"Apa yang salah? Kenapa kau tiba-tiba menendangku dan mengacuhkanku pagi ini?!" tanya Jeongyeon ketika mereka berada di taman belakang sekolah untuk membicarakan sesuatu.
Mina melipat tangannya di atas dadanya dan memasang wajah cemberut sedangkan Jeongyeon terus menatapnya, menunggu Mina menjawab pertanyaannya.
"Jangan diam saja dan jawab saja pertanyaanku!" ucap Jeongyeon kesal karena Mina tak kunjung menjawabnya.
"Aku kesal padamu!" bentak Mina menatap tajam Jeongyeon.
"Kesal? Kenapa?" Mina membuang mukanya, membuat Jeongyeon menghela napasnya dan mencoba untuk tetap sabar dalam menghadapi Mina.
"Kenapa kau bisa kesal padaku? Apa kesalahan yang aku lakukan sekarang?" Jeongyeon meraih dagu Mina dan membuat kekasihnya itu menatapnya.
"Aku tidak suka kau dekat dengan wanita lain!"
"Aku dekat dengan wanita lain? Siapa?" bingung Jeongyeon.
Seingatnya dia tidak pernah dekat dengan wanita lain selain Mina dan Jihyo. Itu pun karena Jihyo adalah teman dekat sekaligus tetangganya.
Selain mereka berdua hanya ada Nayeon dan mungkin Momo, tapi mereka berdua hanya sebatas teman biasa saja.
"Sana dan Irene!" ketus Mina.
Jeongyeon diam sejenak, membuatnya mulai mengerti kenapa Mina bersikap seperti itu padanya.
"Apa ini karena pertemuan pagi ini?" Mina tidak menjawab dan membuang wajahnya lagi.
Tak perlu bertanya lagi, melihat reaksi Mina sudah membuat Jeongyeon mendapatkan jawabannya.
"Itu hanya pertemuan biasa. Pak Choi meminta kami untuk datang ke ruangannya dan membahas masalah lomba kesenian yang sebentar lagi diadakan sekolah kita. Dan bukan hanya ada Sana dan Irene saja di sana. Setiap kelas lain pun memiliki perwakilannya..." jelas Jeongyeon menangkup wajah Mina agar melihatnya.
"Benarkah?" tanya Mina masih dengan wajah cemberut bercampur masamnya.
"Ya, jika kau masih belum percaya maka tanyakan saja pada Jackson karena dia juga ada di sana..." Jeongyeon melepaskan tangannya dari wajah Mina dan menghela napasnya sebelum melanjutkan.
"Dan di sana juga ada Chaeyoung..."
"Ohhh..." Mina menganggukkan kepalanya sampai dia menyadari sesuatu.
"K-kau bilang siapa? C-chaeyoung?" tanya Mina dengan nada yang cukup tinggi, membuat Jeongyeon menutup mulut Mina dengan tangannya.
"Ya tuhan, Mina. Kau membuat telingaku sakit!" keluh Jeongyeon tapi Mina tak memperdulikannya dan menepis tangan Jeongyeon agar melepaskan mulutnya.
"K-kau tadi bilang Chaeyoung juga ada di sana?" Mina kembali bertanya.
"Iya dan dia..." Jeongyeon menggaruk belakang kepalanya, melihat mata tajam Mina.
"Dia apa?!" tuntut Mina.
"Dia juga meminta maaf padaku...tentang...uhm ciuman waktu itu..." jawab Jeongyeon dengan tidak nyaman, mengingat kenangan buruk dan traumatis itu.
"Dan apalagi yang dia katakan? Apa dia kembali menci..."
"Tidak!" tegas Jeongyeon menghentikan pertanyaan konyol Mina.
"Terus apa?! Ya tuhan, aku bersumpah jika dia menciummu lagi maka aku sendiri yang akan membunuhnya!" marah Mina kembali mengingat Chaeyeong yang menyatakan cintanya pada Jeongyeon dan menciumnya di depan banyak orang.
"Berhentilah membahas tentang ciuman itu!!!" geram Jeongyeon mengusap kasar wajahnya.
"Dia hanya meminta maaf padaku. Dan mengatakan bahwa dia salah paham selama ini. Dia tidak pernah tahu bahwa aku adalah seorang pria dan berpikir kalau aku ini perempuan. Karena itu dia meminta maaf atas semua yang ia lakukan padaku..." Mina bernapas lega mendengar hal itu, bersyukur bahwa Chaeyeong tidak kembali mengejar Jeongyeon.