Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Jaemin segera membuka pintu dengan tergesa dan menatap Lia yang sedang terbaring di atas lantai kotor sedangkan Hana berada di atas tubuh Lia.
“Sialan, Lee Hana! Menjauh darinya!” teriak Jaemin dan mendorong tubuh Hana dengan kencang hingga membuat Hana tersungkur.
Terlambat, wajah Lia sudah memerah karena kehabisan napas apalagi perlahan, wajah Lia mulai memucat. Tangan Lia terasa dingin, lehernya memerah karena bekas cekikan Hana yang sangat keras.
“Lia.. Choi Lia!” Jaemin berteriak histeris sambil mengangkat kepala Lia ke atas pahanya. Dia menepuk-nepuk pelan pipi Lia selagi air matanya mulai menetes. “Ku mohon, bangun.”
Tuan Lee berdecak melihat keadaan Jaemin yang berantakan. “Bodoh!” desisnya dan membantu Hana berdiri.
“Kak Jae.. Kakak jahat, kenapa Kakak mendorongku? Apa sekarang Kakak lebih memilih dia dari pada aku?” sahut Hana enteng setelah apa yang dia lakukan pada Lia.
Darah yang kering di sekitar wajah Jaemin kembali basah karena terkena air mata. Jaemin menatap Hana dengan tatapan tajam, napasnya memburu, emosinya meluap.
“Ya, aku lebih memilih Lia dari pada pembunuh seperti dirimu!” desis Jaemin.
“Jaga bicaramu, Na Jaemin,” balas Tuan Lee tapi Jaemin tidak mempedulikannya.
Jaemin terus menepuk-nepuk pipi Lia dengan pelan, berharap Lia akan merespon sedikit saja. Nyatanya, Lia tidak bergerak sama sekali dan itu semakin membuat Jaemin menangis keras.
“Ku mohon, jangan begini. Jangan tinggalkan aku, Lia. Bangun, ku mohon bangun..” lirih Jaemin sambil menunduk dengan air mata yang sudah berlinang. Tangannya masih menangkup pipi Lia dan menatap wajah cantik yang mulai memucat itu dengan isak tangis. “Aku mencintaimu dan akan selalu begitu jadi ku mohon, jangan tinggalkan aku.”
Sementara Lia, samar-samar dia masih bisa mendengar seseorang menangis. Tapi matanya terasa sangat berat untuk dibuka apalagi mulutnya yang tak bisa lagi terbuka hanya untuk mengucap selamat tinggal. Sakit.
“Bangun, Lia. Masih banyak yang ingin ku lakukan denganmu, ku mohon buka matamu sayang,” lirih Jaemin lagi, bahkan air matanya yang bercampur dengan darah menetes dan mengenai pipi Lia. “Ya Tuhan, ku mohon.. Aku menyayangimu.”
Tangan Lia yang semula ada atas perut perlahan terlepas begitu saja dan terjuntai ke atas lantai seiring dengan wajah Lia yang kian memucat.
Jaemin mengepalkan kedua tangannya kuat dan menangis sejadinya saat menatap wajah damai Lia. Masih cantik, bahkan di saat terakhirnya. Jaemin merengkuh tubuh lemas itu ke dalam pelukannya dan terus menangis. Mengabaikan tatapan sinis dari Tuan Lee dan yang lainnya.
“Ayo pergi. Untuk apa melihatnya menangisi tubuh yang sudah tak bernyawa.” Tuan Lee berbalik dan berjalan pergi.
“Kak Jae.. Dia sudah.. Pergi,” sahut Hana tapi Jaemin tidak mempedulikannya. Lalu Hana berbalik dan mengikuti langkah ayahnya yang sudah menjauh.
Jaemin tidak ingin mendengar kalimat apa pun yang mendeskripsikan kalau Lia sudah tidak ada. Tidak, Jaemin tidak akan sanggup.
Separuh jiwanya pergi, memangnya siapa yang tidak merasa terluka. Perpisahan paling menyakitkan adalah saat kau menyaksikan kepergian orang tersayangmu dengan mata kepalamu sendiri. Apalagi dalam kasus ini, Lia dibunuh.
Jaemin menangis sejadinya sambil memeluk tubuh Lia yang sudah tak bernyawa. Rasanya baru kemarin mereka bertemu dan berbincang lalu menjadi dekat, kenapa sekarang mereka harus berpisah secepat ini.
“Aku bersumpah akan membunuh mereka!” teriak Jaemin frustasi.
Jaemin termenung sejenak dan menatap wajah Lia dengan linangan air mata. Lalu dia menunduk pelan dan memberi kecupan pada kening Lia, rasanya dingin. Kemudian memberi kecupan pada pipi Lia dan bibir Lia.
Cantik, selalu cantik, tetap cantik, dan akan seterusnya menjadi yang tercantik bagi Jaemin.
“Maaf.. Karena aku gagal melindungimu, sayang. Maaf karena aku gagal menghentikan mereka. Aku akan membunuh mereka dan membuat mereka menyesal telah menyentuhmu,” gumam Jaemin pelan sambil mengelus pipi Lia.
“Maafkan aku..” Jaemin kembali terisak dan berteriak keras.
Rasanya menyesakkan, sakit, nyeri dan ngilu bercampur jadi satu. Perempuan itu kini terkapar tak berdaya, meninggalkan sedikit memori yang sangat membekas.
Ada satu hal yang masih terngiang di ingatan Jaemin yaitu saat Lia bilang bahwa dia ingin hidup bebas tanpa beban tapi bagaimana caranya supaya dia tidak terbebani saat harus meningglkan tanggung jawabnya sebagai seorang CEO.
“Aku benar-benar ingin hidup bebas tanpa beban seperti apa yang kau katakan. Aku ingin sekali mengiakan ajakanmu untuk menghilang dari sini. Tapi bagaimana caranya supaya aku tidak merasa terbebani saat harus meninggalkan tanggung jawabku sebagai seorang CEO Ladyli. Di sana ada banyak orang yang bergantung padaku, bagaimana bisa aku meninggalkan mereka.”
Walaupun punya sisi lain yang kadang tidak peduli akan sekitar tapi Lia itu masih punya sisi baik dan memikirkan semua karyawannya.
“Kau memang aslinya sebaik ini, ya? Dari awal bertemu denganmu, kau galak dan jutek. Jadi imagemu yang melekat di ingatanku adalah wajah jutekmu.”
“Jangan bercanda, Jae. Nanti aku memukulmu.”
Kalimat itu Lia ucapkan di saat Jaemin hendak pergi menemui Paman Lee. Tepatnya kemarin saat mereka duduk dengan posisi saling berpelukan, saat Lia tidak membiarkan Jaemin pergi tapi malah berakhir pergi dan akhirnya kejadian ini terjadi.
Jaemin menyesal tidak mendengarkan ucapan Lia. Tapi apa yang bisa dia lakukan saat nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada. Waktu tidak akan berputar lagi dan hanya tangisan yang tersisa untuk melanjutkan hari ke depannya.
“Bahkan aku tidak menepati janjiku untuk kembali padamu dan membawakanmu makanan serta minuman kesukaanmu. Lagi-lagi aku ingkar. Maafkan aku, sayang. Maaf.” Jaemin menunduk dan mengecup kening Lia lama.
Jaemin kemudian merengkuh tubuh itu ke dalam pelukannya lalu mengangkatnya dengan pelan menuju mobil.
“Goodbye.”
**
Ini hanya imajinasi dan bukan kisah nyata jadi di bawa santai aja, jangan sampai dibawa ke real life. Thank you.
©dear2jae
2021.12.25 — Sabtu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BODYGUARD [JAELIA✔️]
FanfictionLia, dia merupakan CEO perusahaan fashion ternama yang sangat terkenal dan sukses. Dibalik hidupnya yang serba mewah, Lia itu sebenarnya rapuh dan butuh banyak perhatian apalagi hidupnya mendapat banyak ancaman. Tapi, semua itu Lia tutupi dengan sel...