22

61 17 0
                                    

"Ayahmu tidak pernah berubah." Kata Jun dibalik kemudi, melirik Ren yang tengah menghela napas panjang memperhatikan pemandangan di luar jendela tanpa minat.

"Dia begitu padamu karena kau anak temannya."

"Tidak. Ayahmu memang punya aura yang menyenangkan." Elak Jun sambil terkekeh mengingat wajah Ayah Ren yang murah senyum.

Dibandingkan Ayahnya, Ren sebenarnya lebih mirip Ibunya. Gadis itu memiliki rambut hitam yang panjang dan lurus, kulitnya putih susu seperti orang Jepang dengan dua mata yang memiliki kelopak tidak seperti orang Korea kebanyakan. Ia pernah dengar Ibunya kalau Ren memang memiliki darah Jepang--tapi Jun enggan bertanya karena itu tidak penting.

"Hanya kepada orang yang menurutnya memiliki 'nilai'." Kata Ren menggerakkan kedua tangannya di udara seperti membentuk tanda kutip.

"Berarti aku bernilai?"

Kali ini pertanyaan itu sukses membuat Ren berbalik menghadap Jun. Gadis itu memutar kedua bola mata. "Kau... anak pemilik Moonfood, perusahaan makanan ternama dunia yang sedang melakukan ekspansi ke Asia Tenggara. Bagian mana tidak bernilainya?"

"Hahahaha... oke oke... tapi aku melihatmu excited selama berbincang di Media Lab MIT bersama Ayahmu. Kau sepertinya benar-benar ingin masuk sana, ya?"

Lagi, Ren memutar kedua bola matanya. Kalau ia tidak sedang berada di dalam mobil sewaan tersebut, mungkin ia akan berlari menjauhi Jun--menjauhi segala obrolannya yang menyebalkan. Setelah pertemuan di MIT tadi, Ren benar-benar ingin beristirahat.

"Harus bagaimana lagi, Jun? Aku tidak punya pilihan selain mengikuti keinginan orangtuaku. Selama ini aku hanya belajar dan terus mempersiapkan diri masuk MIT. Tidak ada hal lain yang bisa ku lakukan." Suara Ren terdengar lirih dan penuh emosi, membuat Jun mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Ia tidak bermaksud membuat Ren kesal karena tadi ia memang melihat gadis itu terlihat senang.

"Sorry." Kata Jun kemudian. "Tapi aku benar-benar melihatmu bahagia, Ren."

"Aku tidak tahu itu bahagia atau tidak. Tapi, ya, aku memang tidak sabar ingin ikut projek para mahasiswa itu di Media Lab. Mereka punya fasilitas yang lengkap, suasana kampusnya juga menyenangkan."

"Itu... maksudku itu, Ren." Ucap Jun menyunggingkan senyum kecil.

Hembusan napas Ren kembali terdengar berat. Gadis itu memperbaiki posisi duduknya, menatap sistem navigasi di tengah dashboard. "Kau serius anak-anak ke Public Garden?"

Jun tidak menjawab, malah bersenandung sambil membawa mobil itu menuju Public Garden Boston, membelah Sungai Charles dengan melewati Jembatan Longfellow.

~~~

Ren bersidekap, mendelik pada Jun yang terduduk di sebuah perahu wisata yang memiliki patung angsa di belakangnya. Ia ingin mengelak ajakan pria itu mengitari Danau di Public Garden Boston, tapi beberapa turis di belakangnya sudah mengeluh karena ia tidak kunjung beranjak menaiki perahu itu sehingga Ren pun melompat dengan bantuan seorang petugas perahu dan duduk di samping Jun dengan wajah tertekuk. Ia jelas tidak suka perilaku Jun yang membohonginya.

"Aku sudah menduga kalau anak-anak tidak mungkin ke sini." Kata Ren dengan tatapan sinis ke arah Jun.

"Memangnya kau mau ikut berpesta dengan mereka di hotel? Aku, sih, mau mengajakmu ke sana, melihatmu berbik--"

"Pervert!"

"Pool Party, Ren!"

"Pervert." Ucap Ren sedikit mengecilkan suara begitu kursi-kursi di sekitarnya terisi oleh turis.

Summertime [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang