11

2.2K 129 0
                                    

Suara riuh teriakan di area proyek tepat di depan gedung perusahaan sang Ayah, membuat Jeffan yang berada di lantai atas gedung tersebut dari beberapa hari yang lalu pria itu memutuskan terbang di tempat terpencil itu untuk membantu proyek sang Ayah terus memijit pelipisnya.

Hembusan nafas mulai Jeffan hembuskan saat teriakan penolakan tersebut terus terdengar di rungu Jeffan.

"Se-bejat apa Ghazanvar Group pada rakyat kecil, yang membuat mereka seperti itu?"

Gumam Jeffan sembari memijit pelipisnya, yang membuat Winata, sekretaris pribadinya itu menoleh menatap sang tuan.

Diam, Winata diam sembari melipat tangannya ke depan dengan kepala yang menunduk.

"Buka gerbangnya." Kata Jeffan lirih, Winata seketika menoleh ke arah pria itu.

"Maaf?"

Jeffan masih menatap luaran gedung itu yang menampilkan para pendemo terus memberontak tak mengizinkan.

"Buka gerbangnya." Jawab Jeffan lagi, kali ini menatap sekretaris pribadinya.

"Saya akan menemui mereka dan menjelaskan proyek ini." Lanjut Jeffan.

"Maksud tuan?"

Jeffan menghembuskan nafas panjangnya, "Saya akan menjelaskan jika proyek pembangunan ini atas nama J Group,"

"Bukan Ghazanvar Group."

"Lalu memberi ganti rugi tanah yang mereka inginkan, saya rasa masalah akan selesai." Lanjut Jeffan lagi.

"Tuan, tapi tanah ini milik Ghazanvar Group, kenapa harus mengganti rugi di tanah kita sendiri?"

"Iya tapi ilegal, Ghazanvar licik kalau kamu lupa." Balas Jeffan, yang seketika mampu membungkam sang sekretaris.

"Buka gerbangnya, saya akan kesana." Lanjut Jeffan, mulai bangkit dari duduknya dan mulai melangkah itu yang diikuti oleh sang sekretaris.

"Tuan, tapi di luar bahaya, mereka bisa menyakiti anda."

"Mereka orang yang tidak berpendidikan, sangat pasti mereka akan menggunakan otot dari pada otak." Jawab Winata terus mengikuti langkah Jeffan.

"Saya akan mengurusnya." Lanjut Jeffan, mulai keluar gedung itu.

"Buka gerbangnya." Kata Jeffan, memerintah anak buah yang berada di depan gerbang gedung tersebut.

Jeffan mulai melangkah kesana, dapat di lihat Jeffan pendemo bukan hanya para pria, namun ada para wanita dan juga anak-anak yang seakan memperjuangkan hak mereka.


"JANGAN GUSUR TANAH KAMI,"

"TANAH ITU MILIK KAMI."

Seperti itu pembelaan hak mereka terhadap tanah milik mereka.

"Tolong berhenti dan dengarkan saya."

"JANGAN GUSUR TANAH KAMI."



"TOLONG DENGARKAN SAYA!!"

Teriak Jeffan, yang membuat mereka semua kini terdiam menatap pria itu.

"Saya tidak akan menggusur tanah kalian, saya tidak membangun proyek sampai memasuki desa kalian bahkan rumah kalian."

"Saya akan membangun proyek di samping tanah kosong desa kalian, berupa taman hiburan gratis untuk anak-anak."

"Tuan?!" Jeffan menghentikan perkataan Winata dengan mengangkat tangannya di hadapan pria itu.

DESIRE [NC 21+] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang