"Kau habis ke mana dengan Ren?"
Jun memandang Soonyoung yang tengah bersidekap di hadapannya begitu pintu kamar ia buka dengan lebar. Senyum Jun pun merekah, ia menyuruh Soonyoung masuk tapi sahabatnya itu menolak dan tetap berdiri di depan kamarnya sembari menunggu jawabannya.
"Menonton Pertunjukan Musikal dan makan malam." Jawab Jun sekenanya. Ia yang awalnya merasa excited jadi sedikit kikuk karena raut wajah Soonyoung tidak begitu baik. Pemikiran Jun agak salah hari ini, ia pikir Soonyoung sudah memberikan lampu hijau kepadanya untuk mendekati Ren, ternyata tidak.
Napas Soonyoung pun terhela panjang. Pria itu menyisir rambutnya ke belakang lalu menunjuk Jun menggunakan tangan kanan. "Kau... terima kasih." Ucapnya membuat Jun terheran-heran.
Belum sempat Jun bertanya, Soonyoung sudah memeluknya erat. "Terima kasih, Jun. Kalau kau tidak ada aku tidak tahu harus membawa Ren ke mana. Aku keasyikan berpesta--tapi aku juga tidak mau membuang-buang waktu selama liburan ini. Kau tahu sendiri, kan? Setelah lulus kita akan dipusingkan dengan banyak hal?"
Jun nyengir. Ia menepuk pelan punggung Soonyoung lalu melepas diri dari pelukan sahabatnya itu sebelum ada yang melihat mereka seperti itu di depan pintu kamarnya.
"Santai, Soonyoung. Aku memang ke Amerika untuk Ren. Maaf karena aku tidak bisa ikut berpesta dengan kalian." Kata Jun kemudian.
"It's okay, Jun. It's okay."
"Berarti sekarang kau memperbolehkanku mendekati Ren, kan?" Tanya Jun hati-hati dan wajah Soonyoung kembali masam.
"Tidak." Ucap Soonyoung gusar. Pria itu memijit pelipisnya, memaksakan senyum tipis di wajah. "Soal itu aku masih tidak bisa, Jun. Tapi aku tidak melarangmu juga."
"Oke." Jun mahfum, sedikit kecewa karena harapannya pupus--tidak begitu pupus, tapi sudah cukup membuat mood-nya menurun.
"Pokoknya." Kata Soonyoung lalu membasahi dua bibirnya. "Aku tidak melarangmu, tapi aku akan tetap marah kalau kau punya maksud buruk kepada Ren."
"Iya, aku paham, Soonyoung."
"Y-ya... Thank you, Jun. Sorry."
~~~
"Sorry, Ren." Ucap Soonyoung pada Ren yang tengah bersandar di depan pintu kamarnya. Gadis itu menghela napas lalu memaksakan senyum. "Tidak apa-apa, Young."
"Aku serius." Kata Soonyoung menahan Ren yang bersiap masuk kembali ke kamar dan hal itu pun membuat Ren memutar kedua bola matanya.
"Aku juga serius tidak apa-apa. Tapi kalau waktu bisa diputar aku berharap kau tidak memaksa diri ikut berlibur ke Amerika. Lihat? Kau yang merasa bersalah kepadaku, kan?"
Soonyoung menggaruk tengkuk sambil menundukkan kepala. Ia benar-benar merasa tidak enak kepada Ren, apalagi mereka bukan lagi anak kecil yang berlibur ditemani oleh orangtua masing-masing. Kini mereka berlibur bersama tanpa pengawal, pelayan apalagi orangtua, tapi ia malah tidak memperdulikan Ren yang seharian berada di kamarnya sedangkan ia berpesta dengan anggota Sahae lainnya.
"Sudahlah, lagipula masih ada Jun." Kata Ren kemudian yang tentu saja menohok bagi Soonyoung hingga pria itu berani mengangkat wajah.
"Kau... menerima Jun?" Tanya Soonyoung ragu dan Ren segera menggelengkan kepala. "Tentu saja tidak!"
"Bagus."
"Tapi aku tidak berjanji tidak jatuh cinta padanya, Young. Mungkin tidak sekarang, tapi kalau dia terus berusaha, mungkin aku akan mencoba untuk membuka hatiku."
Saat berkata seperti itu Ren merasa gugup luar biasa, tapi ia juga tidak bisa berbohong karena selama beberapa hari ini Jun selalu membuatnya terkesan. Bahkan pria itu ada menenanginya sesaat setelah mendapat kabar tentang kondisi Ibunya malam itu di Cambridge. Jun seakan ingin membuktikan kata-katanya dan Ren menghargai usaha pria itu.
"Aku tidak senang dengan hal itu tapi... sama seperti yang ku katakan kepada Jun, aku tidak akan melarang."
"Dan kau memang tidak punya hak untuk melarangku." Kata Ren keki.
"Ya, betul."
Ren bernapas gusar sambil memijit pelipis. Ia tidak senang dengan apa yang dikatakan Soonyoung meski pria itu mengaku kalau memang tidak memiliki hak untuk melarang Ren menerima perasaan Jun. Bagi Ren, Soonyoung bersikap seperti itu hanya karena Ibunya dan ia tidak suka dengan keadaan itu. Ia tidak suka dikasihani apalagi oleh seseorang yang tidak dekat lagi dengannya.
"Oke, Soonyoung. Sekarang kau bisa kembali ke kamarmu? Aku harus beristirahat."
"O-oke. Tapi, Ren..."
"Kenapa?"
"Ibumu, bagaimana?"
~~~
Ibumu, bagaimana?
Kalau Ren tahu jawaban atas pertanyaan itu, ia pasti tidak akan merasa gusar memikirkan kondisi Ibunya sekarang. Gadis itu terus memandang layar ponsel sambil berbaring di atas kasur, berharap pelayan Park membalas pesannya yang baru terkirim beberapa menit yang lalu.
Ren
Kondisi Ibu bagaimana sekarang?
Ren tahu, waktu di Korea Selatan belum berubah tapi di New York sekarang, hari telah berubah. Ia merasa gusar tidak mengirimkan pesan itu sebelum tidur dan berujung tidak bisa tidur menunggu balasan.
Rasanya ingin cepat-cepat pulang ke Seoul karena ia sendiri tidak bisa menikmati liburannya di Amerika. Ia memang bersyukur atas kehadiran Jun, tapi tidak bisa memungkiri rasa ragu saat menerima ajakan pria itu. Ren tidak tahu sifat Jun yang sebenarnya seperti apa, tapi dilihat dari sepak terjangnya sebagai anggota Sahae, Jun bukanlah pria yang baik.
Begitu masuk SMA, Ren sering sekali melihat Jun bermain perempuan. Entah menggoda siswi di sekolahnya atau perempuan sewaan di bar. Melihat perubahan pria itu dari zaman ia kecil hingga dewasa, rasanya memuakkan. Ren kesal dengan adanya Sahae tapi ia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.
Ren bukanlah siapa-siapa yang bisa melarang temannya untuk melakukan sesuatu dalam kehidupan mereka. Begitu pula sebaliknya.
Terkadang, Ren berusaha memahami. Terbentuknya Sahae, berubahnya sifat-sifat temannya, semua itu karena keadaan keluarga mereka. Sama seperti Ren yang juga berubah karena kondisi keluarganya.
Don't forget to like and comment yaa kalau suka ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Summertime [Complete]
FanfictionSetiap sekolah punya bintangnya masing-masing. Begitu pula dengan sekolah Lee Ren, perempuan berambut hitam panjang yang selalu suka berdiam di satu sisi perpustakaan sekolahnya. Lee Ren bersekolah di sebuah Sekolah Swasta Internasional sejak ia TK...