Bagian 27

68 10 0
                                    

Hallo Minna,

Jangan lupa beri Vote pada ceritaku ya.


Cerita ini adalah bagian dari cerita Bagian 26 dengan sudut pandang Shikadai



Shikadai POV

Aku masih melihat interaksi Boruto dan Hikka setelah perbincangan singkat kami. Ku lihat, Boruto pergi meninggalkan gadis itu sendiri.

Ku ikuti langkah Boruto hingga berakhir di sebuah taman. Atensiku teralihkan pada suara tangis seorang gadis yang sedang duduk di salah satu bangku taman. Ku amati lekat-lekat gadis itu dan menyadari bahwa dia adalah Sarada.

"Jadi kau mengikuti Sarada ya, Boruto" gumamku sembari tersenyum

Aku berjalan perlahan mendekati Sarada, ku dudukkan diriku disebelahnya tanpa menatapnya sedikit pun.

"Kenapa kau menangis?" kataku

"K..kau Shikadai?" ucap Sarada disela tangisan

"Aku tau kau menangisinya"

Aku langsung merengkuhnya ke dalam pelukanku. Bagaimana pun sampai saat ini perasaanku masih tersimpan untuknya.

"Menangislah Sarada, luapkan semua yang kau rasakan. Aku yakin itu akan membuatmu lebih tenang" kataku sembari mengelus puncak kepalanya

Hening. Tak ada suara apapun kecuali tangisan Sarada. Aku pun masih setia disini, mendekap dan mengelus puncak kepalanya. Aku berharap yang ku lakukan ini mampu memberikan ketenangan padanya.

"Tenangkan dirimu Sarada" ucapku memecah keheningan

Aku tak tahu harus berkata apa lagi, namun keheningan ini terasa membuat suasana menjadi canggung. Aku ingin ia mengungkapkan semua yang ia rasakan. Bukan karna aku ingin tahu tentang permasalahannya saja, namun aku juga ingin agar Boruto mendengarnya. Aku yakin, saat ini Boruto masih mengamati interaksi kami.

"Aku tak mengerti, apa perasaanku selama ini salah? Aku mencintai orang yang salah, hingga aku merasakan patah hati setelah bertahun-tahun aku mencarinya" ucap Sarada dalam tangisan

"....."

"Apa benar selama ini cintaku hanya bertepuk sebelah tangan pada Boruto? Apa selama ini sikap Boruto bukan karena ia mencintaiku juga. Maaf jika aku salah meletakkan hatiku padamu, Boruto. Aku akan mencoba melupakanmu, semoga kau bahagia" rancu Sarada

Aku hanya diam mendengarkan semua yang dikatakan Sarada. Aku bisa merasakan sesakit apa perasaan gadis ini, karena tanpa ia sadari aku selalu memperhatikannya. Aku semakin mengeratkan pelukanku sembari mengelus puncak kepala Sarada untuk menenangkannya. Ada sebersit rasa sakit yang aku rasakan juga. Melihat Sarada rapuh, membuatku ingin terus bersamanya dan membahagiakannya.

Lama kelamaan tangis Sarada mereda. Aku pun mengajaknya untuk pulang karena hari sudah semakin larut.

Ku rangkul tubuhnya dan menuntunnya menuju kediaman Uchiha. Sesampainya di depan rumah, ku genggam bahunya dan menatap kedua matanya lembut.

"Pikirkan ucapanku tadi Sarada. Jika kau menerimanya, segera hubungi aku. Aku akan selalu ada untukmu" ucapku

Aku mengecup keningnya singkat dan berjalan menjauhi kediaman Uchiha.

"Semoga rencanaku dapat terlaksana" gumamku singkat

FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang