15

91 23 0
                                    

Ren duduk di sebuah lapangan yang tidak begitu luas di salah satu sudut sekolahnya. Lapangan itu tidak sebesar lapangan sepak bola atau pun basket, hanya beberapa petak untuk digunakan atlet Panjat Tebing berlatih selama kegiatan ekstakulikuler sekolah. Lebih tepatnya khusus digunakan satu-satunya atlet Panjat Tebing yang ada di sekolah, Kim Sejeong.

Sejeong tengah memanjat di Climbing Wall, memegang climbing hold sambil mengukur capaian tangannya pada climbing hold yang lain. Gadis itu tengah fokus meski peluh membasahi sekujur tubuh. Pemandangan itu terus ditatap Ren dari bawah, ia selalu terpukau dengan temannya itu, berharap bisa menjadi atlet atau seseorang yang bisa melakukan sesuatu sesuai passion.

Beberapa hari terakhir Ren tidak lagi suka bersemedi di perpustakaan. Kesendiriannya sudah hilang karena kehadiran Jun, maka dari itu ia memilih menemani Sejeong berlatih sesekali--berdiam di lapangan sepi yang hampir tidak diketahui keberadaannya oleh seluruh siswa di sekolah itu. Ia ingin menjauh pula dari Jun yang selalu berusaha mendekatinya.

"Ren! Air minum!" Sejeong berseru, menunjuk botol minum yang berada di samping Ren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ren! Air minum!" Sejeong berseru, menunjuk botol minum yang berada di samping Ren. Gadis itu sudah turun dari Climbing Wall, tengah menepuk-nepuk telapak tangan untuk menyingkirkan debu yang tertempel.

"Bagaimana?" Tanya Ren setelah menyerahkan botol minum kepada Sejeong.

"Tidak buruk. Musim panas ini aku akan fokus berlatih lagi."

"Kau tidak mau ke Hokkaido?" Tanya Ren kemudian sambil berkacang pinggang menatap Sejeong yang mengusap peluh menggunakan handuk.

"Kalau pun aku mau, aku tetap tidak bisa pergi, Ren. Kau pikir ke Hokkaido tidak pakai uang?" Tanya Sejeong retoris, lipatan di dahinya sedikit tampak, gadis itu kadang kesal mendengar pertanyaan Ren yang seakan lupa akan status ekonomi keluarganya.

"Kau bisa menggantikanku, Sejeong. Lagipula aku sudah membayar biaya ke Hokkaido sejak awal semester."

Sejeong memutar kedua bola mata. "Kenapa aku harus menggantikanmu? Kau bisa tarik uangmu lagi, kan?"

Ren mendecakkan lidah. "Seperti orangtuaku mau mengurusnya saja. Uang segitu tidak ada apa-apanya untuk orangtuaku, Sejeong. Daripada dipakai untuk sekolah, lebih baik buat kau saja."

"Kau serius?" Sejeong menganga. Ia sempat terdiam mendengar penuturan Ren soal uang yang tidak akan diambil kembali meski temannya itu tidak jadi ke Hokkaido. Lagi-lagi ia merasa culture shock.

"Ya... kalau kau tidak ma--"

"Mau!!"

Perut Ren tergelitik saat mendengar seruan Sejeong yang memekakkan telinga. Kedua mata gadis berbaju hitam tanpa lengan itu berbinar, tampak senang saat berseru.

"Oke, berarti kau harus mengurus Paspor sesegera mungkin. Nanti aku akan beritahu Pak Kim untuk mengurus perpindahan nama." Kata Ren yang setelah mengatupkan mulut diseruduk oleh Sejeong yang memeluknya erat.

Summertime [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang