XXII -End-

152 26 5
                                    

Perjalanan mereka menuju atap di isi keheningan keempatnya menunduk sesekali melirik pada reza

"Apa tak sakit?" Pertanyaan bodoh ichad keluar, tapi reza tak berniat membalasnya ia hanya berdengus kasar

Aksinya memang nekat, tapi apa ada jalan lain? Jika tidak dipotong maka virus itu akan menjalar dan membuatnya menjadi makhluk menjijikkan

Keheningan mereka buyar saat suara derap langkah yang terasa semakin keras mendekati mereka
Getaran dari derap langkah itu sampai terasa, bersamaan dengan itu terdengar suara berdesing mesin helikopter terdengar mereka saling pandang

"cepat lari!!" Laras yang pertama lari,melangkah secepat mungkin melupakan sejenak rasa pegal dan lelahnya

Geraman dan raungan terdengar keras dari belakang sana menandakan makhluk-makhluk itu semakin dekat

Diujung lantai sembilan, reza merasa ada yang salah dengan tubuhnya beberapa kali ia mengusap tengkunya dan hal itu tak lepas dari noe yang mengamati sedari tadi

Noe memelankan langkahnya dan mendekati reza untuk menanyakan keadaan "Are you okey?"

Reza menggelang ia menggeser posisi memberi jarak antara dirinya dan noe

"Jika aku terinfeksi kumohon segera bunuh aku" laki-laki itu menyerahkan pedangnya pada noe yang hanya bisa diam dan tertegun

Cukup lama mereka terdiam hingga suara geraman mengambil kesadaran dari lamunan
Sial makhluk itu sudah berada dilantai yang sama dengan mereka

"Mereka datang ayo cepat naik" ia berteriak mengomando mereka semua segera keatap langkah terburu mereka bersamaan dengan langkah serampangan yang kian dekat

Kelimanya berhasil sampai dilantai sepuluh, mereka bergegas menutup pintu tapi kesialan terjadi saat menyadari pintu itu tak memiliki gembok. Mereka menahan pintu itu dengan tubuh mereka tapi tetap saja sia-sia mereka hanya berlima dan diluar sana mungkin puluhan
Perlshan mereka mulai lelah

Saat itulah reza maju paling depan meminta pedangnya pada noe

"Bawa mereka semua pergi no, sebelum mereka berhasil menerobos"matanya menatap noe dengan serius noe meneguk ludah mau tak mau mengangguk

"Tapi kak reza-"

"Cepat!!"

Laras tercekat ia menangis tak mau bergerak

"Kubilang cepat pergi ras! Noe urus gadis itu atau dia akan mati"

Noe memberi kode untuk lari dan menarik laras membawanya ikut berlari

"Kak noe kita tidak bisa tinggalkan reza, kak"

"KUBILANG LARI RAS LARI GENGGAM TANGANKU ERAT" semuanya akhirnya menurut berlari dengan berat hati meninggalkan reza disana yang entah bagaimana ia melawan puluhan makhluk itu









Reza menghela napas lelah memejam gusar dengan tubuh bersandar dipintu menahan sebisanya.

"Sial,sial,sial" rutuk menyadari virus begitu cepat  menyebar sebelum ia memotong tangannya

Matanya menatap rekannya yang menaiki tangga terakhir, terdengar derit pintu tertutup  yang menandakan mereka telah sampai di atap

Sekali lagi ia memejam, menarik napas panjang mengacungkan pedangnya dengan mata pedang mengarah tepat kejantungnya
Senyum terlukir tipis dengan setetes air mata yang meluncur bersamaan dengan pedang yang melesat cepat menusuk tuan nya sendiri


















Sampai dilantai paling atas gedung noe yang paling akhir sampai bergegas mengunci pintu dan mencari benda apapun yang bisa mengganjal pintu.
Napasnya tersendat, keringat bercucuran deras matanya mendongak menatap rekannya yang tak kalah kebingungan

Diatas sana kosong, tak ada helikopter

"Apa kita ditipu?" Lirihan icut putus asa

Ichad mengacak rambutnya frustasi "KAMI MASIH DISINI SIALAN, KAMI MASIH HIDUP"
Teriakannya tak mendapat balasan apapun, mereka hanya bisa diam bergelut dengan pikuran akan nasib mereka setelah ini 'apa memang hanya mati jalan satu-satunya?'

Suara dobrakan pintu terdengar,barang barang pengganjal pintu tersingkir perlahan makhluk- makhluk itu mampu menerobos

Detakan jantung berpacu cepat ada pasrah yang terasa saat gerombolan itu berlari mendekati mereka

Diam-diam noe merasa lega tak melihat reza digerombolan itu

Laras yang tadi menangis tersedu kini sudah memegang pisaunya begitu erat menebas satu persatu zombi yang mengancam begitupun dengan ichad dan noe yang terus menggerak senjatanya melawan
Mereka siap bertarung sampai titik penghabisan

Tiga lawan puluhan pertarungan tak imbang, sedangkan icut ia hanya diam ketakutan

Perlahan lelah terasa pegal menjalar bahkan sampai kebas tak bisa merasakan, dadi arah pintu terlihant gerombolan baru datang ikut menyerang.
Mereka sudah tak kuat lagi memilih mundur pasrah, memejam mulutnya terus berdoa meminta keajaiban

Disaat itujuga suara helikopter terdengar, baling baling menyapu angin suara tembakan terdengar memekakkan telinga menembus tubuh makhluk-makhluk itu

"Cepat naik" komando singkat dan mereka menurut naik satu persatu bersamaan dengan para tentara yang membantu mereka mengobati luka didalam sana


















Napas lega bercampur haru mereka rasakan saat helikopter terbang menjauhi kota membawa mereka ketempat aman yang dibatasi pagar listrik dan dijaga para tentara dengan senjata lengkap.

Sesaat setelah mereka turun dari helikopter mereka bisa melihat kota mereka yang perlahan meledak
Tak ada yang tersisa,bangunan,gedung , rumah-rumah semuanya hancur lebur bersama dengan memori kenangan mereka

Mereka berhasil selamat meskipun tanpa Reza dan Berlian yang lebih dulu meregang nyawa...




-•END•-






Note

Sesuai ucapanku lebaran akan tamat
Senang mengenal kalian
Terimakasih sebanyak-banyaknya sudah meluangkan waktu membaca cerita yang masih penuh koreksi ini

Selamat Hari Raya Idul Fitri [bagi yang merayakan]
Mohon maaf Lahir dan Batin

Jumat, 21 April 2023
22.50

INFECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang