PROLOG

628 82 6
                                    

"Baik, mari kita sambut dengan meriah, delapan laki-laki kebanggaan kita semua, UR BOYS!"

Setelah pembawa acara melafalkan nama grup tersebut dengan antusias, suara riuh langsung memenuhi studio musik. Ribuan perempuan berteriak meriah ketika sekumpulan laki-laki keluar dari backstage dan menaiki panggung dengan senyuman lebar yang begitu manis. Delapan laki-laki tersebut berjajar dengan rapih, beberapa melambaikan tangan hangat kepada fans di depan mereka. Ribuan perempuan menggaung-gaungkan nama setiap member dengan semangat, tak lupa lightstick dan tulisan indah mereka angkat setinggi mungkin agar dapat dilihat oleh laki-laki di atas panggung. Tidak hanya perempuan, tidak sedikit pula laki-laki yang mengagumi delapan sosok tersebut.

"Wah, banyak sekali ya penggemar kalian." Pembawa acara tersenyum lebar melihat antusias penonton.

"Terima kasih banyak. Kami akan berusaha semaksimal mungkin." Ucap salah satu laki-laki tinggi yang berada di tengah, senyum tipis darinya mampu membuat teriak perempuan di sana.

"Dilihat dari antusias penonton, sepertinya sudah tidak sabar untuk melihat penampilan kalian. Kalau begitu, tidak perlu berlama-lama lagi, langsung saja kita saksikan. UR BOYS dengan lagunya yang berjudul MISS U!"

Setelah pembawa acara menuruni tangga, sorak penonton semakin menggila. Grup musik bernama UR BOYS tersebut langsung memulai penampilannya yang selalu diidam-idamkan para penggemar.

꙰꙰꙰

Sementara itu, delapan laki-laki lain melihat penampilan UR BOYS dari balik layar monitor di ruang tunggu backstage.

"Wah, penggemar mereka banyak banget." Ucap seorang laki-laki sembari membenarkan posisi kacamatanya.

"Bisa gak ya kita kyk mereka?" Tanya seorang laki-laki bergigi kelinci di samping laki-laki kacamata tadi.

"Ck. Grup kyk gitu apa bagusnya sih? Modal tampang doang." Seorang laki-laki di ujung ruangan berdecak kesal.

"Apaan coba yang kyk gitu disebut dance?" Seorang laki-laki berkulit hitam manis melirik sinis layar monitor dari cermin.

"Itu rap atau orang kumur-kumur? Kagak jelas." Ucap seorang laki-laki berambut keriting acuh tak acuh, fokusnya hanya pada layar smartphone dalam genggamannya.

"Hey! Kalian gak boleh ngomong gitu." Seorang laki-laki bertubuh tinggi atletis akhirnya angkat bicara.

"Apaan sih, Rik? Kita ngomong sesuai fakta! Lu liat aja tuh penampilannya." Laki-laki di ujung ruangan menunjuk kesal layar monitor yang masih menunjukkan penampilan UR BOYS.

"Fenly, gimana pun juga, mereka debut sebelum kita, harus dihargai dong." Balas seorang laki-laki yang dipanggil Rik.

"Sok suci lu, Rik. Penari latar diem aja!" Ucap kesal laki-laki berkulit hitam manis.

Setelah mendengar kalimat terakhir dari temannya, laki-laki yang dipanggil Rik tersebut langsung terdiam.

"Kalian bisa diem kagak sih?! Berantem mulu. Bentar lagi giliran kita." Seorang laki-laki yang sedari tadi merapihkan rambut di depan cermin akhirnya membentak teman-temannya.

"Bener tuh kata Shandy." Ucap setuju seorang laki-laki bertubuh tinggi. "Emang kalian kagak gugup gitu? Diliat ribuan penonton. Bukannya tenang, malah debat terus." Lanjutnya sembari mengambil sebuah kantong obat kecil di dalam ransel dan langsung meminumnya perlahan.

"Ngapain harus gugup sih, Fik? Udah pasti penampilan kita jauh lebih baik daripada kumpulan orang kagak jelas itu." Seorang laki-laki berambut keriting melirik sinis ke arah layar monitor.

FA1MOS || UN1TY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang