Bagian 32

53 7 0
                                    

Sebagai permintaan maaf, aku akan langsung publish beberapa cerita

Semoga kalian menyukainya....

Mohon dukungan, kritik, dan saran ya untuk cerita ini.

Sankyu...... ^.^ 



Boruto POV

Aku mendengar suara ayah yang memanggil Shikadai, membuat atensiku teralihkan. Ku pandang Sarada dan Shikadai yang sedang berbicara dengan kedua orang tuaku. Aku tak dapat mendengar dengan jelas percakapan mereka karena jarak kami yang cukup jauh.

Rasa sedih tiba-tiba menghinggapi relung hatiku saat aku melihat mereka begitu dekat.

"Mengapa aku seperti ini? Bukankah aku sudah bertekad untuk melupakannya dan bahagia bersama Hikka" batinku

Ku coba untuk menyembunyikan kesedihanku dengan senyuman paksa. Aku tak ingin Hikka menyadarinya dan membuatnya bertanya tentang banyak hal.



Shikadai POV

"Kau datang dengan siapa Shikadai?" ucap paman Naruto

"Perkenalkan paman dan bibi, ini Sarada. Dia adalah calon istriku" ucapku sembari menatap Sarada yang tersipu malu

"Kau cantik sekali nak" ucap Bibi Hinata sembari mengelus lembut pipi Sarada

"Terima kasih bibi" ucap Sarada

"Oh iya. Paman dan bibi, kami ingin menitipkan undangan pernikahan kami untuk Boruto. Kami harap paman bibi sekeluarga bisa menghadirinya. Pernikahan kami akan diadakan lusa di kediaman Uchiha" jelas Shikadai

"Wah, kau sudah akan menikah saja Shikadai. Kenapa tidak kau berikan langsung padanya?" ucap Paman Naruto

"Tidak usah paman. Dia pasti sedang sibuk menemani tamu-tamu yang lainnya. Jika kami berikan langsung padanya sekarang, dia malah tidak akan fokus pada acaranya sendiri" ucap Shikadai sembari tertawa

"Nanti Bibi akan sampaikan"

"Terima kasih Bibi, kami permisi dulu ingin menemui Boruto"



Sarada POV

Shikadai pun menggandeng tanganku sampai kehadapan Boruto dan tunangannya. Jangtungku berdegup dengan cepat, ingin rasanya aku lari dari tempat itu. Namun bisikan Shikadai membuatku menjadi yakin dan tenang akan perasaanku sendiri.

"Tenanglah Sarada. Kau tidak sendiri, ada aku disini" ucap Shikadai

Aku tersenyum mendengar ucapannya. Setidaknya aku menyadari bahwa Shikadai ada disampingku, ia tidak akan membuatku terjatuh saat berhadapan dengan Boruto. Aku hanya cukup diam dan mengikuti Shikadai jika ia atau tunangannya tidak mengajakku berbicara. Itu akan lebih baik untuk perasaanku saat ini.

"Yo, Boruto" ucap Shikadai

"Oh, kalian rupanya" jawab Boruto

"Perkenalkan dulu dong calonmu itu. Sudah lama kau menghilang, pulang-pulang bawa calon istri" ucap Shikadai sembari tertawa

"Hikka, perkenalkan ia Shikadai dan yang disampingnya Sarada" ucap Boruto

"Hikka" ucap Hikka sembari mengulurkan tangan

"Aku Shikadai sahabat Boruto. Dan ini Sarada calon istriku" jawab Shikadai sembari menjabat tangan Hikka



Shikadai POV

Aku dapat melihat perubahan wajah Boruto saat aku memperkenalkan Sarada sebagai calon istriku dihadapan Hikka. Wajahnya yang semula ceria seketika menjadi muram.

Setelah perkenalan dan pembicaraan yang singkat, aku dan Sarada berpamitan pulang. Aku menggenggam tangan Sarada dan mengajaknya menjauh dari Boruto dan Hikka.

"Kau tak apa Sarada?" ucapku

"Iya, aku tak apa. Aku hanya tak tahu harus berbicara apa. Aku merasa sedikit canggung"

"Iya, aku mengerti. Kita sekarang langsung pulang ya" ucapku

"Emm... Shikadai. Bagaimana kalau kita ke taman dekat rumahku dulu? Ada yang ingin ku bicarakan" ucap Sarada

"Tentu"



Sarada POV

Aku ragu untuk mengatakannya pada Shikadai, namun aku ingin mendapatkan jawaban yang pasti agar keresahan dalam hatiku dapat terobati.

"Shi...Shikadai" ucapku lirih

"Hmm?"

"Apa kau ingat perkataanmu kemarin?"

"Ya. Aku mengingatnya"

"Jika ia tak datang, apa kau akan tetap mencintaiku? Dan jika ia datang namun saat itu aku lebih memilihmu, apa kau juga akan tetap mencintaiku?"

"Aku akan tetap mencintaimu Sarada. Begitulah perasaanku dari dulu kepadamu" ucap Shikadai sembari menggenggam kedua bahuku

Shikadai tiba-tiba mendekatkan wajahnya dan menempelkan kening kami berdua.

"Apa kau meragukan perasaanku Sarada?" ucapnya lirih

"Maaf" ucapku sembari menundukkan wajah

"Kau tak perlu meragukan perasaanku Sarada. Aku selalu mencintaimu. Bagaimana pun keputusanmu kelak, aku akan menjadi orang pertama yang mendukungmu. Jangan mengkhawatirkan sesuatu hal yang tidak perlu" ucap Shikadai sembari tersenyum

Aku terpaku dengan senyum tulus Shikadai. Hal itu membuatku semakin takut, apakah aku bisa menjaga senyuman itu dan membalas perasaannya suatu hari nanti? 

FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang