirinya saat telinganya mendengar penuturan dari polisi yang meminta beberapa algojo untuk siap menembaknya.

Mata Jeffan mulai memejam, senyum kecil terukir di bibir Jeffan saat kepalanya memutar memorinya bersama sang istri.



"Aul, saya tinggal ya?"

"Karena pada kenyataannya, bukan hukuman bahkan eksekusi mati yang menghukum saya,"

"Namun rasa cinta saya yang begitu besar untukmu, Aul. Yang membuat saya mati dengan perasaan lega dan bahagia, bersama keadilan yang saya lakukan untuk melindungi harga diri kamu."





Dor!!





Dor!!





Dor!!
















Harusnya Aul tidak seterkejut itu, saat mengetahui Fata lah dalang di baliknya sang suami mendekam di dalam jeruji besi sampai penetapan hukuman mati. Dan seharusnya Aul juga bisa langsung memahami saat setelah polisi datang dan Fata tidak ada di dalam Mansion milik suaminya. Ya— kecewa tentu saja Aul rasakan saat mengetahui fakta tersebut, di tambah lagi, pelaku dari ditangkapnya sang suami sampai penetapan hukuman mati juga adalah pelaku dari pembunuhan tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESIRE [NC 21+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang