Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)
*
Setelah memastikan Lia masuk ke ruangannya, Jaemin memberi satu kecupan hangat. “Aku tidak akan lama, kalau selesai aku akan langsung pulang. Aku usahakan sebelum siang jadi katakan kalau kau mau sesuatu, nanti aku belikan?”
“Apa saja yang penting makanan. Nanti kita makan sama-sama,” jawab Lia yang masih belum mau melepas pelukannya.
Jaemin terkekeh melihat tingkah Lia yang semakin hari seperti anak kecil. Kadang tidak membiarkan Jaemin hanya untuk sekedar ke kamar mandi. Tapi Jaemin mengerti, mungkin selama ini Lia memang tidak punya seseorang untuk dijadikan tempat bersandar. Itu sebabnya sekarang dia bermanja-manja saat ada Jaemin.
“Kemarin kau mengizinkanku, kenapa sekarang malah tidak mau melepas pelukanmu, hm?” Jaemin menepuk pelan bahu Lia.
“Aku pasti tidak akan fokus bekerja kalau aku tidak melihatmu,” gumam Lia lalu mendongak dan cemberut.
“Aku baru tahu kalau CEO Ladyli ternyata sangat menggemaskan seperti ini.” Jaemin menunduk dan mengecup bibir Lia berkali-kali. “Sudah, ya. Aku pergi sekarang supaya cepat kembali.”
Lia mengangguk dan melepaskan pelukannya kemudian beranjak duduk di kursi kerjanya. “Hati-hati,” ujarnya sambil melambaikan tangan.
Jaemin mengangguk dan ikut melambaikan tangan lalu keluar dari ruangan Lia. Selagi dia ada waktu, dia akan pergi sekarang untuk menemui paman yang dia anggap ayahnya sendiri.
Saat di lobi, Jaemin berpapasan dengan Minji. Sayangnya Jaemin tak melihatnya, dia berjalan dengan acuh lalu keluar dari gedung kantor. Sementara Minji menatapnya dengan tatapan nanar.
Laki-laki yang dia anggap akan menjadi orang terakhir di hidupnya ternyata berpaling darinya. Miris.
Sementara itu, Lia meraih gagang teleponnya dan menghubungi bagia admin untuk dibawakan berkas. Tentu saja Lia meminta Minji untuk membawakannya.
Lia tidak akan berbuat yang aneh-aneh, Lia hanya ingin melihat dari dekat sosok perempuan yang pernah ada di hidup Jaemin. Lagi pula, Jaemin juga tidak ada di sini kalau dia mau bermesraan.
Lalu tak lama, setelah pintu diketuk, Lia menyuruhnya masuk. Tatapan mereka langsung bertemu dan saling beradu.
“Ini berkas yang Nona Lia minta.” Minji meletakkannya di atas meja dengan seulas senyum tipis. Senyum terpaksa.
“Terima kasih, ya.” Lia membalasnya dengan senyuman juga. “Oh, ya. Aku minta maaf ya soal tempo hari. Bu Kim bilang kau ke sini mau mengantar berkas tapi waktu itu aku sedikit sibuk.”
Bagaimana rasanya kau harus terus bersikap baik di depan bossmu sedangkan di sisi lain dia adalah orang yang mengambil pacarmu?
Sakit, kan? Tentu. Minji berusaha menampilkan senyuman terbaiknya di saat dirinya merasa begitu sakit melihat Lia.
“Iya, tidak apa-apa,” jawab Minji dengan senyumannya lagi.
Lia bahkan berpura-pura tidak ingat akan suara Minji. Padahal sewaktu menghubungi Jaemin kemarin, Minji yang mengangkat panggilannya.
“Ya sudah, kau boleh pergi. Sekali lagi terima kasih, ya.”
“Iya, sama-sama.”
Selepas Minji pergi, Lia kembali melanjutkan pekerjaannya. Tidak ada perasaan cemburu lagi sebab Jaemin sudah jadi miliknya. Mungkin, Minji yang cemburu melihatnya.
*
Sudah lama rasanya Jaemin tidak menginjakkan kaki di rumah ini. Rumah yang menjadi rumahnya sejak dia berusia sepuluh tahun hingga kini sudah dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BODYGUARD [JAELIA✔️]
Fiksi PenggemarLia, dia merupakan CEO perusahaan fashion ternama yang sangat terkenal dan sukses. Dibalik hidupnya yang serba mewah, Lia itu sebenarnya rapuh dan butuh banyak perhatian apalagi hidupnya mendapat banyak ancaman. Tapi, semua itu Lia tutupi dengan sel...