Chapter 14

552 115 59
                                    

Kematian...itulah pikiran pertama yang ada dibenak jeongyeon ketika berjalan memasuki gerbang sekolahnya.

Minatozaki Sana serta penggemar-penggemar wanita itu mungkin begitu membenci jeongyeon karena sudah berani mencium idola mereka untuk yang kedua kalinya.

Belum lagi saat jeongyeon masuk ke dalam kelas dan melihat tatapan marah Myoui Mina, gadis terkenal yang selalu meneror kehidupannya.

Jeongyeon hanya bisa menundukan kepalanya dan melangkahkan kakinya ketika semua perhatian tertuju padanya.

Melihat tatapan tajam mina saja telah membuat kepalanya pusing dan panik dan di tambah lagi dengan pandangan dari teman-teman sekelasnya.

"Jeongyeon..."

Jeongyeon tidak mempedulikan semua panggilan baik dari gadis-gadis atau pun teman sebangkunya.

Dia bahkan hanya bisa mendengar suara-suara bisikan yang membahas ciumannya dengan sana kemarin siang.

"Jeongyeon..."

Suara-suara itu sangat menggangu jeongyeon, dia memilih untuk mengeluarkan bukunya dan mulai membacanya.

"YAH! YOO JEONGYEON!" sebuah suara yang familiar tiba-tiba berteriak tepat di telinga pria cantik itu.

Dia sontak terkejut, tubuhnya secara ilmiah tersentak menyebabkan tubuhnya terjatuh dari tempat duduknya.

Pantatnya pun mendarat di lantai keras dan dingin. Dia mengerang kesakitan dan menggosoknya dengan pelan.

"APA-APAAN INI, Ji!!!" dia menegur jihyo dengan marah dan mendengus kesal saat melihat semua mata orang tertuju ke arahnya, termasuk mata gadis cabul yang tidak pernah berpaling darinya.

Jeongyeon segera berdiri dan memasang wajah garang pada semua orang yang memperhatikannya.

BRAKKKK

"Apa kalian tidak ada hal lain untuk di lihat hah?!" marahnya sambil memukul meja dengan tangannya.

Semua orang segera membuang wajah mereka dan mengalihkan perhatian ke arah lain.

Mereka benar-benar tidak menyangka jika jeongyeon begitu terlihat mengerikan ketika dia marah.

Jeongyeon langsung menoleh ke arah jihyo san dahyun yang terlihat sedang tersenyum malu padanya.

"Hehehehe...maaf, jeong. Ku pikir kau mati, habis dipanggil diam saja!" canda jihyo mengangkat dua jarinya tanda ingin berdamai dengan jeongyeon.

Jeongyeon mendengus kesal dan menganggukan kepalanya sebagai tanggapan dan duduk lagi di kursinya.

"Aku akan membunuh gadis cerewet ini saat sampai di rumah!" pikir jeongyeon.

"Maaf jeong. Kami hanya khawatir melihatmu menatap ke arah bukumu dan tidak merespon ketika kami memanggil namamu untuk kesekian kalinya. Kami pikir malaikat sedang mengambil nyawamu..."ucap dahyun yang duduk di sebelah jeongyeon.

"Terserah!" balas jeongyeon dengan sinis.

Jeongyeon kembali mengabaikan mereka dan memusatkan perhatiannya pada bukunya lagi.

Jeongyeon masih merasakan mata mereka mengarah padanya, jadi dia memutuskan untuk melihat ke arah teman-temannya itu.

"Apa? Kenapa kalian melihatku seperti itu?" dengus jeongyeon pada jihyo dan dahyun.

"T-tidak..." jihyo buru-buru menggelengkan kepalanya diikuti dengan dahyun yang ngeri melihat wajah marah jeongyeon.

Jeongyeon mengangkat bahunya tidak peduli, dia masih begitu emosi dan juga kesal. Dia memutuskan untuk tetap diam sebelum kata-kata kasar kembali keluar dari mulutnya.
.
.
.
.
.
Sekarang jeongyeon sedang berada di kelas biologi dan itu begitu membosankan. Dia bahkan tidak tahu apa yang pak kang bicarakan saat ini.

Pretty Boys (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang