Jeongyeon pov
Setelah menyelesaikan hari yang panjang di sekolah, aku memutuskan untuk pulang ke rumah.
Saat aku melewati rumah jihyo yang berada di sebelah rumahku, aku tiba-tiba mendengar teriakan yang begitu keras memanggil namaku.
"Jeongyeon!"jihyo berteriak sambil melompat-lompat dan melambaikan tangannya padaku.
"Hai ji..."aku menyapanya kembali.
Aku kemudian menyadari jika ada seseorang di sampingnya. Aku seperti pernah melihatnya tapi aku lupa di mana dan kapan aku bertemu dengannya.
Aku lalu memberinya anggukan dan tersenyum pada teman jihyo.
"Ah, kau pasti jeongyeon...?" tanya nya sambil mendekati ku.
Sebelum aku bisa menjawab pertanyaan nya dengan kata "ya", tiba-tiba saja kedua tangannya sudah dia letakan di atas dadaku.
Aku bisa merasakan bagaimana dia menekan dada ku dengan keras dan juga meremasnya beberapa kali.
Mataku terbuka lebar, rahangku terjatuh dan aku tidak bisa bergerak dati tempatku. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa saat ini.
"Jadi kau benar-benar seorang pria?"dia akhirnya melepaskan tangannya dari dadaku.
Aku masih terdiam dan tercengang dengan tindakan berani gadis itu.
Aku akhirnya kembali sadar ketika mendengar tawa keras jihyo. Aku berdiri di sana dengan canggung dan hanya menunggu sampai jihyo berhenti tertawa. Dia tertawa sangat keras hingga air mata keluar dari matanya.
"Maaf jeong, tapi itu sangat lucu terutama saat aku melihat wajahmu..."jihyo terus tertawa sambil memegangi perutnya.
"Aku mengatakan pada mina bahwa kau adalah seorang pria, tetapi dia tidak akan mempercayai ku sampai dia memeriksanya sendiri..." jihyo menjelaskan sebelum tertawa terbahak-bahak lagi.
Aku melihat gadis yang bernama mina itu, dia memiliki wajah datar seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya.
Serius? Dia baru saja melakukan hal cabul dan tidak normal padaku dan sekarang dia terlihat biasa-biasa saja.
Aku hendak berjalan pulang tapi jihyo memaksaku untuk tetap tinggal dan mampir ke rumahnya.
Aku ingin menolak tapi dia langsung menarik tanganku dan membawa ku masuk ke rumahnya. Aku dengan terpaksa akhirnya hanya pasrah dan mengikuti kemana dia membawaku.
Kami akhirnya nongkrong di kamar jihyo...yah kamar seorang gadis dan aku bersama dua orang gadis dalam kamar ini.
Aku menahan diri dan tidak menjadi diriku sendiri saat berada di dekat mina. Hal itu ku lakukan karena kesan pertama yang dia berikan padaku, sehingga aku harus berhati-hati saat bersama gadis itu.
Aku seperti sedang dalam mode perlindungan untuk berjaga-jaga jika gadis itu melakukan hal yang tidak pantas lagi padaku.
Semuanya berjalan baik-baik saja sampai jihyo pergi ke kamar mandi dan meninggalkan mina dan aku di kamarnya.
Ruangan itu sekarang dipenuhi dengan keheningan dan tidak ada dari kami berdua yang berbicara sepatah kata pun.
Aku berusaha terlihat sibuk saat melihat salah satu majalah jihyo yang ada di mejanya, tapi sebenarnya aku berdoa dalam hati agar jihyo segera kembali.
Aku bahkan tidak tahu majalah apa yang aku pegang saat ini. Aku hanya terus membolak-balik majalah itu dengan pikiran entah ke mana.
"Hmm...jeongyeon, aku tidak tahu kalau kau tertarik dengan pakaian seperti itu atau mungkin kau hanya melihat-lihat modelnya?" mina mencondongkan wajahnya ke telinga kiriku dan dengan jahat membisikkan kata-kata itu, mengirimkan rasa dingin yang menjalar keseluruh tubuhku.