Jeongyeon pov
Malam ini, eomma menyuruhku membawa sesuatu untuk ibu jihyo. Aku melakukan apa yang dikatakan eomma dan menekan bel rumah jihyo.
Bibi park membuka pintu, dia bersyukur dan berterima kasih padaku karena sudah mau membawa barang yang cukup berat itu ke rumahnya, bahkan dia mengundang ku untuk masuk.
Dia mengatakan padaku bahwa jihyo ada di kamarnya dan menyuruhku untuk memanggilnya.
Sebelum memasuki kamar jihyo aku mendengar suara samar-samar musik dari dalam kamarnya. Aku mengetuk pintu tapi dia tidak menjawab. Mungkin dia sedang mendengarkan musik sehingga dia tidak menyadari suara ketukan pintu.
"Jihyo..." panggilku kembali mengetuk pintu kamarnya.
"Ji, bibi menyuruhmu turun..." masih tidak ada jawaban.
"Aku akan masuk, oke?" aku memutuskan untuk membuka pintu perlahan dan masuk ke dalam kamar jihyo.
Begitu aku masuk, ruangan itu kosong dan komputer dibiarkan menyala dengan musik yang diputar dengan keras.
Aku pikir dia sedang mandi, tepat ketika aku akan berbalik untuk pergi. Aku mendengar pintu tertutup dan kemudian aku merasakan sepasang tangan melingkari pinggangku.
Aku berdiri disana...membeku. Hembusan udara panas memasuki telinga kananku, saat dia membisikkan kata-kata itu.
"Hai jeongyeon, kita bertemu lagi..."
Ya tuhan...tidak diragukan lagi itu suara mina.
Aku ingin berbalik tapi aku terkunci dalam pelukannya. Kemudian aku merasakan kekuatan yang mendorongku ke arah pintu.
Punggung ku bersandar dipintu dan wajah mina hanya satu inchi didepan saat dia mengunciku di antara kedua tangannya.
Kami berdua hanya saling tatap, aku kehilangan kata-kata dan aku tidak tahu dengan apa yang harus kulakukan.
Aku merasa kekuatan magnet yang membuat mataku tidak bisa menjauh dari matanya. Semuanya terjadi secara alami saat dia mencondongkan tubuhnya ke depan sementara aku perlahan menutup mataku.
Bibir kami bersentuhan, perasaan bibirnya di bibirku sangat berbeda. Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya.
Bibirku bergerak sendiri saat aku membalas ciumannya. Aku membuka mulutku saat aku merasakan lidahnya menyentuh bibirku meminta untuk masuk.
Lidah kami bertemu dan terjerat bersama. Aku sangat menikmati ciuman itu sampai aku merasakan lengannya menarik kancing celanaku.
Saat itu lah aku kembali ke akal sehatku tentang apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang sedang aku lakukan dengannya.
Aku melepaskan ciuman itu dan membuat jarak dengan cara mendorongnya menjauh dariku. Aku terengah-engah sambil menatap matanya.
Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Aku tidak tahu harus berbuat apa atau berkata apa, jadi aku membuka pintu kamar jihyo dan lari dari sana.
Aku berlari kembali ke rumah, aku segera masuk ke kamar dan menutup pintu kamarku. Aku lalu bersandar di pintu, punggungku perlahan meluncur ke lantai saat aku menyentuh bibirku yang terbakar.
Aku bingung...bagaimana bisa aku menyukai ciuman itu?
Apa itu tandanya aku menyukai mina?
Itu adalah perasaan campur aduk yang aku miliki. Aku telah berpikir lebih dari satu jam. Aku memutuskan membuang pikiran itu dan memilih untuk tidur.