40 [END]

153 16 6
                                    

2 Years Later

Ren berlari kecil melewati lorong kampus setelah keluar dari kelas terakhirnya di Bulan Maret. Besok ia akan libur, Spring Break selama 4 hari sebelum memasuki pertengahan Semester pada April kelak. Napasnya terengah tapi senyum Ren terkembang. Ia sudah tidak sabar berlibur karena dua tahun kemarin ia tidak sempat berlibur untuk mengikuti beberapa proyek dengan teman-temannya di kampus. Ya, kampus MIT yang menjadi keinginan kedua orangtuanya.

Setiap mengingat kejadian yang menimpa dirinya 2 tahun yang lalu, Ren selalu merasa tergugah. Ia nyatanya tetap bisa mempersiapkan diri memasuki MIT sembari menghabiskan waktu bersama Ibunya, sembari berkabung saat Ibunya meninggal sebelum dua bulan yang dijanjikan dokter. Umur manusia memang tidak bisa ditebak meski sudah diperhitungkan dokter lewat peralatan medis yang canggih dan Ren bersyukur ia bisa bertemu dengan Jun yang membuatnya bisa ke rumah sakit ditengah gempuran sang Ayah yang sudah tidak punya hati.

Hingga kini Ren masih memiliki hubungan yang buruk dengan Ayahnya. Gadis itu tidak bisa memaafkan sang Ayah yang bahkan hanya datang saat pemakaman Ibunya selama setengah hari sebelum kembali ke Boston. Ren tidak dapat merubah seseorang apalagi Ayah sendiri yang memiliki ego yang lebih tinggi darinya, tapi Ren sudah membungkam sang Ayah dengan masuk ke MIT, Institut yang diinginkan Ayahnya untuk Ren sejak kecil.

Dan lagipula Ren hanya tahu cara masuk MIT setelah bertahun-tahun mempersiapkannya. Ren memang menyukai film, tapi ia tidak memiliki kesempatan untuk mempelajarinya--dan pada akhirnya ia menyerah akan mimpinya.

Bila mengingat mimpi, Ren tentu merasa sedih. Tapi kini hatinya sudah sedikit lebih menerima, apalagi sebentar lagi ia akan mengunjungi AFI selama Spring Break dengan orang kesayangannya. Orang yang berdiri di depan pintu Pierce Laboratory sambil mengantongi kedua telapak tangannya di jaket yang ia kenakan.

 Orang yang berdiri di depan pintu Pierce Laboratory sambil mengantongi kedua telapak tangannya di jaket yang ia kenakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jun!!!"

Ren refleks memekik, berlari lebih kencang  menghampiri pria itu dan segera memeluknya dengan erat tanpa ragu. Yang dipeluk menyunggingkan senyum dengan lebar, ia memeluk Ren balik.

"Kau kangen sekali denganku, ya?" Bisik Jun jahil dan Ren mendengus sambil melepas pelukannya.

"Kau tidak mengunjungiku selama sebulan." Rungut Ren dengan bibir mengerucut.

"Posesif sekali."

"Ooh... tidak suka?" Tanya Ren setengah bercanda dan Jun terkekeh kecil. "Suka." Jawabnya singkat.

Ren mengerutkan hidung membalas tatapan Jun yang jenaka. Gadis itu lalu menarik tangan Jun untuk keluar dari kawasan kampus, berniat menyusuri Sungai Charles sebelum Jun menahan langkah.

"Mau ke mana?" Tanya Jun heran. "Ayo! Kita sudah harus berangkat ke LA!"

Seruan Jun membuat Ren terbelalak. Ia tidak sempat bertanya karena Jun sudah membawanya masuk ke dalam mobil menuju Bandara di Boston. Ren kaget karena ia pikir Jun ingin menghabiskan waktu sebentar untuk bersantai di Cambridge, ternyata tidak.

Summertime [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang