Hari selanjutnya, pukul 12 malam dan ichad masih berjaga lelaki itu berdiri berpegang pembatas balkon mengamati langit gelap diatas sana. Mencari tanda-tanda helikopter akan datang,tapi sekian menit terlewati sia-sia dan akhirnya ichad memutuskan tidur
masihkah bisa berharap?
Malam selanjutnya ichad kembali berjaga, kemarin dirinya hanya mampu berjaga sampai jam satu malam
30 menit menunggu dengan senter ditangan membuat ichad melakukan pergangan menghilangkan pegal, dan 30 menit selanjutnya ia akhirnya memutuskan duduk setelah kaki dan punggungnya merasa lelah
Menatap langit sesekali menguap lebar, namun yang ditunggu tak kunjung datang mata sayunya melirik jam dinding yang jarum pendeknya sudah bergesar angka dua
Matanya sudah tak sanggup lagi diajak kompromi, ia akhirnya memutuskan menyudahi dan masuk kedalam untuk tidurPagi sekitar pukul 9 ichad bangun mendapati laras dan icut yang sarapan, noe yang kata laras sedang mandi dan reza yang melamun dibalkon. Matanya masih sedikit berat tapi tak masalah ia bisa tidur nanti lagi
"Kak ichad sepertinya sudah dua malam berjaga tak gantian?" Laras mengajukan pertanyaan meihat ichad yang masih mengucek matanya
"Aku menunggu helikopter yang sempat melintas waktu itu, aku berharap itu pemerintah dan akan menyelamatkan kita" lirihnya
Itu harapan ichad tapi kini juga menjadi harapan laras dan icut
Ini malam ketiga dan ichad kembali berjaga yang berbeda kini dia tak sendiri karna ada noe dan reza tak lupa juga tiba-tiba icut dan laras ikut berjaga entah ada apa dengan mereka.
"Tumben sekali kalian ikut jaga,ras,cut" ucap noe menatap mereka berdua
"Hampir tengah malam bukankah dua bocah ini seharusnya tidur?" Kalimat retoris reza menghujam, ia membawa tiga gelas kopi dan menyerahkannya
"Aku bukan bocah" balas laras
"Terserah"
Setelahnya tak ada percakapan, tak ada yang ingin memulai
Semua hening dalam pemikiran masing-masingPukul satu malam, laras dan icut akhirnya pergi tidur mereka sudah tak kuat
Angin malam serasa semakin dingin membuat noe merapatkan jaketnya ichad menghabiskan kopinya dan reza yang duduk tenang dengan mata terang benderang sepertinya dia memang sudah sangat terbiasa bergadang.
Sesekali terjadi percakapan antara ketiganya tapi tak akan bertahan lama, merambat ke pukul dua noe memutuskan tidur
Helikopter yang ditunggu sedari dua malam tak muncul ichad memutuskan beranjak menyusul teman-temannya yang sudah tidur
"Bangunkan jika ada helikopter datang" ucapnya pada rezaMendengar permintaan itu Reza tak ambil pusing, ia hanya mengangguk menanggapinya
Tapi malam ini ternyata berbeda
Suara gaduh dari kejauhan terdengar diiringi geraman makhlukmakhluk itu yang sahut menyahut semakin keras. Insting reza memaksa matanya untuk terjaga membawa kakinya melangkah cepat kebalkon
Matanya menatap intens benda terbang dari kejauhan yang kian mendekat mengabaikan langkah-langkah dibelakang sanaIchad menyalakan senter pada helikopter begitupun dengan noe, beberapa saat setelahnya cahaya dari benda itu balas menyorot mereka bertiga membuat mereka menghalau sinar yang menyilaukan itu dengan tangan mereka
Cahaya itu menembus setiap celah apartement mereka membangunkan dua gadis lainnya yang terdengar berlari histeris.
Setelahny benda itu berdesing pergi meninggalkan mereka dengan secercah harapan hidup untuk merekaSebelum hari raya cerpen ini akan tamat.
Makasih sudah membaca sejauh ini dan maaf jika tak sesuai ekspektasi
Queen Amifla
KAMU SEDANG MEMBACA
INFECTED
Короткий рассказC O M P L E T E D "Lepaskan aku kau pembunuh" laras terus berontak "Sialan... " laki-laki itu semakin memojokkan laras hingga ke dinding dan mengunci pergerakan nya dengan nada menahan geram ia berdesis dengan amat pelan "Kau berisik sekali" "Dia...