17

74 21 0
                                    

"Maksudmu apa, Ren?"

Kedua mata Ren tidak bisa menatap Soonyoung yang berada di depan kemudi mobil. Pagi-pagi, pria itu datang ke rumahnya, bertemu Ibunya yang akan pergi Kemo dan meminta izin untuk pergi bersamanya ke sekolah--yang tentu saja diiyakan oleh Ibu Ren. Dari raut wajahnya, Ren paham kalau mood Soonyoung sedang buruk dan itu karena pesan yang dikirimkan Ren semalam kepadanya.

"Kau paham, Soonyoung." Jawab Ren sekenanya.

"Kau suka dengan Jun?"

"Tidak!" Ren berseru cepat dan akhirnya bisa memusatkan perhatiannya kepada Soonyoung. "Aku tidak menyukainya!"

"Terus?"

Ren menggaruk tengkuknya. "Aku tidak tahu, Young. Jun benar-benar melakukan banyak hal sampai aku terusik."

"Gila!" Umpat Soonyoung sambil menggeram. "Anak itu memang gila!"

"Makanya."

"Makanya kau harus tegas, Ren!"

"Sudah!"

Napas Ren terengah karena ikut emosi. Ia tidak suka dengan tensi yang diciptakan Soonyoung. Perasaan takutnya juga muncul, takut kalau Soonyoung hilang kendali dan membawa mobil terlalu kencang di jalanan. Berteman cukup lama sejak kecil dan memperhatikan Soonyoung tumbuh sampai SMA membuat Ren paham dengan sifat Soonyoung yang suka meledak-ledak--kali ini pria itu sudah mengeluarkan sisi tersebut padahal mereka belum ada berbincang lebih dari 5 menit.

"Aku paham kenapa kau tidak mau aku dan Jun berhubungan lebih dari teman. Aku pun tidak semudah itu mempercayai manusia seperti Jun. Tapi dia..."

"Dia keras kepala."

"Dan kau juga!" Timpal Ren kesal. "Bisa tidak kau berhenti mengurusiku? Berhenti mengusikku seakan kau punya tanggungjawab untuk melindungiku, Soonyoung?"

Soonyoung terkejut dengan Ren yang berseru keras kepadanya. Pria itu hampir menginjak rem tiba-tiba kalau saja lupa diri.

"R-R.... Ren..."

"Aku kesal, Soonyoung! Kau... kau dan teman-teman menyebalkanmu itu membuat ruang bebasku di sekolah hilang!"

Mobil yang dikendari Soonyoung segera menepi. Pria itu terkejut mendengar amarah Ren yang jarang ia dapatkan dan agar mereka bisa berbincang dengan fokus, ia pun memberhentikan mobil di tepi jalan dan memandang Ren dengan intens.

"Ren... sabar, sabar."

"Kau sudah paham maksudku." Ren mencoba menenangkan diri. Ia memijit tangannya pelan, tidak menyangka akan meledak di depan Soonyoung. Tapi Ren tidak bisa berbohong kalau akhir-akhir ini dirinya memang merasa kalut dan banyak pikiran.

"Ren, kenapa kau jadi marah?"

Dada Ren yang sempat sesak mulai kembali lowong. Ia menghela napas panjang lalu membuang muka ke arah trotoar yang berada di luar mobil. Rasanya aneh untuk marah-marah tidak berdasar seperti itu. Ren tidak suka, tapi ia juga sudah lelah dengan 'keramaian' yang ia dapatkan akhir-akhir ini di dalam hidupnya.

"Soonyoung, boleh tidak kau berhenti mengurusiku dengan Jun?"

"B-bagaimana aku bisa berhenti!? Kalau kali--"

"Young!"

"T-tapi, Ren... aku tidak mau kau disakiti temanku sendiri. Aku tidak mau kalau Jun melukaimu dan aku tidak mau kehilangan siapa-siapa di hidupku hanya karena hubungan--"

"Aku dan Jun bisa mengatasinya, Soonyoung. Kau tidak perlu khawatir dan berhenti bersikap seperti kau memperdulikanku."

"Tapi aku peduli!"

Summertime [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang