XVII

117 30 1
                                    

Sekali lagi saya ingatkan kalau ini cerpen jadi jangan marah jika cerita ini hanya sesingkat perkenalan kita_<

Pintu diketuk brutal, tiga orang yang berada didalam spontan menoleh. Laras bergegas menghampiri, mengintip dari lubang kecil dan mendapati ketiga temannya ada disana. Tanpa pikir panjang dibukanya pintu bersamaan dengan reza berlian noe yang bergegas masuk dan pintu kembali dikunci setelahnya dengan meja nakas sebagai ganjal

"Astaga menakutkan" noe melepas tas dan pedangnya yang berlumur darah hitam pekat, sekujur tubuhnya terasa berkeringat dingin entah karna kelelahan atau ketakutan

"Kak reza kenapa dengan kak berlian?" Laras berseru panik menatap berlian yang sejak tadi meronta digendongan reza

Reza menjatuhkan perlahan tubuh berlian disofa, bisa reza liat keringat dingin membasahi tubuh berlian dan kakinya yang membengkak kebiruan

"Dia diserang"

Laras bersimpuh menatap berlian yang kini terlihat semakin pucat

"Kak aku ambilkan kotak obat sebentar" niat laras terhenti saat berlian menahan pergelangan tangan nya

"Ras ..."

"Kak aku harus mengobatimu"

"A-aku h-arus kelu-ar"

"Kak berlian apa yang kau katakan?"

Berlian tak menjawab, dia berlari kebalkon dan berdiri disana

"Berlian kau mau bunuh diri?" Noe mendekat untuk mencoba menyadarkan temannya

Ucapannya seakan tak didengar oleh berlian, dia masih mematung
Noe mencoba menarik gadis itu menjauh dari balkon tapi ia tak bergeming sama sekali, hingga noe menyadari ada yang berbeda dengan berlian

"Wajahmu... ada apa dengan wajahmu?" Noe mendekatkan wajahnya untuk melihat lebih jelas dan sampai disana noe mematung
Noe spontan menarik tubuhnya menjauhi berlian

"Dia bukan berlian"

"Mundur ras dia bukan berlian"

"Kak apa yang kau katakan?"
Laras masih tak mengerti walaupun noe audah berusaha menariknya menjauh

Sret

Terlambat
Berlian mencekik  leher laras, tatapannya buas bak serigala

Arghhh arghhh

"Lepas, T-tolong--" laras berontak mencoba melepas pergelangan tangan berlian yang semakin terasa mencekik

Ditengah napas nya yang kian memburu karna sesak, reza
Mendekat dengan pedang mengkilap ditangannya
Reza memberi kode pelan pada laras
Laras menelan ludah mencoba memberanikan diri dengan sekuat tenaga menyikut wajah berlian

Brugh

Laras berhasil lepas dari berlian

Sepersekian detik tangan reza lebih dulu mengayun menebas  gadis itu tanpa keraguan sedikitpun
Lelaki itu menghela napas kasar menatap tubuh gadis itu meluruh. Matanya memejam dengan rahang mengeras, dalam sekali sentak Reza membuang mayat berlian dari balkon apartement
Matanya memejam saat mayat itu dikerubungi makhluk-makhluk menjijikkan diaspal

Berlian sudah Mati

Ada hening yang canggung setelahnya. Terasa mencekam menyelimuti lima yang belum lepas dari keterkejutan
Mereka terdiam ditempat masing-masing dengan pandangan yang masih terpusat pada satu arah, menatap balkon apartement dimana teman mereka terakhir terlihat

"Ras, Are you okey?" Lirihan icut terdengar keras ditengah keheningan
Mereka sadar dari lamunan mengalihkan atensi pada yang termuda sekaligus orang yang paling kehilangan diantara mereka

Laras menggeleng dan mulai bangkit "Aku tak pernah baik-baik saja sejak awal"

---
---

Suasana sangat hening malam itu, yang berjaga maupun yang seharusnya tidur malam ini terjaga
Tak ada yang bisa tidur. Hingga pukul dua dini hari pun tak ada yang berniat tidur, mereka hanya merebahkan badan tanpa memejamkan mata
Matinya berlian membuat mereka gentar, itu sangat menakutkan dan memberi trauma tersendiri bagi mereka

Icut menggulingkan tubuhnya
Ditatapnya punggung gadis yang sedari tadi membelakanginya
Suara kemerisik angin menjadi melodi yang menenangkan malam ini

"Ras kau tak mau berbicara dengan ku?"laras tak menjawab, ia malah semakin mengeratkan selimutnya

"Aku tau kau belum tidur"

Laras berbalik ditatapnya icut yang tersenyum padanya dalam remang-remang cahaya bulan

"Saat kecil orang tuaku mematahkan hatiku saat mereka mengatakan kalau aku sebenarnya bukan anak kandung mereka, tapi mereka tetap bahkan sangattt menyayangiku
Beberapa minggu lalu mereka meninggal karna makhluk-makhluk itu. Hatiku terlalu hancur untuk menerima kenyataan kalau hari ini teman baruku yang menganggapku seperti adik kembali mati mengenaskan karna makhluk-makhluk itu"

"Kita akan selamat, kita pasti bisa melewati ini semua"

"Jangan terlalu optimis kak, kita bahkan tak tau besok masih manusia atau tidak"

INFECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang