C O M P L E T E D
"Lepaskan aku
kau pembunuh" laras terus berontak
"Sialan... " laki-laki itu semakin memojokkan laras hingga ke dinding dan mengunci pergerakan nya
dengan nada menahan geram ia berdesis dengan amat pelan
"Kau berisik sekali"
"Dia...
Leguhan itu datang dari seorang gadis yang kini mengucek matanya, gadis itu menoleh ke kanan-kiri dan menyadari hanya ada dirinya diruangan ini Alisnya mengernyit bingung
Bukan kah tadi masih ramai? Oh god jam berapa sekarang
Ia menoleh menatap jam dinding yang menggantung disisi ruangan 16.00
What jam empat sore?
Dia menghela napas lelah dan mengemasi semua barang barangnya untuk pulang
Di sepanjang lorong sekolah dia mengamati sekitarnya yang sepi? Bukan kah biasanya di jam segini anak-anak basket sibuk latihan?
"Sudah lah laras, jangan membebani otak mu dengan hal tak penting" gadis itu bicara pada dirinya sendiri dialah Laras Gartiana, berkaca mata dengan rambut hitam ikal bergelombang Tidak, jangan berpikir dia kutu buku karna nyatanya dia hanya si pemalas yang hoby tidur dikelas
Melihat suasana sekolah yang serasa semakin mencekam, laras segera berlari keluar namun keanehan kembali terjadi saat pos satpam itu juga kini kosong padahal seharusnya ada pak wawan yang akan berjaga disana sampai malam Entahlah laras tak peduli
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di perjalanan pulang, lagi-lagi laras menarik napas panjang mengamati kotanya kini terlihat sangat sepi dan sunyi, seperti tak ada kehidupan bahkan tak ada satupun kendaraan yang berlalu lalang. Apa ia melewatkan sesuatu saat ia tertidur dikelas?
Laras memilih berusaha mengabaikan semua keanehan itu meskipun sebenarnya ia merasa takut sekarang, tangan nya merogoh tas sekolah mencari ponsel dan menyalakan nya Disana terlihat ratusan panggilan tak terjawab dari ayah dan ibunya
"Apa aku benar-benar melewatkan sesuatu?"lirihnya
Jemarinya bergerak lincah dilayar ponsel hendak menelpon ulang nomor ibunya, namun sebelum menempelkan ponsel itu ditelinganya Ia merasakan dorongan kuat yang menariknya sedetik kemudian ia merasakan sebuah tangan kini membekap mulutnya 'apa dia diculik sekarang?'
Laras meronta tapi rontaan nya diacuhkan oleh lelaki dihadapan nya, tangan nya terus ditarik kuat mengikuti langkah lelaki itu
Langkah lelaki itu baru terhenti saat disebuah gang gelap yangminim cahaya, laras merasakan bekapan dimulutnya semakin erat Tentu saja laras semakin meronta ketakutan dengan sekuat tenaga ia menggigit tangan pria itu berharap agar ia dilepaskan. Namun tak berhasil karna yang ia dengar hanya ringisan tertahan
"Kumohon diam lah... jangan sampai mereka melihat kita... diam lah... kumohon"
Mereka siapa?
Bekapan tangan itu mengendur dan terlepas perlahan, laras bisa sedikit lega namun ia masih takut dan tetap waspada pada pria dihadapan nya.
Saat melirik pria itu dia baru menyadari kalau pria itu menggenggam pemukul baseball ditangan kirinya
Dia mau membunuhku? Bagaimana ini
"Kau siapa? Apa masalahku denganmu, kenapa kau menculik ku?"dengan takut laras bertanya, tapi matanya tak henti menatap awas pria itu
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu, apa yang kau lakukan diluar rumah? Mau mati?" Desisan tajam itu membuat laras mengerutkan alis kebingungan
"Apa maksudmu? Aku baru pulang sekolah dan kenapa aku harus mati jika diluar?"pertanyaan laras tak dijawab Ia membekap mulutnya sendiri melihat pria itu menghantam kepala pria lain dengan tongkat baseball nya Seketika darah menggenangi gang sempit itu membuat laras hampir kembali berteriak jika saja tangan pria itu tidak lebih dulu membekapnya
Setelah bekapan itu dilepaskan laras menahan mual berjalan hendak keluar dari gang itu namun tangan pria asing yang belum ia ketahui namanya itu tiba tiba menggenggam tangan nya "Kita harus pergi"
"Lepaskan aku kau pembunuh, kau pasti buronan polisi yang hendak menculik ku untuk memeras uang orang tuaku" laras melepas paksa genggaman pria itu, matanya menyorot tajam walau tersirat ketakutan
"Sialan... " laki-laki itu memojokkan laras hingga ke dinding dan mengunci pergerakan nya dengan nada menahan geram ia berdesis dengan amat pelan "Kau berisik sekali, aku membunuh pria tua tadi karna dia bukan manusia, jika aku tak membunuhnya maka kita yang akan terbunuh tadi. Mengerti? "
"Apa? B-bukan manusia? " laras bergidik ngeri menatap sekitar
"Ikut aku jika ingin hidup, atau pergilah sesukamu sekarang aku sudah tak peduli" tubuh laras meluruh saat tangan pria itu melepas kuncian tubuhnya
Mengingat pria tua yang terbunuh tadi gelagatnya memang aneh, dia terus menggeram seperti binatang Apa itu sungguh bukan manusia? Matanya memancarkan ketakutan yang semakin kontras