3

151 35 3
                                    

Jun memperhatikan gadis yang mengenakan Baju Ninja serba hitam di hadapannya dengan lamat. Tidak seperti Soonyoung, Jihoon atau Wonwoo yang kenal dekat dengan Ren, ia merasa tidak punya banyak kenangan dengan teman kecil mereka itu. Sadar diperhatikan, Ren mendelik kepadanya--tatapan yang telah lama tidak ia dapatkan sejak Sahae terbentuk. Tidak ada yang pernah berani dengan mereka, bahkan guru-guru sekali pun. Jadi, melihat tatapan Ren membuatnya terkesan.

"Jun! Kau kenapa!?" Jihoon menyahut, menyikut pinggang Jun sambil menahan tawa.

"Tidak... aku hanya kaget. M-maksudku, Ren ini... Ren yang pernah membuat Soonyoung menangis waktu SD, kan?"

"Yaa!!"

Soonyoung dan Ren kompak berseru kepada Jun. Tatapan mereka garang seperti ingin menguliti Jun hidup-hidup hingga pria itu menciut di kursinya, mengangkat kedua tangan ke udara tanda menyerah.

"Hahahaha! Aku ingat! Soonyoung mau pulang sekolah karena Ren tidak masuk, kan?" Tanya Wonwoo dengan tawa super renyah, ia tidak peduli dengan Soonyoung dan Ren yang mendelik tajam kepadanya.

"Aku juga ingat!" Jari Jihoon terjentik. "Soonyoung waktu itu bilang; aku tidak mau sekolah kalau Ren tidak ada!"

"Yaa!! Yaa!!" Soonyoung berseru garang. Ia menutup mukanya dengan tangan, tampak malu mendengar cerita masa lalunya. Ren juga menutup muka, meski tidak ada saat kejadian itu, ia tetap tahu karena Ibu Soonyoung yang menceritakannya secara langsung kepada Ibunya--sehingga ia jadi bulan-bulanan Ibunya yang menganggap Soonyoung menyukainya.

Memang menyukainya, saat SD. Tapi rasa suka itu hanya rasa suka anak-anak yang muncul karena ia dan Soonyoung selalu bersama sejak kecil.

"Woah... tapi dulu kalian memang sangat dekat." Kata Jihoon cukup terhibur. Lesung pipinya yang kecil tampak di sisi bibir.

"Sekarang juga dekat!" Soonyoung berseru gemas, merangkul Ren dengan erat tapi gadis itu menepuk-nepuk tangannya untuk berhenti bersikap sok dekat sehingga Jun, Wonwoo dan Jihoon tertawa melihat mereka.

"Terus? Apa benar kalian akan dijodohkan?" Tiba-tiba Jun bertanya membuat suasana di meja itu jadi senyap.

Soonyoung menggaruk kepalanya kikuk, sedangkan Ren bersidekap menunggu pria di sampingnya itu berbicara. Mereka sebenarnya tidak menyangka Jun akan mempertanyakan hal itu. Hal yang sedikit sensitif.

"Tidak." Akhirnya Ren menjawab. Ada satu menit pertanyaan itu menggantung di udara dan ia gemas ingin menjawabnya.

"Tapi tidak menutup kemungkinan." Tambah Soonyoung membuat Ren menghela napas panjang.

Omongan soal perjodohan itu memang sangat sensitif. Karena Ibu Soonyoung dan Ren bersahabat dekat, mereka sering sekali dijodohkan oleh kedua orangtua mereka. Bahkan Ibu Soonyoung yang paling bersemangat. Untungnya Ibu Ren tidak begitu setuju, beliau tidak ingin menjodohkan Ren dan membiarkan Ren memilih jodohnya sendiri. Setiap Ibu Soonyoung meminta, Ibu Ren pasti akan berkilah, "kalau Ren memang jodoh Soonyoung, keduanya pasti akan bersatu."

"Kalian setuju?" Tanya Jun masih penasaran.

Ren dan Soonyoung kompak menggelengkan kepala.

"Aku tidak tertarik dengannya." Jawab Ren lugas.

"Aku juga." Balas Soonyoung.

Keduanya tampak santai dan tidak sakit hati dengan jawaban masing-masing. Jun refleks menepuk tangan, ia tergugah dengan sikap dua manusia di hadapannya itu.

"Kalau mereka menikah, aku yakin rumah tangga mereka tidak akan normal." Kata Jihoon menahan tawa.

"Betul! Bahkan tidak bisa dibilang sebagai rumah tangga!" Wonwoo menimpali dan dua orang yang menjadi objek pembicaraan mereka pun setuju dengan opini itu.

Summertime [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang